KOMPAS.TV - Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, menyisakan pemandangan memilukan.
Krisis pangan dan air bersih kini menghantui para pengungsi, khususnya di Aceh Tamiang yang terdampak paling parah.
Bantuan yang belum menyentuh seluruh Aceh Tamiang membuat warga bertahan hidup dengan seadanya.
Bahkan sekadar untuk minum, mereka terpaksa menggunakan sisa genangan air banjir.
Kondisi ini diperparah tempat pengungsian yang tak memadai. Belum berdirinya posko pengungsian membuat para pengungsi harus berlindung di balik terpal tipis.
Hidup dengan kondisi terbatas dalam situasi darurat membuat bantuan kini jadi asa bagi para korban banjir dan longsor untuk bertahan hidup.
Hingga saat ini, pemerintah terus berupaya membuka akses jalur darat yang masih terisolasi demi bisa segera memberi bantuan kepada korban bencana banjir.
Bagaimana dengan yang seharusnya dilakukan dalam penanganan bencana banjir di Sumatera?
Kita akan bahas dengan narasumber melalui daring bersama pakar kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta, Profesor Eko Teguh Paripurno.
Baca Juga [LIVE] BAPANAS Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Banjir dan Longsor di Sumatera di https://www.kompas.tv/regional/635364/live-bapanas-salurkan-bantuan-untuk-korban-bencana-banjir-dan-longsor-di-sumatera
#bencanaalam #sumatera #banjir #longsor
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/635365/full-pakar-kebencanaan-bicara-soal-penanganan-bencana-banjir-dan-longsor-di-sumatera
00:00Ya saudara, pemberitaan kami masih terfokus kepada bencana di Sumatera.
00:04Bagaimana dengan yang seharusnya dilakukan dalam penanganan bencana banjir di Sumatera?
00:09Siang ini kita akan bahas dengan arah sumber melalui dari bersama pakar kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta.
00:15Telah bergabung bersama kami Prof. Eko Tegupari Purno.
00:19Selamat siang Prof. Eko.
00:21Selamat siang Mbak.
00:23Prof. Eko, jika kita melihat bencana yang terjadi di Sumatera ini,
00:26apakah karakter banjir di tiga provinsi ini berbeda-beda?
00:30Misalnya di daerah Pegunungan Sumber, perkotaan seperti Medan, dan pesisir Aceh misalnya Prof?
00:37Ya, kalau kondisi biasa memang beda ya.
00:44Jadi Sumatera Barat itu lebih sering dengan orang nyebut banjir bandang galudunya gitu.
00:52Lantas Medan seringnya kan banjir di urban gitu.
00:56Lantas di Aceh banjir persisir.
00:59Tapi kondisi ini berbeda ketika kemarin siklon lantas intensitas hujan di banyak tempat itu meningkat
01:08sampai 30 kali lipat dari yang biasanya sebulan 150 mm menjadi sehari 150 mm.
01:17itu hampir semuanya menjadi banjir bandang dan didorong oleh banyak titik yang longsor.
01:27Jadi banjir bandang hampir menjadi jenis banjir yang banyak terjadi di Sumut, Sumber, maupun Aceh gitu.
01:41Dan tentunya itu meluas di bagian hilirnya itu menjadi banjir kiriman dan genangan.
01:49Dengan jumlah kandungan lumpurnya yang banyak dibanding banjir-banjir yang lasim terjadi ketika normal.
01:58Berarti ada banjir bandang, banjir pesisir begitu dan juga ada kiriman.
02:03Lantas seberapa besar nih Prof pengaruh hujan ekstrim yang kemarin sempat terjadi terhadap kejadian ini?
02:09Apakah ini menjadi salah satu faktor utama?
02:11Ya, ada dua faktor utama.
02:18Satu faktor ya tentang intensitas hujan itu sendiri yang besar 30 kali lipat gitu lah rata-rata.
02:26Sisi lain adalah kerentanan di lahan dan warga itu sendiri gitu.
02:35Pentanan yang terjadi karena lahan tidak mampu lagi menerima intensitas hujan yang sebegitu besar.
02:47Karena apa? Ya karena sudah begitu banyak terjadi perubahan tata kelolahan di kawasan-kawasan das tersebut.
03:01Itu Mbak.
03:01Berarti bisa kita jelaskan seperti ini Prof, kalau hutan kita itu baik-baik saja, apakah lahan ini juga mampu menahan intensitas hujan yang kemarin ini, yang ekstrim tadi ini Prof yang Anda jelaskan tadi?
03:18Betul, jadi kita memang harus jangan menyalakan hujan terus gitu.
03:27Kayak nanti nggak perlu usaha.
03:29Nah, yang penting bahwa kita memperhatikan gimana catchment area itu punya daya dukung yang memadai apabila siklon, tropis, hujan itu ada.
03:45Setidaknya kalau dari catatan perubahan tata guna lahan itu meningkatkan 30 sampai 90 persen ancaman itu menjadi menguat.
04:03Jadi karena kerentanannya yang tadinya bisa menahan sampai 90 persen bergeser sampai pada nol pada daerah-daerah bukaan yang merupakan pembalakan yang belum resah itu.
04:21Gitu Mbak.
04:22Berarti perubahan tata guna lahan ini yang harus kita garis bawahi di samping kita melihat cuaca ekstrim yang kemarin terjadi.
04:31Namun Prof, Eko bagaimana Anda menilai respons pemerintah daerah dan pusat sejauh ini?
04:38Kita belum mendengar adanya status darurat bencana nasional. Apakah ini sudah tepat menurut Anda? Kacamata Anda seperti apa?
04:45Ya, sebenarnya respon yang baik, dukungan pemerintah pusat ke daerah memang tidak harus ada status bencana nasional.
05:01Tapi yang penting melihat memang bisa menangani permasalahan yang ada di daerah.
05:10Nah, dengan dibuka menjadi nasional, ada keuntungannya adalah terbukanya bantuan internasional yang kemungkinan hadir, tapi tentu ada keburukannya.
05:25Seolah-olah menjadi, betul kita tidak mampu. Pilihannya memang ada dua itu.
05:30Tapi yang perlu diperhatikan bahwa kita punya kelemahan dalam hal merespon yang seharusnya bisa direspon sejak siaga darurat,
05:46dalam kecepatan atau kecepatan yang memadai,
05:53mantap menjadi tanggap darurat mulai dari kabupaten sampai provinsi sehingga tidak terjadi salah informasi.
06:03Yang terjadi sekarang kan terkesan salah informasi sehingga situasi yang sebenarnya di atas rata-rata itu masih dianggap hal yang biasa.
06:18Sehingga ada gagap respon.
06:21Tapi apakah Anda melihat di level provinsi ini sudah cukup terakomodir?
06:29Mengingat ada banyak kelompok rentan juga yang harus kita perhatikan, Prof, Eko.
06:34Kita melihat ada mungkin orang tua, lansia, ada anak-anak balita yang butuh kecepatan untuk menerima bantuan.
06:42Nampaknya provinsi, pemerintah provinsi belum begitu tanggap begitu.
06:45Sedangkan dari skala nasional belum menjangkau keseluruhan.
06:50Karena kita berkejaran dengan waktu. Ini saja sudah sepekan lebih, Prof.
06:53Iya. Jadi, sebenarnya memang ujung tombaknya itu adalah di pemerintah daerah, di kabupaten.
07:04Lantas, kalau nggak mampu, itu berarti dibantu provinsi.
07:13Sebenarnya nasional itu tidak bisa menjadi ujung tombak yang cepat.
07:20Jadi, justru memahami bahu-bahunya adalah bagaimana antarairah itu bisa saling nolong dan
07:30kalau memungkinkan nasional itu mengisi kosongan.
07:37Nah, permasalahannya adalah sekarang apa yang dibutuhkan di tingkat warga, kelompok-kelompok rentan,
07:44ya, itu punya gap dengan kecepatan.
07:49Kebutuhan warga itu tidak bisa diimbangi oleh kecepatan penyajian, bantuan,
07:56baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
08:00Itu pula yang dibanyak pendapat bahwa ini perlu gerakan yang lebih masif, gitu.
08:11Apalagi kalau menyangkut bantuan darat itu belum sepenuhnya bisa disampaikan.
08:20Itu.
08:21Namun kemarin kita sempat mendengar ada sejumlah kepala daerah yang menyatakan
08:26tidak sanggup menangani dampak.
08:27Bagaimana kita harusnya merespons ini? Bagaimana pemerintah pusat merespons ini, Prof?
08:33Ya, ini menariknya.
08:35Sebenarnya manajemen melepaskan ke lebih tinggi,
08:45itu juga bisa menjadi cermin bagi daerah lain.
08:51Karena ujung tombaknya memang sekali lagi saya sampaikan di daerah.
08:55Dan ketika tidak sanggup, dilempar ke atasnya.
09:00Nah, komunikasi ketidaksanggupan ini yang perlu diperbaiki.
09:06Agar tidak terjadi salah tangkap.
09:10Saya contohkan adalah misalnya kepala badan memahami kedaruratan separah ini,
09:20itu baru setelah melakukan kunjungan misalnya.
09:24Padahal sebelumnya bisa dilakukan komunikasi-komunikasi dari WBWD Kabupaten ke provinsi, ke nasional.
09:33Ini yang menyebabkan ada waktu respon yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
09:42Jadi, baik menyampaikan ketidaksanggupan itu ada dalam tanda petik mekanisme yang lebih baik yang seharusnya dilakukan.
09:57Dari kaji cepat, respon dilakukan,
10:00dan menantat butuh bantuan,
10:05melakukan,
10:07memberikan informasi ke lebih atas,
10:12itu jadi poin-poin yang harus disampaikan.
10:16Itu sih, Mbak.
10:17Baik, berarti pelaporan untuk ketidaksanggupan ini ada tahapannya begitu, Prof.
10:23Ini yang harus dikomunikasikan dengan baik.
10:25Tapi mengingat beberapa daerah ini kan tingkat keparahan dan dampaknya ini berbeda-beda.
10:30Berarti komunikasi ini yang juga harus diteruskan hingga ke atas.
10:33Dan bagaimana pemerintah pusat harusnya bisa memapping ini, Prof?
10:37Poin menariknya sebenarnya adalah ketika kegagalan memahami peringatan
10:45untuk menjadi sebuah aksi.
10:47Jadi, sekarang ada istilah
10:50aksi merespon peringatan dini itu di banyak daerah.
10:57Ini enggak mewakil, enggak hanya di sana, mungkin di daerah lain juga.
11:00Contohnya adalah informasi tanggal 22 dari BMKG,
11:05itu belum mampu menjadi bagian yang dipersiapkan
11:17untuk aksi di daerah.
11:19sehingga tidak ada atau belum berlaku aksi merespon peringatan dini di daerah.
11:27Dan tiba-tiba misalnya risiko yang hadir itu di luar kuasanya.
11:35Nah, kalau tahapan ini dilakukan dengan baik, itu tentu akan tidak sedahsyat gap
11:45responnya seperti sekarang.
11:47Tentu ini ada diskusi di sana.
11:50Jadi, kenapa itu terjadi?
11:54Karena itu kalau kita lihat, poin 22 Desember, warning BMKG itu menjadi penting.
12:04Sehingga ada hitung hari, golden timenya sebelum puncaknya, misalnya di 27.
12:13Jadi, itu mbak.
12:16Oke, Prof Eko, banyak juga laporan soal rusaknya jembatan, tanggul, dan akses jalan.
12:22Seberapa besar kerusakan infrastruktur ini memperlambat upaya penanganan?
12:26Dan harusnya menjadi prioritas apa ini untuk menangani infrastruktur terlebih dahulu?
12:32Iya, ini yang saya bilang bahwa sering saya sampaikan bencana ini lebih parah dari Aceh.
12:41Karena keluasannya di satu sisi sehingga banyak sekali penyintas yang harus diurus.
12:48Dan sementara infrastruktur itu rusak sehingga rantai asok logistik itu sangat sulit.
13:02Nah, karena butuh alternatif-alternatif yang penting segera diputuskan.
13:11Selain dalam jangka pendek dalam menggunakan distribusi logistik dan udara,
13:20itu juga bagaimana bersegera membangun infrastruktur,
13:26memperbaiki infrastruktur dengan infrastruktur darurat ke daerah-daerah isolasi.
13:33Nah, ini juga bagian penting untuk kita besok lebih berhati-hati sehingga membuat,
13:43catatannya adalah membuat infrastruktur yang lebih tahan bencana.
13:50Baik, infrastruktur yang lebih tahan bencana mengingat Sumatera.
Jadilah yang pertama berkomentar