Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - PBB menyetujui dan mendukung Dewan Keamanan PBB atas rencana perdamaian Amerika Serikat untuk Gaza.

Sementara itu, menanggapi rencana Presiden Prabowo Subianto yang akan mengirim 20 ribu petugas perdamaian ke Gaza, TNI Angkatan Laut mengaku telah mempersiapkan personel untuk diberangkatkan dalam misi perdamaian ke Gaza, Palestina.

Kita bahas resolusi PBB soal pasukan damai di Gaza, Palestina, bersama Praktisi Hubungan Internasional sekaligus pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja.

Baca Juga [FULL] DPR Beberkan Langkah Pemerintah Soal Dewan Keamanan PBB Sahkan Resolusi Gaza di https://www.kompas.tv/nasional/631986/full-dpr-beberkan-langkah-pemerintah-soal-dewan-keamanan-pbb-sahkan-resolusi-gaza

#gaza #prabowo #trump

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/632016/pakar-hi-ungkap-masalah-di-balik-pbb-dukung-rencana-perdamaian-gaza-ri-kirim-pasukan-perdamaian
Transkrip
00:00Kita akan membahas resolusi Dewan Keamanan PBB soal pasukan perdamaian di Gaza, Palestina
00:05bersama praktisi hubungan internasional sekaligus pendiri Synergy Polisis, Dina Prapto Raharja.
00:12Selamat petang, Mbak Dina.
00:13Selamat petang, Mas Juno.
00:15Mbak Dina, kita lihat bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB mengajukan pembentukan pemerintahan transisi atau board of peace
00:21dan kemudian juga pasukan internasional yang akan beroperasi di Gaza hingga maksimum 31 Desember 2027.
00:28Anda melihatnya seperti apa dan Indonesia juga akan berkomitmen untuk mengirimkan pasukan dan personel ke Gaza?
00:36Pertama saya apresiasi bahwa Kompas TV memilih untuk memberi sorotan khusus pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru keluar kemarin ya.
00:46Karena menurut saya terlalu bising kalau kita langsung bicara sudah siap, kita pasukan, kemudian kemarin marinir,
00:54kemudian sebelumnya juga ada BRIMOB dari kepolisian ya mengatakan juga menyiapkan pasukan.
01:01Mengapa kali ini saya bisa melihat ketergesa-gesaan kita untuk langsung merespon
01:06tanpa melihat betapa skema ini harus kita sikapi dengan ekstra hati-hati
01:11dan harusnya kementerian luar negeri itu justru sentral di sini
01:14menjadi pilar utama dalam menggerakkan kita kapan kita move, kapan kita tunggu dulu
01:21karena skema internasional yang kali ini yang dilalui di Dewan Keamanan PBB
01:27itu beda sekali dengan skema Dewan Keamanan PBB yang biasa.
01:32Pertama, faktor nama Trump ada di sana.
01:37Di mana-mana dalam resolusi Dewan Keamanan PBB itu biasanya kita mencantumkannya negara.
01:44Jadi di sini nampak betul bahwa ini adalah Trump-sentrik gitu ya.
01:50Satu pendekatan yang sangat digerakkan oleh individu.
01:55Very-very unusual, sangat-sangat tidak biasa.
01:57Kenapa itu jadi satu risiko penting yang harus kita catat?
02:03Karena sebenarnya kalau kita lihat skema perdamaian pada umumnya
02:08di situ harus dijelaskan juga mekanismenya dia berhadapan dengan pihak-pihak yang mau didamaikan
02:16itu seperti apa?
02:17Di sini justru tidak ada kejelasan posisi International Stabilization Force
02:23vis-à-vis atau berhadapan dengan Israel.
02:25Ini seperti tanggapan atau respons abstainnya China bahwa
02:30belum adanya kerangka acuan, belum adanya mekanisme pengawasan
02:34dan seperti itu yang akhirnya menjadi argumentasi China
02:37absen di resolusi Dewan Keamanan PBB.
02:39Begitu Mbak Dina juga.
02:40Itu bisa dimengerti kan?
02:42Karena memang baik Israel maupun Hamas dan Palestina
02:46itu nggak ada justru di gambar ini.
02:50Posisi mereka sebenarnya seperti apa?
02:52Bahkan tidak.
02:52Kalau kita karena kita peduli terhadap Palestina
02:55harusnya kita bisa membaca dengan jelas posisi Board of Peace ini
02:59ada sejajar dengan Palestinian Authority
03:01atau Palestinian Authority adanya di bawah sehingga bisa diperintah
03:05kemudian mengingat bahwa di ketentuan soal Israel-Palestina ini
03:11kan sebenarnya bukan baru sekali ini ya.
03:13Bertahun-tahun kita selalu punya resolusi tentang Palestina
03:17tapi resolusi yang kali ini tidak merujuk satupun terhadap apa yang sudah dilahirkan sebelumnya
03:23dan itu terkait misalnya status bahwa telah terjadi genosida
03:27telah terjadi violence terhadap ini
03:31kemudian penjajahan terhadap wilayah Palestina
03:34itu nggak dikutip sama sekali.
03:35Jadi seakan-akan ini dicopot dan untuk menyenangkan hati Trump
03:40jadi sangat kelihatan bahwa ini driven by Amerika Serikat gitu
03:45di drive oleh Amerika Serikat.
03:47Dan sebelumnya bahwa Menteri Pertahanan Syafri Samsuddin
03:51menyatakan bahwa Indonesia siap dengan opsi
03:53ada dua opsi yakni dari mandat PBB sendiri
03:55dan juga ada mandat inisiasi dari Trump.
03:57Anda melihatnya ini adalah sangat Trump-sentris?
04:00Sangat Trump-sentris
04:02dan kita harus berhati-hati begini ya
04:05kalau bukan session force berhasil itu minim
04:09kalau kita bicara yang lebih teknis lagi
04:11ini urusan meletakkan personil di sana
04:15itu kan pasti ada urusan logistik, pembiayaan
04:18kemudian komandonya dari siapa
04:21apakah Indonesia atau apakah Presiden Prabowo siap
04:25Indonesia itu diperintah oleh Amerika Serikat
04:27padahal kita punya posisi yang jelas-jelas
04:30tidak sama ya dengan Amerika Serikat
04:33dalam hal perdamaian.
04:35Kita sama-sama ingin perdamaian
04:36tapi caranya dan apa yang kita highlight
04:40kita garis bawahi sebagai perjuangan Indonesia
04:42untuk Palestina itu beda loh.
04:44Satu lagi yang saya catat juga
04:46Jerman salah satu penyuplai senjata
04:50untuk Israel
04:51itu sekarang sudah membuka lagi
04:53mengaktifasi keran pengiriman senjata
04:56untuk Israel padahal proses ceasefire
04:59apa namanya genjatan senjata
05:01ini kan masih berjalan
05:03artinya kan dukungan dari negara barat
05:05terhadap resolusi ini
05:07itu justru tidak konsisten
05:10dengan apa yang kita bayangkan
05:11tentang situasi stabilisasi
05:13situasi perdamaian
05:15artinya yang kita masukin ini
05:17betul-betul medan yang
05:18beda sekali dengan
05:19Blue Helmet ya
05:21dengan situasi yang biasanya kita bayangkan
05:24posisi apa namanya pasukan perdamaian
05:26beda sekali.
05:27Tapi Anda bisa melihat bahwa
05:28tawaran yang diberikan oleh Presiden Prabowo
05:30adalah mengirimkan pasukan
05:32dengan kontribusinya adalah
05:34medis atau kesehatan
05:36dan juga zeni konstruksi
05:38dan itu artinya
05:39belum menjalankan sasaran terkait dengan
05:43pasukan internasional yang akan beroperasi di sana
05:45tapi Anda melihat
05:45substansi dari pasukan internasional itu sendiri
05:48betul Mbak Dina?
05:50Karena kalau kita lihat
05:51payungnya yang akan memberangkatkan
05:54orang-orang ini
05:54adalah di bawah payung resolusi
05:57yang digawangi oleh Amerika Serikat
05:59kata-katanya jelas di sana ya
06:01apa saja jenis-jenis
06:02kegiatan yang akan dilakukan
06:05mulai dari personil, peralatan, keuangan
06:09kemudian bantuan teknis
06:11untuk ISF itu sendiri
06:14jadi ISF itu menjadi satu entitas
06:16yang sangat sentral di sini
06:17kita justru seakan-akan
06:19tidak melihat lagi nih
06:20apa sebenarnya yang lagi dibutuhkan oleh Palestina
06:23dalam situasi seperti sekarang
06:24jadi kalau Hamas misalnya
06:26nanti melakukan penolakan
06:29kemudian muncul lagi nanti
06:31gejolak gitu ya
06:33Indonesia siapkah berhadapan
06:36dengan Hamas di sana
06:37itu kan satu pertanyaan yang serius ya
06:40yang secara politik juga harus bisa kita
06:42bertanggung jawabkan di dalam negeri
06:44baik ini menjadi persoalan yang cukup kompleks
06:46dan perlu pendalaman lebih
06:47dan juga Indonesia
06:49harus bisa dapat mencermati
06:52pembentukan dari board office
06:53dan juga ISF atau pasukan stabilisasi
06:56internasional yang akan berada di jalur gas
06:59terima kasih sekali lagi perspektifnya
07:00Mbak Dina Praptora Harja
07:02pendiri dari Synergy Polisis
07:04telah berbagi bersama kami di Kompas Betang
07:06sehat-sehat selalu Mbak
07:07terima kasih
07:09terima kasih
07:10terima kasih

Dianjurkan