00:00Saudara buntut ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta, pemerintah akan membatasi akses game yang mengandung kekerasan seperti PUBG.
00:09Kami bahas bersama dengan Komisioner KPAI, Dia Puspitarini, yang telah bergabung bersama kami di Kompas Petang.
00:15Selamat petang, Mbak Dia.
00:17Selamat petang, Mas Yasir.
00:19Mbak Dia, yang kejadian di SMA Negeri 72 menjadi sorotan kita semua tidak terkecuali pemerintah.
00:25Ini dari istana juga akhirnya sudah menyatakan bahwa akan membatasi game-game yang mengandung kekerasan seperti PUBG.
00:33Menurut Anda, apakah langkah ini betul-betul akan bisa mencegah kejadian ini terulang kembali?
00:41Ya, yang pertama saya mengapresiasi istana sudah mengambil sikap dalam hal ini dan juga merespon salah satunya adalah dengan akan memblokir game tersebut.
00:54Sebenarnya, kalau kami boleh meminta, tidak hanya game itu saja.
01:00Karena KPAI sudah mengkaji beberapa hal terkait beberapa online yang itu sangat mempengaruhi anak-anak kita.
01:07Tidak hanya anak-anak yang mereka terus bisa main tembak-tembakan mungkin ya.
01:15Tapi dari itu, unsur kekerasan dalam game online yang pernah kami sampaikan pada Kominfo kala itu dan sekarang Kominfo itu banyak, Mas.
01:24Berarti KPAI sendiri, Mbak Dia maaf saya potong, sebagai penegasan begitu berarti KPAI sendiri sebenarnya sudah ada kajian yang menyimpulkan bahwa game-game yang mengandung kekerasan tersebut berdampak buruk ya terhadap anak ya?
01:40Ya, bahkan dua game yang tidak tersebutkan tadi oleh Mas Yasir itu sudah pernah kami sampaikan karena ini mengandung unsur suicide.
01:51Beberapa anak melakukan suicide itu yang kami tangani tempat membuka game tersebut ya, aktif di game tersebut.
02:02Terus ada juga unsur kekerasan yang lain yang juga didapat dari beberapa game online yang lain ya.
02:07Jadi, kalau kami sebenarnya sudah memetakan beberapa game online yang memang ini sudah warning nih, harus segera ditutup, sesegera mungkin gitu.
02:16Kenapa? Karena ini sangat berdampak luas pada anak-anak kita.
02:21Anak-anak kita hari ini belajar dari apa pembiasaan yang dia lakukan.
02:25Nah, masalahnya adalah anak-anak kita ini sangat biasa main game gitu ya.
02:30Jadi, kalau misalnya kemudian mereka belajar dari game dan akhirnya dilakukan di kehidupan yang nyata, ya nyatanya sekarang terjadi kan gitu.
02:40Kajian dari KPAI dampaknya seluas apa, separah apa, sehingga KPAI sendiri juga sebenarnya jauh-jauh sebelum kejadian ini sudah menyuarakan untuk membatasi anak-anak untuk bermain game-game yang mengandung kekerasan.
02:53Yang pertama adalah unsur kekerasan itu sendiri, Mas.
02:58Jadi, pernah tahun 2023 itu kami menangani kasus di mana anak ini membuli temannya, perundungan temannya dengan sesuatu yang di luar nalar kami begitu saat itu.
03:13Nah, ternyata mereka terinspirasi dari salah satu game.
03:16Kemudian kami juga pernah mendapati kasus di mana anak-anak ini secara bergerombol juga melakukan perundungan pada temannya.
03:25Ternyata mereka juga terinspirasi dari satu game.
03:28Ternyata kami juga menangani kasus yang lain di mana anak mengakhiri hidup atau membunuh diri itu juga mereka belajar dari salah satu game sebelumnya.
03:38Ya, percobaan bunuh diri kemudian sampai mengakhiri hidup.
03:43Nah, bahkan kami juga ini maaf kami sampaikan.
03:48Tahun 2024, bagaimana anak-anak itu bisa turun aksi ke jalan, itu kan kami analisis juga karena salah satu game.
03:57Nah, itu runtutan-runtutan di mana kami mendapati bahwa tidak hanya unsur kekerasan, tidak hanya unsur pembiasaan sehingga anak-anak bersikap kasar.
04:08Tetapi lebih dari itu, bahwa game itu sudah dipakai untuk, mohon maaf, berkoordinasi.
04:15Kemudian, mohon maaf, tambah satu lagi ya, tawuran.
04:18Tawuran itu juga mereka janjianya lewat game.
04:20Oke, sangat mengkhawatirkannya, sangat memprihatinkan.
04:24Kemudian KPI, tadi Mbak Dia bilang bahwa KPI sendiri sudah pernah melakukan rekomendasi atau sejenis audiensi begitu dengan KomDigi.
04:33Saat itu, apa respon ataupun feedback dari KomDigi?
04:37Ya, buktinya sampai sekarang gamenya masih, Mas.
04:43Tidak hanya KomDigi ya, KomDigi ya, KomInfo sebelumnya pun sudah kami surati bahkan.
04:47Tetapi ya, kami sayangkan ternyata hingga hari ini tidak ada tindakan dan kita lihat saja.
04:54Ternyata kan semakin banyak ya korbannya, semakin banyak anak-anak yang, mohon maaf, mereka mendapatkan insight kemudian mencoba untuk merealisasikan di kehidupan nyata dari game.
05:06Gitu, Mas.
05:07Dan akhirnya Manchester United sendiri akhirnya sudah angkat suara ya, akan bakal membatasi sejumlah games yang mengandung kekerasan begitu.
05:15Ini menurut Anda langkahnya hanya sampai di sini saja atau perlu langkah konkret lainnya?
05:20Mengingat apa yang tadi Anda sampaikan, Mbak Dia, dampaknya sudah sangat mengkhawatirkan bagi anak-anak.
05:25Ya, tampaknya tidak hanya sampai di sini, Mas. Ini harus ada sustainability, keberlanjutan.
05:33Mohon maaf, oke kita memblokir. Katakanlah sudah kita blokir ya, beberapa situs.
05:40Tetapi, blokir saja tidak cukup. Kita harus memberikan literasi kepada anak-anak kita, orang tua-orang tua, untuk lebih aware apa mana yang memang baik untuk media sosial anak-anak kita.
05:53Nah, sebenarnya sudah ada peraturan ya, peraturan pemerintah tentang penggunaan media sosial, ya kan, terus pembatasan usia.
06:02Nah, itulah sebenarnya sudah ada. Hanya saja sampai hari ini, itu implementasinya masih kurang, Mas.
06:07Jangankan implementasi ya, sosialisasinya juga masih kurang.
06:11Sehingga, saya masih mendapati nih beberapa anak-anak kita, ya, yang ternyata juga masih saja melakukan kekerasan.
06:17Ternyata ketika kami tanya, dari mana anak mendapatkan ini, informasi ini, wah saya sudah biasa main game.
06:24Oh, oke deh. Ya, akhirnya kan kejadian yang tidak kita nyana-nyana terjadi juga gitu ya, Mas.
06:32Oke, harapannya ini Mensesnek yang sudah angkat bicara ini tidak hanya jadi wacana ya, tapi tetap terrealisasi.
06:38Kita ke kasus yang tengah terjadi, ini KPI sendiri juga melakukan pendampingan terhadap korban ledakan yang saat ini juga masih dirawat.
06:47Bagaimana pendampingan yang dilakukan KPI terhadap korban ledakan ini?
06:51Ya, setelah kemarin kami turun hampir tiap hari, Mas, ya, dan hari ini juga beberapa teman-teman KPI juga turun di sekolah dan di rumah sakit juga.
07:02Kami memastikan, hari ini kami memastikan proses belajar-mengajar.
07:06Kami pantau, Mas, hari ini anak-anak semua mendapatkan pendampingan dari HIMSI secara online.
07:16Kemudian hari ini dokter-dokter psikolog kepolisian itu sudah mulai turun ke rumah sakit-rumah sakit ya, menemui anak-anak yang masih dirawat.
07:28Kemudian per hari ini juga kami sudah cek UPTDPPA dengan tim psikolog dan juga tim psikolog dari Puskesmas sudah turun ke rumah-rumah di mana anak-anak sedang dirawat jalan.
07:39Baik.
07:41Jadi kalau kami melihat hari ini sudah mulai berjalan, dan kalau tadi disampaikan guru-guru ke sekolah, karena memang ada pendampingan untuk guru ya, pendampingan trauma untuk guru, terutama 17 guru,
07:54kemudian 35 guru yang lainnya, maaf, 25 guru yang lainnya itu juga mendapatkan pendampingan.
08:05Tetapi berbeda dengan 17 guru yang terdampak.
08:08Ya, gitu Mas. Jadi semuanya kita pastikan hari ini mendapatkan pendampingan pasca trauma.
08:16Baik. Terima kasih Komisioner KPI Mbak Diyah Pusbitar ini telah berbagi informasi bersama kami di Kompas Petang.
08:21Salam sehat Mbak Diyah.
08:22Terima kasih Mas Yashir.