Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Senin (20/10/2025) diperingati sebagai 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran.

Lalu apa saja evaluasi 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, apa catatan di sektor fiskal? Mengingat kita memulai tahun ini dengan efisiensi.

Kita bahas lebih lengkap bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.

Baca Juga Prabowo di Sidang Kabinet Paripurna: Saya Lagi Berpikir Mungkin Setelah 1 Tahun Perlu Retret Lagi di https://www.kompas.tv/nasional/624323/prabowo-di-sidang-kabinet-paripurna-saya-lagi-berpikir-mungkin-setelah-1-tahun-perlu-retret-lagi

#1tahunprabowogibran #wamenkeu #prabowo

_

Sahabat KompasTV, apa pendapat kalian soal berita ini? Komentar di bawah ya!

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/624353/full-efisiensi-anggaran-berdampak-ke-fiskal-wamenkeu-ungkap-capaian-setahun-prabowo-gibran
Transkrip
00:00Terima kasih Pak Wakil Menteri Keuangan, Pak Swahasil Nazara.
00:05Terima kasih sudah datang di Kompas TV.
00:08Pak evaluasi satu tahun pemerintahan Prabowo dan Gibran.
00:13Apa catatan di sektor fiskal selama satu tahun ini?
00:17Karena kita memulai tahun ini dengan efisiensi.
00:20Kan diangkatnya pemerintah ini tanggal 20 Oktober 2024, setahun yang lalu.
00:27Apa yang terjadi di Oktober itu?
00:30Pertama, ini fiskal ya, ini benar-benar bicara fiskal.
00:34Pertama adalah kita dalam Oktober, November, Desember 2024 menyelesaikan APBN 2024.
00:45Karena kan masuknya di tengah-tengah, bukan di tengah-tengah ya, tapi di Oktober, di penghujung tahun.
00:51Masih ada dua bulan lebih.
00:52Ini mesti kita selesaikan waktu itu.
00:54Termasuk menyesuaikan dengan arahan dari kabinet yang baru.
01:02Ada sejumlah kementerian yang dibuat baru, ada kementerian yang dipecah, ada kementerian yang diatur ulang.
01:13Nah ini secara keuangan negara, ya mesti kita, tata kelolaannya mesti kita rapikan.
01:18Bagaimana supaya pertanggung jawaban dari keuangan negara yang pada bulan Oktober itu struktur organisasinya berubah,
01:28itu tetap dilakukan dengan tata kelola yang baik.
01:32Memecah anggaran, realokasi anggaran, termasuk kemudian berikutnya barang-barang milik kementerian di tata ulang dan seterusnya.
01:41Nah, bersamaan dengan itu kita juga mempersiapkan perjalanan APBN 2025 yang diketok oleh DPR bersama pemerintah di pemerintahan sebelumnya,
01:57namun kemudian dijalankan oleh pemerintahan Presiden Prabowo dan Gibran mulai 1 Januari 2025.
02:03Nah, ketika mulai menjalankan ini tentu dijalankan oleh struktur kabinet, struktur pemerintahan yang baru.
02:13Dan Bapak Presiden di bulan Januari itu memberikan arahan kepada kita semua untuk melakukan efisiensi dengan cara menyisir anggaran.
02:23Jadi itu bulan Januari, kita mulai di minggu pertama, minggu kedua, salah satu tugas kita adalah melakukan penyisiran anggaran.
02:32Waktu itu cukup seru menyisir anggaran itu, karena kita menggunakan beberapa kata kunci yang kita anggap bisa mendorong efisiensi.
02:41Misalkan apa? Kalau ingat, mungkin ini 9 bulan yang lalu, perjalanan dinas kita kurangi.
02:47Lalu kemudian yang sifatnya alat tulis kantor, karena sekarang sudah banyak yang memakai sistem informasi.
02:56Ada 16 kata kunci yang ketika itu kita gunakan untuk menyisir anggaran.
03:01Nah, tapi anggaran itu disisir bukan hanya sekedar untuk dipotong dan dikurangi.
03:06Setelah kita menyisir anggaran itu, kemudian Bapak Presiden memberikan arahan banyak sekali mengenai program-program prioritas.
03:14Nah, kita pada hari ini, di bulan Oktober, satu tahun pemerintahan, kita lihat banyak program prioritas yang diberikan arahan oleh Bapak Presiden.
03:23Ini adalah dibiayai dengan sebagian besar dengan relokasi anggaran.
03:28Anggaran yang tidak efisien, kita lakukan, waktu itu istilahnya pemblokiran, lalu kemudian kita refocusing, kita lakukan reprioritisasi.
03:40Maka sekarang kita lihat banyak program yang muncul.
03:44Tapi sebenarnya bukan program yang dadakan, karena dari awal Bapak Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran itu memikirkan mengenai delapan program prioritas.
03:56Ketahanan pangan, ketahanan energi, pendidikan, kesehatan, termasuk MBG, UMKM, lalu kemudian pertahanan semesta, dan juga yang namanya mendorong investasi.
04:10Salah satunya nanti lewat dan antara.
04:12Lalu kemudian kita lihat secara fiskal, kita juga melakukan pergeseran anggaran, membiayai program-program yang penting, dan kita berkoordinasi dengan sangat erat, dengan otoritas yang terkait, termasuk juga yang kemudian dibentuk, yaitu dan antara.
04:31Yang menjadi sekarang, apa namanya, adalah anchor dari investasi dari negara kita.
04:38Sebenarnya yang konkretnya Pak, efisiensi berjalan, pertumbuhan ekonomi kita bisa naik.
04:43Masyarakat, sebenarnya apa sih yang dinikmati oleh masyarakat dengan pertumbuhan 5,12% Pak?
04:49Gini ya, cara kita mengelola ekonomi itu, kita mungkin kalau cara memikirkan indikatornya adalah kita ingin meningkatkan produk domestik brutto.
05:00Meningkatkan pertumbuhan itu kan pertumbuhan atas produk domestik brutto.
05:04Jadi produk domestik brutto ini kita ingin tingkatkan, karena itulah pendapatan masyarakat.
05:10Nah, ketika kita meningkatkan itu, berapa persen naiknya? Ini ya angkanya yang dari, dimana nih? Dari 2023, terus kita ada di kisaran sekitar 5 persenan.
05:21Kita ingin lebih tinggi.
05:22Bapak Presiden malah ingin ini 8 persen.
05:25Kita ingin mencari cara supaya bisa meningkatkan gerak ekonomi masyarakat ini menuju pertumbuhannya 8 persen.
05:33Nah, sekarang berapa besar APBN-nya?
05:37APBN-nya itu 3.500 triliun, belanja APBN.
05:41Total belanja APBN kira-kira 3.500an.
05:44Nah, tapi produk domestik brutto yang kita ciptakan di Indonesia itu kaliber 22.000-23.000 triliun.
05:52Yang berarti itu hanya sekitar, APBN itu hanya sekitar 14 persen dari total produk domestik brutto.
06:00Lalu kemudian yang 85-86 persennya lain yang menciptakan siapa?
06:05Yang menciptakan itulah dunia usaha dan masyarakat.
06:09Dunia usaha, yang buka usaha, termasuk badan usaha milik negara, badan usaha milik swasta.
06:15Semua komponen masyarakat yang melakukan konsumsi, rumah tangga yang melakukan konsumsi.
06:20Itu yang kemudian membentuk produk domestik brutto.
06:24Sehingga kita selalu berpikir bagaimana caranya yang 3.500 triliun, yang 14 persen dari PDB,
06:33itu bisa memaksimalkan gerak ekonomi masyarakat sehingga membentuk PDB yang jauh lebih besar.
06:41Nah, kita menginginkan itu.
06:43Nah, bagaimana caranya?
06:46Caranya ya harusnya yang 3.500 triliun tadi masuk ke titik-titik yang dianggap bisa mendorong gerak ekonomi.
06:54Apa itu titik-titiknya?
06:56Itu yang disampaikan oleh Bapak Presiden Prabowo.
06:59Pastikan ketahanan pangan.
07:01Pastikan ketahanan energi.
07:03Pastikan pendidikan atau kualitas sumber daya manusia.
07:07Pastikan kesehatan.
07:08Ini juga sumber daya manusia.
07:10Kalau ini kita pastikan semua, maka gerak ekonomi masyarakat itu kemudian bergulir dia.
07:16Di 3.500-nya masuk ke titik-titik penting.
07:19Bayangkan ini kayak titik aku pancer.
07:23Kayak titik aku pancer.
07:24Ditekan titik yang ini dengan 3.500 triliun.
07:28Yang berdampak?
07:28Berdampak.
07:29Itu nama yang dampak yang kita sebut dengan angka pengganda.
07:32Dari 5,12 persen, estimasinya sampai akhir 2025.
07:39Seperti apa sih Pak pertemuan ekonomi kita, Pak?
07:41Kita ingin jadi naik terus.
07:43Kalau di kuartal ke-2 kemarin 5,12, kita lihat ya.
07:47Kuartal ke-3, apalagi kuartal ke-3 ya.
07:50Kalau dilihat kuartal ke-3 2024, kan 4,95.
07:54Jadi base-nya agak rendah.
07:56Kita berharap nanti kuartal ke-3 angkanya akan bisa lebih tinggi dari 5,12.
08:01Oke.
08:01Ya kan?
08:02Nah, kita tunggu aja.
08:04Supaya kita kan angka ini yang ngeluarkan badan pusat statistik.
08:08Betul.
08:09Tapi ini juga menarik nih Pak.
08:10Pak, Ki-3 2023, Ki-3 2024, kecenderungannya kuartal ke-3 itu agak turun ya Pak?
08:18Nah, bagaimana nih kira-kira?
08:19Moga-moga nggak turun.
08:20Kita ingin dia terus naik.
08:22Angka kemiskinan.
08:24Angka pengangguran.
08:25Ini adalah statistik-statistik yang kita pantau terus.
08:29Kalau perekonomian kita menuju angka 5,2, angka 5,5, ini akan dengan sendirinya memperbaiki, mendorong percepatan penurunan kemiskinan, mendorong penurunan dari angka pengangguran di kita.
08:45Pak, tapi gini, ada surveinya Bank Indonesia juga ya Pak, tentang indeks keyakinan konsumen, indeks keyakinan masyarakat kita ke prospek ekonomi.
08:51Terakhir saya ingat angkanya 115 per September.
08:54Itu tentang prospek.
08:56Apakah itu inline pada akhirnya nanti dengan kuartal ke-4?
08:59Karena ini memang masih optimistis.
09:01Tapi kalau dibandingkan di awal tahun, kalau saya tidak keliru, angkanya masih di sekitar 123, Pak.
09:08Artinya kan ada penurunan yang signifikan ya atas keyakinan masyarakat terhadap prospek ekonomi, Pak.
09:13Saya lihat ya, kita perhatikan banyak indikator.
09:17Tingkat keyakinan konsumen itu satu hal.
09:20Selama dia masih di atas 100, itu berarti dia masih confident.
09:23Kemudian indeks penjualan retail.
09:26Jangan lupa, ini juga konsumsi masyarakat itu bukan hanya satu indikator.
09:31Kemudian di sisi produksi.
09:33Sekarang itu PMI manufaktur kita di atas 50.
09:3650, masih ekspansif ya.
09:38Jadi masih ekspansif.
09:40Kita berusaha tahan terus dia di atas 50.
09:42Dan hanya 40 persen negara di dunia yang di atas 50 angkanya.
09:4750 persen yang lainnya, 55 persen yang lainnya itu sedang agak kesulitan.
09:52Tapi ini seangka yang dinamis.
09:55Jadi selalu masyarakat itu melihat apa yang terjadi di luar sana.
10:00Lalu kemudian melihat kegiatan ekonomi yang tersedia.
10:03Apakah harga itu cukup mendukung inflasi kita di angka yang cukup stabil di sekitar 2,5-2,7 persen.
10:13Ini adalah semua membangun confidence.
10:16Di sisa tahun ini ada stimulus ekonomi.
10:24Terutama untuk kelas-kelas desil bawah seperti itu Pak.
10:27Nilainya 16 plus 30 Pak.
10:29Tapi tadi Pak Sewa kan bilang duit negara untuk memutar ekonomi lebih dari 3.500.
10:37Ini ada 16 plus 30.
10:40Sebenarnya bagaimana menjelaskan angka ini kalau misalnya dibandingkan dengan APBN kita kan rasanya tidak signifikan.
10:45Seperti itu loh Pak.
10:47Bagaimana menjelaskan ini ke masyarakat awam ya Pak?
10:49Ini adalah bentuk dari perhatian kita kepada kondisi masyarakat dan kondisi ekonomi yang tengah berkembang.
10:57Jadi kalau memang diperlukan ada penebalan-penebalan bantuan sosial ya kita lakukan.
11:03Dan itu tentu kita melihat bagaimana masyarakat yang membutuhkan, kelompok mana yang membutuhkan.
11:10Ini tidak lepas juga dari stimulus satu, stimulus di tengah tahun kemarin, stimulus ketiga.
11:17Sekarang itu salah satu angle utama kita adalah melihat kita memerlukan employment lebih banyak.
11:24Kita memerlukan employment ya.
11:25Tadi Mbak Mega mengatakan soal PHK.
11:28Kalau buat saya itu PHK menjadi satu indikator penting.
11:32Tapi indikator yang lain adalah orang bekerja atau enggak.
11:34Orang kalau di PHK itu kan enggak otomatis berhenti bekerja.
11:38Tapi dia kehilangan pekerjaan formalnya.
11:41Tapi kemudian dia cari pekerjaan lagi itu.
11:44Nah bagaimana kita bantu itu?
11:45Maka itu di dalam angle stimulus ketiga, salah satunya yang kita promote adalah program magang.
11:53Supaya dunia usaha, dunia usaha ini perusahaan-perusahaan kita buka magang deh.
11:59Buka magang.
12:00Rekrut para lulusan-lulusan kita yang baru lulus.
12:05Yang S1, nanti kita akan lihat lagi possibility merekrut peserta yang lebih luas.
12:11Tapi kemudian mereka bekerja.
12:13Nah, negara masuk ke di mana?
12:15Negara masuknya kita bayarin upah minimum regionalnya.
12:19APBN bayarin upah minimum regional.
12:21Tapi apakah itu berarti perusahaan boleh bayar lebih tinggi enggak?
12:25Boleh aja.
12:26Karena kan kalau dia bekerja di perusahaan itu nanti akan meningkatkan kapasitas produksi si pengusaha.
12:32Bisa memproduksi barang lebih banyak, bisa memproduksi, bisa merekrut tangga kerja,
12:37lalu kemudian menjadi bagian dari faktor produksi.
12:40Nah, kita berharap ini akan menjadi pengungkit dari dunia usaha kita bekerja lebih intens.
12:46Sehingga nanti kontribute ke mana?
12:48Dia kontribute lagi ke PDB.
12:49Oke, saya baca berarti memang kalau secara nominal dibandingkan dengan APBN seolah-olah kecil.
12:56Tapi multiplayer efeknya itulah yang diinginkan oleh pemerintah begitu ya Pak.
13:00Masih nyambung tentang stimulus, tapi ini belanja negara nanti dulu.
13:04Saya ingin ini Pak, kelas menengah.
13:08Ini nyambung ya antara stimulus dan kelas menengah.
13:11Pak, faktanya ini data BPS dan LPM UI, kelas menengah kita sebenarnya sudah turun dari sebelum pandemi lho Pak.
13:202024 angkanya semakin turun.
13:25Apa peran fiskal untuk mencegah kelompok menengah ini turun kelas menjadi kelompok miskin?
13:31Di dalam desain kebijakannya ya, kita memang harusnya melihat kalau kelompok masyarakat yang paling miskin itu harusnya kita bantu pun.
13:43Bahkan beberapa jenis bantuan itu bisa agak multiple.
13:49Multiple itu artinya ada yang dapat PKH, program keluarga harapan, 10 juta rumah tangga,
13:55ada program bantuan pangan non-tunai yang sering nickname-nya itu kartu sembako.
13:59Lalu kemudian ada juga penerima bantuan iuran, dibayari iuran untuk jaminan kesehatan nasionalnya.
14:06Nah, tapi kan tiap program itu beda-beda coverage yang disasar.
14:11Nah, kalau kayak si jaminan kesehatan nasional itu 96 juta orang lebih dibayari iurannya oleh APBN.
14:20Kalau seperti program keluarga harapan, 10 juta keluarga.
14:24Nah, ini rata-rata semua memang kita lihat ambilnya adalah dari yang paling bawah.
14:29Dengan pemahaman bahwa makin desilnya naik, sebenarnya masyarakat itu makin memiliki kemampuan untuk bekerja,
14:39kemudian mengambil berpartisipasi dalam dunia kerja, dan dapat income dari pekerjaan.
14:45Kalau yang masyarakat bawah memang income-nya pun disuplemen oleh negara.
14:48Nah, kita berharap bahwa gerak ekonomi, kalau pertumbuhan ekonomi jalan terus, maka kemudian dunia usaha itu akan menciptakan lapangan kerja.
14:57Menciptakan lapangan kerja yang kita lihat dari tingkat kemiskinannya turun, tingkat penganggurannya juga turun.
15:05Mbak Mega menyebutkan PHK, tapi tingkat pengangguran turun.
15:09Artinya penciptaan lapangan kerja, ini yang harusnya kita lihat secara utuh.
15:15Kita memang menginginkan penciptaan lapangan kerja di sektor yang formal.
15:20Di sektor yang formal, jadi dia itu terlindungi, kalau dia di sektor formal itu terlindungi.
15:25Kalau dia di sektor formal, dia di dunia usaha, dia terlindungi, maka inilah yang menjadi dasar dari meningkatnya kelas menengah.
15:34Jadi dia naik, naik kelas gitu ya, dia naik kelas.
15:37Nah, kita memang menginginkan gerak usaha ini dilakukan oleh yang tadi, oleh dunia usaha, oleh yang 86%.
15:45Baik, Pak, kembali ke APBN satu tahun terakhir nih, Pak.
15:49Nah, ini dia, realisasi belanja negara, totalnya ada Rp2.234 triliun, ini pusat, masih di bawah total.
16:00Dan yang menarik adalah daerah juga, ya, realisasinya lebih tinggi ya, Pak.
16:04Ini, angka-angka realisasi belanja, ini berarti apa sih?
16:09Apakah 63% ini pun diambil rasionya terhadap lapsem ya, Pak.
16:13Tapi kalau diambil dari APBN, itu kan sekitar 62% nih, Pak.
16:17Ini masih di jalur yang sesuai target atau masih lambat?
16:22Kalau membuat saya, ini kan angka yang terakhir kita munculkan kemarin ya, artinya ini angka penyerapan per akhir September 2025.
16:32Kita ingin di kuota keempat, Oktober, November, Desember ini, terjadi percepatan belanja.
16:37Baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah.
16:41Kenapa? Karena kalau dia cepat belanjanya, maka kemudian akan menciptakan gerak ekonomi.
16:47Itu tadi dia bagian dari yang 14% itu tadi, mengungkit yang produk domestik bruto yang lebih besar.
16:55Nah, sekarang, kemarin waktu kita, Kementerian Keuangan menguraikan APBN kita di bulan Oktober,
17:03kita kan, saya juga menyebutkan ini, ini harus belanja lebih cepat.
17:07Dan memang perilaku dari birokrasi, belanja birokrasi itu, mau pusat maupun daerah, belanjanya itu ke belakang.
17:16Di kuota keempat.
17:18Ya, di kuota keempat.
17:19Nah, oke lah.
17:20Biasanya itu numpuk di Desember.
17:22Tapi kemarin, seperti kita udah umumkan, ayo kalau bisa mulai Oktober ini dipacu.
17:27Oke.
17:28Ya, dipacu.
17:28Sehingga belanja pusat itu bisa lebih tinggi, belanja daerah juga bisa lebih tinggi menuju target belanjanya.
17:36Oke.
17:36Nah, karena itulah, kan juga dengar ya, Menteri Keuangan beberapa kali juga mengatakan,
17:41anggaran yang sudah diberikan, anggaran yang sudah dialokasikan, ya dibelanjakan.
17:47Tapi, jangan hanya sekedar ngejar tambah anggaran, tambah anggaran.
17:51Anggaran yang sudah ada ini loh, yang sudah ada ini, ini belanjakan.
17:56Nah, kita memantau secara detil, kemarin waktu press conference kan sudah saya tampilkan,
18:02beberapa kementerian yang besar, itu namanya yang utama ya, yang besar-besar, itu kaliber penyerapan belanjanya berapa.
18:11Kita bukan hanya sekedar ngejar kaliber, apa ngejar 100%, tapi kita ngejar kualitas.
18:16Karena itu, kejar penyerapan anggaran yang sudah diberikan, tapi tetap dengan tata kelola yang baik, pastikan efisiensi, dan seterusnya.
18:24Pak, kita masih memakai makro lagi, tentang utang pemerintah, Pak.
18:28Geser lagi, ini ya durasinya saya sudah diingatkan, Bapak mau bergeser.
18:32Pak, tentang utang pemerintah, Pak.
18:34Total ini terakhir Juni, 9 ribu, rasionya seperti ini.
18:38Kira-kira sampai akhir tahun, Pak, menjelaskan angka ini, banyak yang bilang 40% adalah level psikologis.
18:45Betulkah seperti itu, lalu bagaimana stansnya untuk ini sampai akhir tahun, Pak?
18:50Jadi gini ya, utang itu kan alat ya, alat untuk kita melakukan pembiayaan anggaran.
18:57Nah, pembiayaan anggaran itu diperlukan kalau memang kita ingin belanja lebih besar pada hari ini.
19:05Jadi kan, mengapa ada defisit?
19:09Karena belanja lebih besar dari pendapatan.
19:11Tapi itu aman atau enggak?
19:13Aman, selama utangnya dikelola dengan rapi, produktif, dia sustainable, diperhatikan bagaimana pasar utangnya, bagaimana pasar SBN-nya,
19:23bagaimana instrumen SBN-nya mendapatkan confidence dari para investor atau tidak.
19:29Nah, sekarang kita lihat angka ini.
19:3139,86 persennya atau saya bilang 39-40 persen saat ini, ini udah berlangsung mungkin seingat saya dari 5 tahun terakhir, angkanya sekitar ini aja.
19:45Nah, meskipun undang-undang 60 persen ya batas maksimumnya.
19:48Undang-undang keuangan negara kita mengatakan bahwa maka maksimumnya tidak boleh melebihi 60 persen.
19:53Ruang itu ada. Tapi kalau ruang ada kan bukan berarti terus kita menuju sana aja.
19:59Enggak juga. Ini adalah pengelolaan yang sangat hati-hati dilakukan oleh negara.
20:04Nah, angkanya kalau totalnya 9.138 triliun, tetapi kalau PDB-nya dengan PDB yang terus meningkat,
20:12tingkat, maka persennya bisa tetap sekian atau bisa kita turunkan.
20:19Nah, karena itu kuncinya adalah PDB.
20:21PDB-nya dibesarin.
20:22Kuncinya adalah pertumbuhan PDB.
20:24Selama pertumbuhan ekonomi membesar, ini adalah kita bisa jaga terus di tingkat yang aman.
20:30Tapi menjaga ini bukan hanya di tingkat makro hutang, menjaganya juga di tingkat pengelolaan hutang.
20:36Jadi, teman-teman juga bisa melihat berapa besar biaya dari bunga hutang kita.
20:44Nah, ini di APBN kita, kemarin kami sampaikan juga, Pak Menteri menguraikan,
20:49dibandingkan awal tahun 2025, yield hutang kita sudah turun.
20:56Sudah turun secara sangat signifikan.
20:58Bahkan turun beberapa hari terakhir, saya lihat seri benchmark.
21:03Benchmark itu artinya kita jadikan patokan, bukan acuan terus,
21:08yaitu seri 10 tahun, bahkan sempat sudah ada yang di bawah 6%.
21:12Oke.
21:13Pernah, ada hari tertentu.
21:14Tapi dia bergerak terus itu.
21:16Karena inilah pasar.
21:17Ya, market.
21:18Markanisme.
21:18Nah, tapi kita coba jaga terus supaya dia bisa terus turun.
21:23Kalau dia terus turun, berarti itu beban dari bunga hutang kita juga melandai.
21:29Nah, jadi kita kalau dalam mengelola hutang, bukan hanya melihat angka nominal,
21:34bukan hanya ngelihat angka atau rasio, tapi pengelolaan instrumennya itu.
21:39Nah, yang paling penting ketika mengelola instrumen ini adalah kepercayaan dari pasar.
21:46Kepercayaan dari investor.
21:47Confident.
21:48Market.
21:48Market confidence kepada kita.
21:50Nah, market confidence ini kita jaga terus dengan cara apa?
21:53Dengan mengelola APBN-nya dengan baik.
21:56Mengelola APBN-nya dengan kredibel.
21:57Pak Menteri Keuangan telah mengurekan.
22:00Kita akan jaga APBN-nya tetap kredibel.
22:03Termasuk salah satu kredibilitasnya adalah dengan mengupayakan terus defisitnya di bawah 3%.
22:08Defisit.
22:09Ini menarik juga.
22:11Memang ini adalah outlook tahun depan, Pak.
22:13Agak-agak lompat.
22:142026.
22:15Tapi 2025 bagaimana, Pak?
22:18Asumsi ini apakah angkanya ada perubahan atau 2,5%?
22:202025 kita sudah umumkan ketika di laporan semester kemarin, bulan Juli,
22:26bahwa defisit akan kita proyeksikan di sekitar 2,78% dari produk domestik brutto.
22:34Itu adalah karena kita melihat beberapa program belanja ini perlu mendapatkan penguatan.
22:41Kita juga lihat di sisi penerimaan, ini penerimaan itu kan mengikuti gerak ekonomi.
22:46Nah, jadi penerimaan mengikuti gerak ekonomi, belanja perlu beberapa penguatan,
22:51proyeksi defisitnya menjadi 2,78% dari produk domestik brutto.
22:55Terakhir deh tentang defisit ini, meskipun Presiden kita di nota keuangan menargetan 0%,
23:00setidaknya ini ada arah lebih kecil daripada tahun 2025, estimasinya seperti itu.
23:06Tapi, mungkinkah defisit kita, apa, perlukah, bukan mungkinkah,
23:09perlukah defisit kita sampai 0%, Pak Suat, terakhir?
23:12Belanja itu ya, jadikan defisit itu adalah selisih antara penerimaan dengan belanja.
23:17Jadi, cara menurunkan defisit itu 2, atau kombinasi dari 2.
23:23Naikkan penerimaan, dan atau turunkan belanja.
23:27Jadi, kombinasi itu saja.
23:29Kombinasi itu.
23:30Nah, tentu kita jalankan dua-duanya.
23:33Tidak bisa pilih salah satu ya, Pak?
23:34Jangan, kalau pilih salah satu, naikkan penerimaan saja, nanti kesannya menjadi,
23:38wah ini lagi hanya mengejar penerimaan.
23:41Kita jalankan satu paket komplit.
23:44Tentu penerimaan perlu kita naikkan.
23:46Masih sering orang mengatakan tax ratio kita kecil dibandingkan negara-negara lain.
23:52Jadi, upaya menaikkan tax ratio itu akan meningkatkan penerimaan.
23:56Tapi di sisi lain, belanja-belanja negara kita harus kita efisienkan terus.
24:01Nah, gerakan mengefisienkan di awal tahun 2025, tentu harus kita jaga, kita lanjutkan terus.
24:08Kalau belanjanya makin efisien, makin bisa membelanjai hal-hal yang memang prioritas.
24:14Nah, tapi kemudian tidak boleh menjadi sekedar belanja itu tidak terbatas.
24:20Karena dua-duanya mesti kita seimbangkan terus pada level defisit berapa.
24:24Ini yang selalu menjadi desain dari APBN dari waktu ke waktu, tentu kita nanti mendapatkan arahan dari Bapak Presiden.
24:33Dan juga nanti masukan dari masyarakat, baik yang langsung atau melalui DPR, tentu menjadi perhatian kita juga.
24:40Kami berharap bahwa efisiensi belanja itu tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya tertekan juga.
24:47Setuju sekali. Karena itu 14% tadi mesti dipakai dengan cara yang sangat-sangat smart untuk bisa mengenerate, memberikan insentif, memberikan signal untuk peningkatan produk domestik brutto dengan pertumbuhan yang lebih tinggi.
25:06Iya, baik Pak Suha. Karena itu sinyal Bapak disiplin terhadap fiskal, ternyata SBN juga inflownya ada Rp26 triliun di data terakhir.
25:15Meskipun di bursa masih ada outflow dan SRBI juga ada outflow ya Pak?
25:19Di bursa pasar sahamnya outflow, di pasar SBNnya masih inflow, di pasar SRBI masih outflow.
25:27Ini kombinasi yang selalu kita kalibrasi terus.
25:30Tapi kami mohon komunikasi tentang transparansi, tentang disiplin fiskal ini tetap disampaikan ke publik juga Pak Suha.
25:37Kita sampaikan terus. Jadi tiap bulan seperti biasa APBN kita...
25:42Tidak ngilang-ngilang lagi ya Pak?
25:43Enggak, tidak ngilang. Kadang-kadang kita nunggu data.
25:46Kalau seperti kemarin kita tanggal berapa itu ya minggu lalu?
25:51Cukup awal karena datanya cukup cepat.
25:54Tapi kalau memang datanya belum stabil ya kadang-kadang kan APBN kita juga sudah tanggal 15.
25:59Ini sebelum tanggal 15 kemarin kita sudah umumkan.
26:02Baik. Terima kasih Pak Wakil Menteri Keuangan Pak Suha Hasil Nazara.
26:07Terima kasih Pak sudah menyempatan waktu di Kompas TV.
26:10Sehat selalu ya Pak?
26:11Terima kasih. Sama-sama.
26:12Terima kasih saya dia. Mega Seranjaya pamit.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan