Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
  • 7 menit yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Rapat Dewan Gubernur, RDG Bank Indonesia pada 18-19 November 2025, memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50%.

Keputusan ini konsisten dengan fokus kebijakan jangka pendek, pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk investasi portofolio asing dari dampak meningkatnya ketidakpastian global, dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, yang telah ditempuh selama ini.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut, dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali, dalam sasaran 2,51%, serta perlunya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Pelonggaran kebijakan makroprudensial diperkuat dengan meningkatkan efektivitas implementasi pemberian likuiditas kepada perbankan dalam mempercepat penurunan suku bunga dan kenaikan pertumbuhan kredit, pembiayaan ke sektor riil khususnya sektor-sektor prioritas pemerintah.

Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran.

Apa saja yang menjadi pertimbangan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen?

Kompas Bisnis akan langsung berbincang dengan Firman Mochtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia.

Baca Juga Masih Simpan Uang Rupiah Lama? Ini Cara Resminya Menukar ke Bank Indonesia di https://www.kompas.tv/info-publik/629698/masih-simpan-uang-rupiah-lama-ini-cara-resminya-menukar-ke-bank-indonesia

#bankindonesia #sukubunga #ekonomi

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/633088/bi-tahan-suku-bunga-acuan-di-4-75-persen-apa-saja-pertimbangan-utamanya-sapa-pagi
Transkrip
00:00Dan masih bersama kami di Kompas Bisnis Saudara Rapat Dewan Gubernur atau RDG Bank Indonesia pada 18 hingga 19 November 2025
00:08memutuskan untuk mempertahankan bay rate sebesar 4,75 persen, suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 5,50 persen.
00:20Keputusan ini konsisten dengan fokus kebijakan jangka pendek pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk investasi portofolio asing
00:30dari dampak meningkatnya ketidakpastian global dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini.
00:40Kedepan Saudara Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga bay rate lebih lanjut dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali
00:52dalam sasaran 2,5 resmini 1 persen serta perlunya untuk turut mendorong pertumbungan ekonomi yang lebih tinggi.
01:01Pelonggaran kebijakan makroprudensial diperkuat dengan meningkatnya efektivitas implementasi pemberian likuiditas kepada perbankan
01:07dalam percepat penurunan suku bunga dan naikkan pertumbuhan kredit, pembiayaan ke sektor real, khususnya sektor-sektor prioritas pemerintah.
01:16Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital,
01:24penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran.
01:29Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 18 dan 19 November 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 4,75 persen,
01:51demikian juga suku bunga deposit fasiliti tetap sebesar 3,75 persen, dan suku bunga lending fasiliti tetap sebesar 5,5 persen.
02:07Sedara lalu apa saja kemudian yang menjadi pertimbangan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen,
02:14Kompas Bisnis akan langsung berbincang dengan Firman Muhtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
02:21Pak Firman, selamat pagi.
02:23Selamat pagi, Mas Sian. Selamat pagi, salam sehat semuanya.
02:27Salam sehat semuanya. Pak Firman, ini bagaimana sih asesmen Bank Indonesia terhadap perkembangan ekonomi global?
02:33Ini khususnya juga terkait dengan tren perlambatan ekonomi di berbagai negara.
02:38Terima kasih. Dalam rapat Dewan Gubernur, beberapa hal kami diskusikan terkait dengan
02:43bagaimana Bank Indonesia melihat kondisi global yang secara umum menurut bacaan kami terkini memang dalam tren perlambatan.
02:51Proses perlambatan memang terus berlanjut dan dipengaruhi oleh dampak langsung maupun tidak langsung
02:57dari berbagai kondisi perkembangan tarif di Amerika Serikat.
03:01Dampak langsungnya tentu ini akan berpengaruh terhadap bagaimana global value chain yang terjadi
03:08dan juga kemudian berdampak terhadap inflasi yang terus masih belum turun dengan cepat.
03:14Itu yang terjadi di Amerika Serikat sendiri secara khusus kami sampaikan,
03:17government shutdown yang dilakukan secara temporer ini berdampak terhadap bagaimana
03:22pengeluaran pemerintah yang kami perkirakan berdampak terhadap pertumbuhan Amerika Serikat
03:27yang akan lebih lambat di tahun 2025 ini dan berlanjut di tahun 2026.
03:34Sementara negara-negara lain, Jepang kita lihat juga belum kuat.
03:37Sementara itu Tiongkok permintaan domestiknya masih belum cukup kuat meskipun ada beberapa stimulus
03:45yang memang belum cukup kuat.
03:47Sementara yang masih membaik ini terkait dengan Eropa yang kami lihat masih meningkat,
03:54dipengaruhi oleh stimulus moneternya yang berlanjut.
03:58Dan yang satu lagi yang masih kita lihat cukup kuat ini mentera dagang kita terkait dengan India.
04:04Permintaan domestiknya masih tetap baik di sekitar 7% tumbuhannya.
04:08Yang secara keseluruhan, Mas Sian, kami melihat pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 ini bergerak pada kisaran 3,1%
04:19menurut dibandingkan dengan perkembangan di tahun 2024 yang lalu.
04:26Pak Firman, yang juga jadi pertanyaan ini, bagaimana kemudian perkembangan dan juga proyeksi inflasi di negara maju,
04:32khususnya di Amerika Serikat begitu?
04:34Dan kaitannya dengan proyeksi arah kebijakan suku bunga Fed Fund Rate atau Fed Rate begitu ya?
04:40Bagaimana ini dampaknya terhadap dinamika di pasar keuangan global?
04:45Menarik pertanyaannya, Mas Sian.
04:48Seperti saya sampaikan tadi, tarif Trump ini memang berpengaruh terhadap bagaimana dinamika di Amerika dan juga global secara keseluruhan.
04:57Untuk Amerika Serikat sendiri, ternyata perkembangannya, satu, dampak dari government shutdown yang sifatnya temporer ini,
05:06membuat memang the Fed, Federal Reserve-nya, Bank Sentral-nya Amerika Serikat,
05:15perlu melihat kembali angka-angka terkait dengan ekonomi domestiknya sendiri.
05:19Itu yang pertama.
05:20Yang kedua adalah terkait dengan dampak dari tarif itu sendiri.
05:25Kami melihat perkembangan dari inflasi Amerika Serikat sendiri ternyata tidak secepat penurunannya yang kita perakhirkan.
05:33Inilah yang kemudian kita dengar banyak sekali statement-statement dari pejabat The Fed, Federal Reserve,
05:40yang berusaha lebih berhati-hati untuk melangkah ke depan,
05:44mengambil langkah lanjutan penurunan dari Fed Fund Rate-nya sendiri.
05:49Kami melihat angka-angka ini di mana pertama, bagaimana proses tenaga kerjanya,
05:56pasal tenaga kerjanya yang ternyata tidak secepat perbaikan yang kita harapkan,
06:01ternyata masih kuat, pengaruh dampak imigrasi dan juga tadi tarif.
06:05Itu yang pertama.
06:06Yang kedua, inflasinya memang belum turun dengan cepat.
06:10Kami melihat ini berpengaruh terhadap arah kebijakan Fed Fund Rate.
06:13Kami sedikit menggeser, kami perakirkan tadi awalnya akan ada kembali penurunan di bulan Desember,
06:20kami bergeser menjadi kemungkinan terjadi di bulan-bulan awal di tahun 2026.
06:26Inilah sepertinya yang berpengaruh terhadap bagaimana kondisi perekonomian global,
06:31khususnya pasar keuangan, disampaikan oleh Mas Ian tadi.
06:34Pasar keuangan agak-agak bingung melihat kondisi ini yang berdampak aliran modal ternyata kembali lagi ke Amerika Serikat.
06:44Sementara aliran modal ke negara berkembang agak berkurang,
06:48yang mengalir lebih banyak kepada pasar saham.
06:51Inilah yang membuat bagaimana kondisi, bagaimana dolar Amerika Serikat kembali menguat dalam beberapa perkembangan terakhir,
07:00dan menekan banyak mata uang di negara berkembang termasuk Indonesia.
07:03Oke, ini juga yang menjadi perhatiannya di mana justru uang kembali ke Amerika Serikat lagi,
07:09terutama tadi dampaknya terhadap pasar keuangan.
07:12Begitu apabila dinamika secara global ini juga cukup signifikan,
07:15bagaimana kemudian di dalam negeri, bagaimana kemudian asesmen Bank Indonesia
07:19terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan juga inflasi pada triwulan 4 tahun 2025 ini?
07:26Yang patut kita sampaikan, perkembangan ekonomi Indonesia,
07:31pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2003 kemarin,
07:35sebagaimana kita ketahui,
07:37pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap baik,
07:39tumbuh di sekitar 5,04 persen pada tahun 2003 tahun 2024.
07:45Beberapa faktor yang kami coba cermati,
07:48ini disupport oleh permintaan domestik,
07:50yang kami lihat memang,
07:52sebagaimana kita ketahui,
07:54memang masih cukup baik.
07:55Satu hal yang mendukung pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga adalah
07:58perilaku front-loading dari eksportir,
08:01merespon tarif kemarin yang mendorong ekspor kita tumbuh cukup baik di triwulan ketiga ini,
08:07dan menopang pertumbuhan ekonomi di 5,04 tersebut.
08:11Secara kedaerahan,
08:12spasial kita lihat,
08:14ekonomi di wilayah Jawa ini masih cukup kuat,
08:17ditopang oleh bagaimana pengaruh dari sektor industri pengolahan yang cukup besar.
08:22Satu hal yang menjadi perhatian kita seperti kami sampaikan tadi adalah
08:26bagaimana ekonomi global,
08:28ketidakpastian pasar keuangan ini berpengaruh terhadap dinamika di pasar falas kita,
08:35nilai tukar,
08:36yang dalam beberapa perkembangan terakhir ini memang masih dalam kisaran tekanan yang masih cukup besar.
08:43Kita lihat nilai tukar bergerak pada 16.600, 16.700,
08:47dan inilah bukan hanya pengaruh kondisi yang seperti kami sampaikan tadi,
08:53ini bergerak dengan bagaimana ekonomi global,
08:56ketidakpastian yang masih tinggi,
08:57yang pada gilirannya membuat tekanan-tekanan di pasar falas kita tersebut.
09:03Satu hal,
09:04di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar,
09:09inflasi,
09:10kami lihat masih tetap terjaga,
09:12Mas Ian,
09:13khususnya inflasi inti,
09:15yang masih tetap terkendali.
09:18Ada beberapa peningkatan di inflasi inti,
09:20seperti kami sampaikan tadi,
09:23satu faktor peningkatannya seperti diskusi sebelumnya,
09:26Mas Ian,
09:26saya dengar ada diskusi mengenai dampak dari emas,
09:29dan ini memang imported inflation dari emas ini berpengaruh terhadap inflasi inti.
09:34Tapi di luar itu,
09:35inflasi inti kita secara umum masih sangat-sangat terkendali.
09:38Sementara satu hal yang menjadi perhatian adalah inflasi volatile food,
09:42barang-barang pangan yang memang mengalami peningkatan,
09:45dan ini dipengaruhi faktor musiman,
09:47pengaruh cuaca yang mengalami perubahan,
09:50di mana curah hujan kita perhatikan memang lebih besar dalam triwulan-triwulan terakhir ini.
09:55Tapi secara keseluruhan,
09:56inflasi inti,
09:57inflasi IHK kita masih dalam kisaran 2,5 plus minus 1 persen,
10:02sebagaimana sasaran yang ditapkan oleh pemerintah,
10:06dengan catatan terakhir ada di angka 2,86 persen.
10:09Jadi secara keseluruhan masih tak terkendali,
10:12masih di tengah stabilitas sistem keuangan kita yang tetap terjaga.
10:17Ya, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga,
10:19tadi seperti bahas oleh Pak Firman,
10:20juga terkait dengan falas tadi,
10:22yang memang masih dalam kondisi tadi,
10:24jelai tukar rupiah terhadap dolar,
10:26di kisaran 16.500 hingga 16.700,
10:30namun inflasi juga masih terkendali hingga saat ini.
10:33Dan juga yang turut menjadi fokus itu adalah,
10:35bagaimana kemudian arah kebijakan moneter dalam respons kondisi perekonomian global dan juga domestik terkini.
10:42Namun, tahan dulu jawabannya Pak Firman,
10:44jangan kemana-mana Saudara,
10:45susah jeda Kompas Bisnis akan kembali untuk Anda.
10:48Anda pasti bersama kami di Kompas Bisnis Saudara,
10:51dan kita lanjutkan pebincangan dengan Firman Mukhtar,
10:53Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
10:57Pak Firman, tadi sempat terpotong sedikit ya,
10:58Ini ada pertanyaan juga yang cukup perlu diberikan insight gitu,
11:03terkait dengan apa saja sih kemudian faktor dan pertimbangan Bank Indonesia
11:07dalam mempertahankan BI rate pada level 4,75%,
11:11suku bunga deposit facility sebesar 3,75%,
11:14dan suku bunga lending facility sebesar 5,50%
11:17pada rapat Dewan Gubernur ataupun RDG November 2025.
11:22Bagaimana Bank Indonesia meyakini kebijakan tersebut dapat menjaga stabilitas harga dan juga nilai tukar rupiah?
11:29Iya, jadi Mas, ada beberapa hal yang menjadi perhatian fokus kebijakan kami,
11:35mengapa kami pertahankan BI rate bertahan pada level 4,75%.
11:39Seperti yang kami sampaikan tadi,
11:41bahwa tekanan global ketidakpastian pasar keuangan masih cukup tinggi,
11:45dipengaruhi perkembangan tarif yang kembali meningkat,
11:48inflasi kemudian yang memang belum turun di Amerika Serikat,
11:52di tengah ketidakpastian tersebut tentunya ini memberikan tekanan terhadap nilai tukar
11:56di berbagai negara termasuk Indonesia.
11:58Perkembangan inilah yang menjadi fokus Bank Indonesia untuk mempertahankan BI rate di level 4,75%.
12:04Kami akan fokus dulu bagaimana kita melakukan stabilisasi terhadap nilai tukar rupiah.
12:11Oleh karena itu kami pertahankan BI rate tetap bertahan di posisi tersebut.
12:17Namun bukan berarti kami tidak terus mencermati ke depan,
12:19beberapa hal yang kami pertimbangkan juga ke depan bahwa inflasi seperti kami sampaikan tadi
12:25memang masih tetap terkendali dalam kisaran 2,5 plus minus 1%.
12:30Dan inilah menjadi gambaran timbangan kami ke depan kira-kira apakah masih ada ruang bagi penurunan
12:36dan yang akan kami terus acermati tentang ruang penurunan tersebut.
12:40Hal lain yang juga memperhatikan, kami perhatikan adalah terkait dengan pertumbuhan ekonomi ke depan.
12:45Kami perakirakan pertumbuhan ekonomi di tribulan keempat ini akan lebih baik, Mas Ian.
12:51Didorong oleh stimulus fiskal yang semakin banyak di tribulan keempat ini dengan berbagai bantuan sosial.
12:57Satu lagi dampak bagaimana pelonggaran kebijakan moneter yang kami terus dorong.
13:01Yang secara keseluruhan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun ini 4,7 sampai dengan 5,5%.
13:07Tapi dengan catatan bahwa angka tersebut memang perlu kita terus dorong
13:12agar mencapai kapasitas perekonomian yang secara penuh kita dapat gapai.
13:17Dengan gambaran tersebut secara singkat kami sampaikan mengapa kami pertahankan tersebut.
13:22Satu, kita ingin fokus kepada stabilisasi nilai tukar rupiah.
13:26Yang kedua, kita ingin lakukan perkuat transmisi kebijakan moneter
13:30yang sudah kita lakukan pelonggaran dengan beberapa hal.
13:34Dan yang ketiga, bagaimana kita ingin tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.
13:39Tentunya gambaran-gambaran tersebut akan ditopang dengan berbagai bauran kebijakan lain.
13:44Kami punya kebijakan makroprudensial.
13:46Dalam hal ini, kebijakan likuiditas makroprudensial akan kami terus dorong.
13:50Bukan hanya untuk menambah kredit,
13:52tapi juga bagaimana kecepatan penurunan suku bunga bank
13:56agar berjalan sesuai dengan suku bunga yang sudah kami arahkan.
14:00Dan tentunya kita sampaikan ini akan sesuai dengan berbagai kebijakan stabilisasi
14:06di nilai tukar dan juga sistem pembayaran.
14:09Nilai tukar, kami akan terus perkuat.
14:12Mahasian, kami akan melakukan intervensi.
14:14Bukan hanya di pasar sport, tapi juga di pasar NDF,
14:18baik di offshore, di luar negeri, maupun di dalam negeri.
14:23Kira-kira itu pertimbangan kami,
14:25sehingga kami pertahankan dan ke depan kuncinya kita akan terus cermati
14:28ruang penurunan mempertimbangkan inflasi ke depan
14:32dan perkembangan pertumbuhan ekonomi.
14:34Oke, banyak yang harus digarisbawahi terkait dengan
14:37bagaimana pertimbangan terkait dengan ini.
14:39Termasuk tadi, seperti disebutkan Pak Firman,
14:41ketidakpastian global dan juga pasar uang,
14:43inflasi yang terkendali, dan juga pertumbuhan ekonomi
14:45yang berpotensi akan lebih baik ke depannya.
14:48Lalu juga, Pak Firman, ini bagaimana asesmen Bank Indonesia
14:50terhadap penguatan transmisi kebijakan moneter pro-market lainnya
14:55melalui ekspansi likuiditas moneter, pelenggaran KLM,
14:58serta akselerasi akseptasi pembayaran digital?
15:01Ya, jadi saya sampaikan tadi, fokusnya ada dua.
15:06Yang pertama adalah stabilisasi terhadap Diatikkar,
15:09yang kedua kita ingin perkuat transmisi kebijakan moneter
15:12yang sudah kita lakukan.
15:14Dalam beberapa kesempatan disampaikan bahwa
15:16pelenggaran moneter bukan hanya melalui penurunan suku bunga
15:20yang sudah mencapai 150 basis point,
15:22tapi juga pelenggaran likuiditas,
15:25SRBI, instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia
15:29sudah turun cukup besar dari 916 hingga kemarin menjadi 699 triliun.
15:36Angkanya yang cukup besar kita coba tambahkan di perekonomian.
15:40Juga kebijakan bagaimana kita melakukan pembelian SBN
15:45sudah berharga negara di pasar sekunder,
15:47ini juga kita tetap lakukan tentunya dengan hitungan-hitungan yang cermat,
15:52Mas Ian, agar tetap stabil.
15:54Perekonomiannya sampai saat ini sudah sekitar 289 triliun.
15:58Dan yang ketiga, seperti sampaikan Mas Ian tadi,
16:00kebijakan likuiditas makroprudensial.
16:03Bagaimana kita mendorong kredit yang kita lakukan ke berbankan
16:06yang angka saat ini sudah 404 triliun rupiah.
16:10Nah, ini bagaimana dampaknya terhadap transmisi?
16:13Tentunya, satu, bagaimana kita melihat suku bunga.
16:17Suku bunga secara umum yang terjadi di pasar uang dan keuangan
16:22memang sudah cukup berjalan baik.
16:24Bagaimana suku bunga di pasar uang overnight,
16:29jangka pendek yang juga sudah turun,
16:31bahkan sudah mencapai catatan kami cukup besar.
16:34The yield SBN juga sudah turun cukup besar,
16:39bahkan sekitar 226 basis point untuk yang 2 tahun
16:43dan 113 basis point untuk yang 10 tahun.
16:47Yang menjadi dorongan kita sekarang adalah
16:52kita ingin mendorong suku bunga perbankan.
16:55Suku bunga perbankan untuk suku bunga deposito
16:58dalam 2 bulan terakhir ini memang sudah ada percepatan
17:01yang cukup besar, penurunannya didorong oleh berbagai dampak likuiditas tambahan,
17:08bukan hanya dari Bank Indonesia, juga dari pemerintah.
17:11Ini mendorong suku bunga deposito sudah turun cukup cepat,
17:15tapi secara umum dibandingkan yang 150 basis point BI rate,
17:19ternyata baru turun 56.
17:22Lebih jauh lagi yang kita harapkan adalah penurunan dari suku bunga kredit.
17:26Nah, suku bunga kredit ini baru tercatat sekitar 20 basis point.
17:30Ini yang ingin kita terus dorong, Mas Ian,
17:33agar transmisinya juga berjalan baik di sisi suku bunga.
17:38Yang lebih jauh lagi adalah terhadap kreditnya sendiri.
17:42Pertumbuhan kredit ternyata baru tercatat 7,36 persen,
17:47tapi kami yakin ke depan ini akan lebih baik.
17:50Mengapa?
17:51Seperti kami sampaikan, prospek ekonomi di luar keempat akan lebih baik,
17:55didorong oleh stimulus fiskal dan pelongkaran moneter,
17:57yang biasanya ini akan diikuti oleh peningkatan-peningkatan kredit.
18:01Sehingga ke depan, prospek kredit ini kami berakhirakan akan lebih baik.
18:06Itu Mas Ian kira-kira.
18:08Oke, ada beberapa catatan juga yang saya catat.
18:10Ini terkait dengan suku bunga di pasar uang yang kemudian berjalan dengan baik,
18:13dan juga yang didorong oleh BI adalah terkait dengan suku bunga perbankan juga.
18:17Lalu terakhir, ini Pak Firman, bagaimana sih sinergi kebijakan Bank Indonesia bersama pemerintah
18:22untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,
18:24sekaligus ini mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Astacita dari pemerintah?
18:31Beberapa hal dapat kami sampaikan, tentunya kami terus berkoordinasi dengan pemerintah
18:35untuk menjaga stabilitas perekonomian dari sisi nilai tukar, dari sisi inflasi,
18:40dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
18:42Dari sisi nilai tukar, tentu kami akan terus berkoordinasi tentang bagaimana kami akan tetap komit
18:48menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
18:51Dari sisi inflasi, ketika kami sampaikan tadi bahwa inflasi volatile food sedikit meningkat
18:57di pengaruhi faktor dampak cuaca, dan di dalam hal ini tentunya kami akan berkuat
19:02melalui koordinasi kami di tim pengendian inflasi pusat dan di daerah secara konsisten
19:08dan secara terukur bersama-sama agar bisa kembali mengendalikan inflasi volatile food
19:15yang secara keseluruhan akan mendorong inflasi tetap stabil dalam kisarannya.
19:19Dan terkait dengan pertumbuhan ekonomi, kami akan koordinasi seperti kami sampaikan,
19:25tadi kami bersinergi mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan pelonggaran kami,
19:31bukan hanya moneter, juga makro prudensial yang kami terus dorong,
19:34dan juga digitalisasi sistem pembayaran mas ya, ini sangat penting untuk transaksi kegiatan ekonomi.
19:40Satu koordinasi lebih luas adalah menjaga stabilitas sistem keuangan,
19:45kami bersinergi RAT dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan,
19:49Pemerintah, Kementerian Keuangan, OJK, dan LPS untuk berkoordinasi agar di tengah
19:56ketidakpastian global ini stabilitas perekonomian kita tetap terjaga
20:00dan tetap mendorong pertumbuhan kredit.
20:03Ya, sinergi terus dilakukan dengan pemerintah terkait juga untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
20:10di pengendalian dari invasi volatile food dan juga tentunya bersinergi
20:15untuk pertumbuhan ekonomi ke depannya.
20:17Terima kasih, Firman Muhtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
20:22atas waktunya bersama kami di Kompas Bisnis. Sehat selalu.
20:25Terima kasih.
20:26Terima kasih.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan