00:00Kita akan membahas resolusi Dewan Keamanan PBB soal pasukan perdamaian di Gaza, Palestina
00:05bersama praktisi hubungan internasional sekaligus pendiri Synergy Polisis, Dina Prapto Raharja.
00:12Selamat petang, Mbak Dina.
00:13Selamat petang, Mas Juno.
00:15Mbak Dina, kita lihat bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB mengajukan pembentukan pemerintahan transisi atau board of peace
00:21dan kemudian juga pasukan internasional yang akan beroperasi di Gaza hingga maksimum 31 Desember 2027.
00:28Anda melihatnya seperti apa dan Indonesia juga akan berkomitmen untuk mengirimkan pasukan dan personel ke Gaza?
00:36Pertama saya apresiasi bahwa Kompas TV memilih untuk memberi sorotan khusus pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru keluar kemarin ya.
00:46Karena menurut saya terlalu bising kalau kita langsung bicara sudah siap, kita pasukan, kemudian kemarin marinir,
00:54kemudian sebelumnya juga ada BRIMOB dari kepolisian ya mengatakan juga menyiapkan pasukan.
01:01Mengapa kali ini saya bisa melihat ketergesa-gesaan kita untuk langsung merespon
01:06tanpa melihat betapa skema ini harus kita sikapi dengan ekstra hati-hati
01:11dan harusnya kementerian luar negeri itu justru sentral di sini
01:14menjadi pilar utama dalam menggerakkan kita kapan kita move, kapan kita tunggu dulu
01:21karena skema internasional yang kali ini yang dilalui di Dewan Keamanan PBB
01:27itu beda sekali dengan skema Dewan Keamanan PBB yang biasa.
01:32Pertama, faktor nama Trump ada di sana.
01:37Di mana-mana dalam resolusi Dewan Keamanan PBB itu biasanya kita mencantumkannya negara.
01:44Jadi di sini nampak betul bahwa ini adalah Trump-sentrik gitu ya.
01:50Satu pendekatan yang sangat digerakkan oleh individu.
01:55Very-very unusual, sangat-sangat tidak biasa.
01:57Kenapa itu jadi satu risiko penting yang harus kita catat?
02:03Karena sebenarnya kalau kita lihat skema perdamaian pada umumnya
02:08di situ harus dijelaskan juga mekanismenya dia berhadapan dengan pihak-pihak yang mau didamaikan
02:16itu seperti apa?
02:17Di sini justru tidak ada kejelasan posisi International Stabilization Force
02:23vis-Ã -vis atau berhadapan dengan Israel.
02:25Ini seperti tanggapan atau respons abstainnya China bahwa
02:30belum adanya kerangka acuan, belum adanya mekanisme pengawasan
02:34dan seperti itu yang akhirnya menjadi argumentasi China
02:37absen di resolusi Dewan Keamanan PBB.
02:39Begitu Mbak Dina juga.
02:40Itu bisa dimengerti kan?
02:42Karena memang baik Israel maupun Hamas dan Palestina
02:46itu nggak ada justru di gambar ini.
02:50Posisi mereka sebenarnya seperti apa?
02:52Bahkan tidak.
02:52Kalau kita karena kita peduli terhadap Palestina
02:55harusnya kita bisa membaca dengan jelas posisi Board of Peace ini
02:59ada sejajar dengan Palestinian Authority
03:01atau Palestinian Authority adanya di bawah sehingga bisa diperintah
03:05kemudian mengingat bahwa di ketentuan soal Israel-Palestina ini
03:11kan sebenarnya bukan baru sekali ini ya.
03:13Bertahun-tahun kita selalu punya resolusi tentang Palestina
03:17tapi resolusi yang kali ini tidak merujuk satupun terhadap apa yang sudah dilahirkan sebelumnya
03:23dan itu terkait misalnya status bahwa telah terjadi genosida
03:27telah terjadi violence terhadap ini
03:31kemudian penjajahan terhadap wilayah Palestina
03:34itu nggak dikutip sama sekali.
03:35Jadi seakan-akan ini dicopot dan untuk menyenangkan hati Trump
03:40jadi sangat kelihatan bahwa ini driven by Amerika Serikat gitu
03:45di drive oleh Amerika Serikat.
03:47Dan sebelumnya bahwa Menteri Pertahanan Syafri Samsuddin
03:51menyatakan bahwa Indonesia siap dengan opsi
03:53ada dua opsi yakni dari mandat PBB sendiri
03:55dan juga ada mandat inisiasi dari Trump.
03:57Anda melihatnya ini adalah sangat Trump-sentris?
04:00Sangat Trump-sentris
04:02dan kita harus berhati-hati begini ya
04:05kalau bukan session force berhasil itu minim
04:09kalau kita bicara yang lebih teknis lagi
04:11ini urusan meletakkan personil di sana
04:15itu kan pasti ada urusan logistik, pembiayaan
04:18kemudian komandonya dari siapa
04:21apakah Indonesia atau apakah Presiden Prabowo siap
04:25Indonesia itu diperintah oleh Amerika Serikat
04:27padahal kita punya posisi yang jelas-jelas
04:30tidak sama ya dengan Amerika Serikat
04:33dalam hal perdamaian.
04:35Kita sama-sama ingin perdamaian
04:36tapi caranya dan apa yang kita highlight
04:40kita garis bawahi sebagai perjuangan Indonesia
04:42untuk Palestina itu beda loh.
04:44Satu lagi yang saya catat juga
04:46Jerman salah satu penyuplai senjata
04:50untuk Israel
04:51itu sekarang sudah membuka lagi
04:53mengaktifasi keran pengiriman senjata
04:56untuk Israel padahal proses ceasefire
04:59apa namanya genjatan senjata
05:01ini kan masih berjalan
05:03artinya kan dukungan dari negara barat
05:05terhadap resolusi ini
05:07itu justru tidak konsisten
05:10dengan apa yang kita bayangkan
05:11tentang situasi stabilisasi
05:13situasi perdamaian
05:15artinya yang kita masukin ini
05:17betul-betul medan yang
05:18beda sekali dengan
05:19Blue Helmet ya
05:21dengan situasi yang biasanya kita bayangkan
05:24posisi apa namanya pasukan perdamaian
05:26beda sekali.
05:27Tapi Anda bisa melihat bahwa
05:28tawaran yang diberikan oleh Presiden Prabowo
05:30adalah mengirimkan pasukan
05:32dengan kontribusinya adalah
05:34medis atau kesehatan
05:36dan juga zeni konstruksi
05:38dan itu artinya
05:39belum menjalankan sasaran terkait dengan
05:43pasukan internasional yang akan beroperasi di sana
05:45tapi Anda melihat
05:45substansi dari pasukan internasional itu sendiri
05:48betul Mbak Dina?
05:50Karena kalau kita lihat
05:51payungnya yang akan memberangkatkan
05:54orang-orang ini
05:54adalah di bawah payung resolusi
05:57yang digawangi oleh Amerika Serikat
05:59kata-katanya jelas di sana ya
06:01apa saja jenis-jenis
06:02kegiatan yang akan dilakukan
06:05mulai dari personil, peralatan, keuangan
06:09kemudian bantuan teknis
06:11untuk ISF itu sendiri
06:14jadi ISF itu menjadi satu entitas
06:16yang sangat sentral di sini
06:17kita justru seakan-akan
06:19tidak melihat lagi nih
06:20apa sebenarnya yang lagi dibutuhkan oleh Palestina
06:23dalam situasi seperti sekarang
06:24jadi kalau Hamas misalnya
06:26nanti melakukan penolakan
06:29kemudian muncul lagi nanti
06:31gejolak gitu ya
06:33Indonesia siapkah berhadapan
06:36dengan Hamas di sana
06:37itu kan satu pertanyaan yang serius ya
06:40yang secara politik juga harus bisa kita
06:42bertanggung jawabkan di dalam negeri
06:44baik ini menjadi persoalan yang cukup kompleks
06:46dan perlu pendalaman lebih
06:47dan juga Indonesia
06:49harus bisa dapat mencermati
06:52pembentukan dari board office
06:53dan juga ISF atau pasukan stabilisasi
06:56internasional yang akan berada di jalur gas
06:59terima kasih sekali lagi perspektifnya
07:00Mbak Dina Praptora Harja
07:02pendiri dari Synergy Polisis
07:04telah berbagi bersama kami di Kompas Betang
07:06sehat-sehat selalu Mbak
07:07terima kasih
07:09terima kasih
07:10terima kasih