Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Ledakan di SMAN 72 Jakarta yang membuat seorang siswa berstatus anak berhadapan dengan hukum membuka mata kita semua betapa tragedi ini menjadi tanggung jawab bersama.

Polisi menyebut anak tersebut terpapar konten kekerasan saat mengonsumsi media digital.

Bagaimana emosi seorang anak bisa berujung ledakan amarah?
Bagaimana pula memulihkan psikis para korban pascatragedi?

Kita bahas bersama Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Anak dan Remaja.

Baca Juga Fakta-Kronologi di Balik Ledakan SMAN 72 Jakarta | BERITA UTAMA di https://www.kompas.tv/nasional/630155/fakta-kronologi-di-balik-ledakan-sman-72-jakarta-berita-utama

#ledakansman72 #psikologanak #polisi

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/630440/ledakan-sman-72-dan-pengaruh-konten-kekerasan-psikolog-pemerintah-harus-tegas-pada-ruang-digital
Transkrip
00:00Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta yang membuat seorang siswa berstatus sebagai anak berhadapan hukum
00:06membuka mata kita semua. Betapa tragedi ini jadi tanggung jawab bersama.
00:12Polisi menyebut anak tersebut terpapar konten kekerasan saat mengonsumsi media digital.
00:18Bagaimana emosi seorang anak bisa berujung ledakan amarah
00:21dan bagaimana pula memulihkan psikis para korban pasca tragedi.
00:25Dan untuk membahasnya sudah bersama kami psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwijoyo.
00:32Selamat malam Bu Vera apa kabar?
00:34Malam kabar baik Mbak Valen.
00:36Bu Vera mengapa remaja cederung tertarik pada konten kekerasan di media sosial atau platform digital?
00:44Oke, satu tidak semua remaja mungkin tertarik ya.
00:48Jadi ini pasti juga didasari ketertarikan ini pasti juga didasari oleh emosi yang memang
00:56atau ada kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi gitu ya.
01:00Sehingga anak ini mencari-cari hal-hal lain di luar.
01:06Ya sekarang pilihannya banyak ya ada di internet, ada melalui teknologi digital.
01:10Anak bisa mencari-cari hal-hal yang bisa klop dengan kebutuhan yang dia tidak dapat penuhi
01:16dari lingkungan sekitarnya, lingkungan nyatanya baik keluarga maupun sekolah gitu.
01:20Jadi dan remaja pada dasarnya memang sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau sensasional,
01:26hal-hal yang berbau mendobrak aturan, berbau kebebasan, berbau menunjukkan power
01:32bahwa mereka di usia remaja bisa melakukan sesuatu yang berdampak cukup besar gitu.
01:39Ya tapi kalau melihat memang tidak bisa dibungkiri bahwa anak-anak zaman sekarang
01:44itu sudah dekat dengan media sosial.
01:46Mengingat juga teknologi sekarang sudah sedemikian rupa dan kalau kita misalnya
01:51nggak ngerti teknologi bisa dikatakan gap-tech gitu.
01:54Tapi bagaimana sih sebenarnya untuk membangun emosi anak supaya sebenarnya ketika mereka browsing,
02:01mereka lihat sosmed itu bisa ngerti gitu bahwa ini adalah hal baik yang patut dilihat
02:06dan ini yang nggak baik yang udah skip aja gitu.
02:09Oke, kalau kita bicara usia remaja sebenarnya mereka sudah tahu ini tidak boleh,
02:14ini boleh gitu ya, ini salah, ini benar, mereka sudah tahu.
02:18Tapi kontrol dirinya, kendali dirinya ketika mereka terpancing emosinya,
02:24katakanlah tersakiti, ingin membalas rasa sakitnya tersebut,
02:28nah itu benar-salah itu menjadi tidak ada artinya.
02:33Jadi karena mereka lebih mengikuti emosinya, ini ada hubungannya dengan cara kerja otaknya mereka juga nih,
02:39Mbak Valen gitu ya.
02:41Ada bagian yang namanya prefrontal cortex yang membantu seorang individu untuk mengambil keputusan yang tepat,
02:46mempertimbangkan konsekuensinya dari tindakannya,
02:49itu bagian itu yang membantu ya.
02:51Nah ini baru berfungsi optimal di usia 20 tahunan.
02:54Di sebelum usia itu ya anak-anak gitu ya, remaja khususnya,
02:58ya lebih mengambil keputusan bertindak mengikuti emosinya saja.
03:02Walaupun dia misalnya tahu berokok itu tidak baik gitu ya,
03:05terus ada temannya bilang alhamlah gitu aja nggak berani sih gitu.
03:08Nah itu emosinya yang terpancing akhirnya dia melakukan.
03:10Oke, berarti bisa diketahui ya, berarti bisa dibilang kalau anak remaja itu ya sampai sekarang masih haus pengakuan.
03:18Nah tapi bisa dianalisis nggak sih Bu Vera,
03:21dideteksi bagaimana kemudian menganalisa dan bagaimana kita sebagai pendamping orang tua, guru, tenaga pendidik,
03:31untuk bertanggung jawab bahwa jangan sampai emosi yang kemudian saat itu berada dalam si anak ini,
03:39tidak kemudian berdampak jadi petaka gitu.
03:45Oke, jadi remaja memang makhluk emosi dalam tanda kutip gitu ya,
03:49tapi bukan berarti mereka tidak bisa diarahkan untuk mengambil keputusan yang tepat,
03:53mengambil tindakan yang tepat gitu ya.
03:55Jadi peranan dari orang-orang dewasa di sekitar dia, baik orang tua maupun guru gitu ya,
04:00itu adalah jadi teman diskusi, teman yang mau mendengarkan betapa anehnya keluh kesahnya dia gitu ya.
04:07Kadang kan kalau kita mendengarkan anak remaja berkeluh kesah,
04:10kita akan berpikir, alah gitu aja kok dipusingin sih, gitu aja dipikirkan sih.
04:14Tapi itu tantangannya, kita harus jadi pendengar yang baik, pendengar yang aktif,
04:18tanpa menilai, tanpa menjudge, tanpa buru-buru menasehati.
04:22Itu yang dibutuhkan.
04:23Karena remaja butuh mengekspresikan emosinya terlebih dahulu untuk tenang.
04:28Setelah dia tenang baru bisa diajak berdiskusi tentang pilihan-pilihan apa aja yang dia punya gitu ya.
04:36Misalnya katakanlah dia menjadi korban buli, dengarkan dulu keluh kesahnya.
04:40Nah banyak anak yang, khususnya yang datang ke tempat praktek saya,
04:45tidak mendapatkan tempat untuk mencurahkan apa yang dia rasakan, apa yang dia alami gitu ya.
04:50Nggak ada teman bicara gitu, jadi semua dipendam sendiri.
04:53Itu padahal yang dibutuhkan adalah teman bicara, sehingga dia tahu bagaimana nih harus bersikap dengan tepat,
04:59mengambil solusi yang tempat untuk menghadapi masalahnya gitu.
05:02Oke, teman bicara, ruang dialog itu adalah hal penting.
05:06Tapi gimana ya membangun ruang dialog itu?
05:08Karena kadang ada juga anak yang pertama kilahan figur orang tua.
05:13Atau sebenarnya orang tuanya itu ada di dekat mereka, tapi seolah merasa jauh gitu.
05:18Nah gimana untuk membangun ruang dialog ini sebenarnya?
05:24Jadi butuh effort dari kedua-duanya sebetulnya gitu ya.
05:27Seringkali yang terjadi adalah orang tua ketika anaknya sudah mulai beranjak besar,
05:32remaja, punya dunia sendiri, terus mulai susah diajak ngomong gitu ya.
05:37Jadinya terus orang tuanya, ya sudahlah biar ajalah dia sendiri.
05:40Nah makin lama hubungannya makin renggang.
05:43Padahal yang harus dilakukan adalah ya sama-sama beradaptasi gitu ya.
05:46Orang tua beradaptasi beda, merubah gaya komunikasi, merubah cara mulai bicara,
05:54cara mengajak anak mulai bicara, itu dirubah gitu ya.
05:59Jadi saya mungkin cerita sedikit tentang ada salah satu orang tua yang datang ke tempat praktek,
06:04kebingungan bagaimana cara mengajak anaknya komunikasi, karena anaknya seharian main game aja gitu ya.
06:09Jadi kalau diajak ngomong, ibunya diusir gitu ya.
06:12Kalau ibunya mendekati, ngapain sih? Sana-sana-sana, bunda sana-sana gitu ya.
06:16Akhirnya kita mulai dengan apa?
06:18Oke saya bilang, ibu duduk di sampingnya, usap-usap aja pundaknya,
06:22coba aja di situ, nggak usah ngomong, nggak usah diajak ngomong, tetap aja di sampingnya.
06:25Besok ulangi lagi, tetap lakukan kontak fisik pada anaknya.
06:30Lama-lama cair, lama-lama dimulai dari situ, terus terjadi dialog.
06:33Itu yang pelan-pelan bisa dilakukan ya.
06:36Nah ini akan lebih baik lagi kalau memang dari sebelum anak usia remaja,
06:40sudah ada waktu rutin memang untuk ngobrol-ngobrol santai, saling tukar cerita gitu ya.
06:45Jadi ketika ada masalah apapun di luar rumah,
06:49anak bisa dengan leluasa untuk bercerita kepada orang tuanya,
06:54karena dia sudah merasa nyaman gitu, sudah terbiasa untuk bercerita.
06:58Nah di sekolah juga dibutuhkan seperti itu nih sebenarnya Mbak Valen gitu ya.
07:02Guru-guru bisa ambil peranan seperti itu juga.
07:05Oke Bu Fero, Anda menyampaikan bahwa itu adalah peran keluarga dan juga peran pihak sekolah atau tenaga pengajar.
07:10Tapi lebih dari itu, sekarang ini peran negara seperti apa untuk menangani ya kasus tersebut.
07:17Pertama supaya anak tidak terpapar konten negatif lewat media digital,
07:21kemudian juga sekaligus menjadi langkah antisipasi supaya peristiwa ini tidak terulang lagi.
07:27Oke, sejak maraknya dunia digital gitu ya, kita sudah melakukan banyak sekali literasi digital.
07:34Walaupun mungkin dengan masih meningkatnya kasus kekerasan gitu ya,
07:39masih meningkatnya kasus-kasus yang kriminal datangnya dari dunia digital,
07:44mungkin kayaknya masih belum cukup dan mungkin belum luas gitu ya.
07:49Tanggung jawab utama memang di orang tua untuk mendampingi dan mengawasi penggunaan digital pada anak gitu ya.
07:55Dan sekolah pun juga membantu.
07:57Tapi dengan makin banyaknya kasus kekerasan yang terinspirasi dari apapun yang dilihat di konsumsi anak di dunia digital gitu ya,
08:07sepertinya sudah mulai dibutuhkan nih gitu ya,
08:10sudah dibutuhkan tindakan yang lebih tegas, yang lebih keras dari pemerintah.
08:15Di mana pemerintah kan juga punya kewajiban untuk melindungi warga negaranya gitu ya, termasuk anak-anak gitu ya.
08:20Dan rencana pemerintah untuk membatasi kekerasan, konten kekerasan di media digital ini juga salah satu solutif.
08:28Atau ada hal yang lebih tepat lagi, Bu Fero? Singkat saja.
08:32Salah satu solusi, betul gitu ya.
08:35Karena beberapa tahun, tahun ini saja ya, kita sepatut apresisi juga usaha pemerintah.
08:39Pemerintah sudah meluarkan PP Tunas, katakanlah gitu ya.
08:42Itu salah satu usaha untuk melindungi anak-anak supaya aman di dunia digital.
08:47Cuma ini kan kita kejar-kejaran ya, dengan banyak kasus dan intensitasnya juga, intensitas kekerasannya juga makin mengerikan gitu ya.
08:56Sehingga kalau menurut saya, ya perlu ada tindakan yang lebih tegas lagi.
09:01Salah satunya ya, pembatasan konten kekerasan, pembatasan game-game online gitu.
09:06Walaupun ini hanya salah satu faktor, tapi sangat berpengaruh bagi remaja.
09:10Baik, terima kasih sudah berbagi informasi bersama kami di Kompas Malam Kompas TV,
09:15Psikolog Anak dan Remaja, Ibu Vera Itabiliana Hadi Wijoyo.
09:18Terima kasih, salam sehat selalu.
09:19Terima kasih, malam.

Dianjurkan