Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPASTV Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merespons temuan Densus 88 terkait provinsi yang dipimpinnya jadi salah satu tertinggi dalam perekrutan terorisme anak.

"Contoh misalnya kasus yang di SMAN 72 itu anak yang dibully bisa bikin bom, artinya akses informasi sudah sangat terbuka. Untuk itu siapa yang punya peran besar? Orang tuanya, kedua sekolah," kata Dedi Mulyadi di Bandung, Rabu (19/11/2025).

Sebelumnya Densus 88 menyimpulkan bahwa ada tren yang tidak biasa dari tahun ke tahun. Pada 2011-2017, Densus 88 mengamankan kurang lebih 17 anak.

Namun, pada tahun 2025, kurang lebih lebih ada 110 anak yang saat ini sedang teridentifikasi.

"Jadi artinya kita bisa sama-sama menyimpulkan bahwa ada proses yang sangat masif sekali rekrutmen yang dilakukan melalui media daring," kata juru bicara Densus 88 Antiteror, AKBP Mayndra Eka Wardhana, Selasa (18/11/2025)..

Ia kemudian menyebutkan anak-anak tersebut berada pada rentang usia 10-18 tahun dan berasal dari 23 provinsi di Indonesia salah satunya Jawa Barat.

"Provinsi yang di dalamnya paling banyak terpapar anak terhadap paham ini adalah Provinsi Jawa Barat, kemudian Jakarta," ungkap Mayndra.

Video Editor: Lintang

#densus88 #dedimulyadi #terorismeanak

Baca Juga Hasil Australian Open 2025: Putri KW Masuk Perempat Final usai Atasi Wakil China Taipei di https://www.kompas.tv/olahraga/632083/hasil-australian-open-2025-putri-kw-masuk-perempat-final-usai-atasi-wakil-china-taipei



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/632092/dedi-mulyadi-buka-suara-soal-data-jabar-tertinggi-perekrutan-jaringan-terorisme-anak
Transkrip
00:00Kemudian provinsi yang di dalamnya paling banyak terpapar anak terhadap paham ini adalah provinsi Jawa Barat.
00:08Itu siapa yang paling punya peran besar? Yang pertama adalah orang tua untuk mengendalikan dan mengawasi pengelolaan media sosial bagi anak-anaknya.
00:30Contoh misalnya, bayangkan saja kasus yang di SMA ya, 72 yang di Jakarta itu, anak dibully kok bisa bikin bom, kan gitu loh.
00:45Artinya akses terhadap informasi apapun hari ini sangat terbuka.
00:48Dan untuk itu siapa yang paling punya peran besar? Yang pertama adalah orang tua untuk mengendalikan dan mengawasi pengelolaan media sosial bagi anak-anaknya.
01:00Yang kedua sekolah. Kita kan sudah tegas, kalau SMP kan nggak boleh.
01:03Walaupun padek praktek di lapangan, ya orang tuanya memberi, gimana kita bisa mengintervensi hak-hak personal, kan tidak bisa juga.
01:10Menyimpulkan bahwa ada tren yang tidak biasa dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2011 hingga 2017,
01:20itu Densus 88 mengamankan kurang lebih 17 anak.
01:26Dan ini dilakukan berbagai tindakan, tidak hanya penegakan hukum tetapi juga ada proses pembinaan.
01:34Namun pada tahun ini, di tahun 2025 sendiri, seperti tadi disampaikan oleh Pak Karuben Mas,
01:44kurang lebih dari 110 yang saat ini sedang teridentifikasi.
01:49Jadi artinya kita bisa sama-sama menyimpulkan bahwa ada proses yang sangat masif sekali rekrutmen yang dilakukan melalui media daring.
02:01Kurang lebih itu sedikit yang bisa kami sampaikan, pesan kami kepada seluruh orang tua, pihak sekolah,
02:10dan seluruh elemen yang terlibat atau yang bertanggung jawab terhadap mindset daripada anak-anak kita.
02:17Kita selalu melakukan upaya kontrol, melakukan upaya deteksi, berawal dari rumah tangga, berawal dari rumah.
02:27Karena itu yang paling efektif ya untuk melakukan pencegahan.
02:32Kemudian provinsi yang di dalamnya paling banyak terpapar anak terhadap paham ini adalah provinsi Jawa Barat, kemudian Jakarta.
02:44Jadi ini data yang sampai hari ini kami dapat.
02:50Demikian terima kasih.
02:57Saya Sintia Rompas, saksikan program-program Kompas TV melalui siaran digital, pay TV, dan media streaming lainnya.
03:07Kompas TV, independen, terpercaya.

Dianjurkan