Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bilang, utang pemerintah pusat senilai Rp9.138 triliun masih pada level batas aman.

Purbaya meminta agar nilai utang tidak semata-mata dilihat dari nilai absolut nominalnya saja, tetapi dilihat dari perbandingannya dengan rasio terhadap PDB.

Purbaya pun membandingkan rasio utang Indonesia yang jauh lebih rendah dibanding negara lain seperti Jerman, Amerika Serikat, Singapura dan Jepang.

Menurut Purbaya, utang tidak seharusnya dijadikan sentimen negatif pada perekonomian, karena jika dilihat dari standar internasional, Purbaya menilai utang Indonesia masih cukup prudent atau aman dengan kehati-hatian.

Rasio utang pemerintah pusat tembus Rp9.138,05 triliun.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bilang angka ini masih dalam batas aman karena masih di bawah 60% dari PDB.

Benarkah demikian? Lalu apa solusinya agar belanja pemerintah tidak terus membengkak?

Kita tanyakan Guru Besar Ekonomi Universitas Airlangga, Prof. Rahma Gafmi.

Baca Juga Menkeu Purbaya Tolak APBN Dipakai Buat Bayar Utang KCIC | SAPA MALAM di https://www.kompas.tv/nasional/622659/menkeu-purbaya-tolak-apbn-dipakai-buat-bayar-utang-kcic-sapa-malam

#utangnegara #menkeu #purbayayudhisadewa

_

Sahabat KompasTV, apa pendapat kalian soal berita ini? Komentar di bawah ya!

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/622758/menkeu-purbaya-bilang-utang-negara-masih-dalam-batas-aman-ini-analisis-guru-besar-ekonomi-unair
Transkrip
00:00Intro
00:00Masih bersama kami di Kompas Bisnis, Saudara Menteri Keuangan Purubaya Yudisa Dewa bilang
00:16utang pemerintah pusat senilai 9.138 triliun rupiah masih di level batas aman.
00:23Purubaya meminta agar nilai utang tidak semata-mata dilihat dari nilai absolut nominalnya saja,
00:31tetapi dilihat dari perbandingannya dengan rasio terhadap PDB.
00:35Purubaya pun membandingkan rasio utang Indonesia yang jauh lebih rendah dibanding negara lain
00:40seperti Jerman, Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang.
00:44Menurut Purubaya, utang tidak seharusnya dijadikan sentimen negatif pada perekonomian
00:49karena jika dilihat dari standar internasional, Purubaya menilai utang Indonesia masih cukup pruden
00:55atau aman dengan kehati-hatian.
01:01Acuan utang, bahaya besar apa enggak, itu bukan dilihat dari nominalnya saja,
01:08tapi diperbandingkan dengan seks obat ekonominya.
01:11Ini kan 9.138 triliun itu sekarang masih di bawah 39% dari PDB kan?
01:15Jadi dari standar ukuran internasional itu masih aman.
01:23Anda bayangkan kalau saya seorang yang punya uang penghasilan 1 bulan 1 juta
01:29dibandingkan Pak Sekjen yang punya penghasilan 100 juta.
01:32Utang saya 1 juta, itu sama dengan pendapatan saya sebulan.
01:36Tapi untuk dia 1 juta, itu cuma sepas 100 dari pendapatannya.
01:41Dia aman, bayarnya gampang, saya enggak bisa bayar mungkin atau susah membayar utangnya.
01:49Jadi acuannya bukan nilai absolut nominal saja, tapi dibandingkan dengan rasio ekonominya.
01:54Kita aman, masih di bawah 40, Maastricht Triti kan 60%.
02:00Berdasarkan data Dirjen Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan,
02:08utang pemerintah terus naik sejak 5 tahun terakhir.
02:11Di tahun 2020, utang pemerintah berada di Rp6.079 triliun,
02:17di 2021 Rp6.913 triliun,
02:21Lalu di tahun 2024, tercatat Rp8.813 triliun,
02:28dan di tahun 2025, tercatat Rp9.138,05 triliun.
02:35Dengan demikian, dalam 5 tahun terakhir,
02:37posisi utang meningkat lebih dari Rp3.000 triliun.
02:41Sekali lagi kami tekankan, saudara,
02:49utang pemerintah per Juni 2025 sudah menembus Rp9.138,05 triliun.
02:57Nilai ini 39,86% dari PDB.
03:02Sebagai catatan, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
03:05tentang Keuangan Negara mengamanatkan,
03:07utang aman adalah 60% terhadap PDB.
03:11Rasio utang pemerintah pusat tembus Rp9.138,05 triliun.
03:21Menteri Keuangan Purubaya Yudisa Dewa bilang,
03:23angka ini masih dalam batas aman,
03:26karena masih di bawah 60% dari PDB.
03:29Benarkah demikian?
03:30Kemudian apa solusinya?
03:32Agar belanja pemerintah tidak terus membengkak?
03:35Kita tanyakan kepada Guru Besar Ekonomi Universitas Air Laga,
03:39Prof. Rahma Gahmi.
03:40Selamat pagi, Prof. Rahma.
03:43Selamat pagi, Mas. Apa kabar?
03:46Baik, Alhamdulillah, Prof.
03:47Kemudian kita bicara soal utang Indonesia nih, Prof.
03:51Yang Undang-Undang kan bilang bahwa batas amannya adalah 60%.
03:54Tapi ini kan ada level waspadanya gitu.
03:58Apakah 40% ini yang Rp9.138 triliun ini
04:03di titik psikologis lampu kuning utang kita?
04:06Ya, begini Mas. Terima kasih.
04:10Sebenarnya batas utang kita itu,
04:14kalau mau membandingkan dengan negara-negara lain,
04:17seperti Filipin, termasuk juga India yang cukup besar,
04:22dari PDB-nya gitu ya, sampai 80% gitu.
04:27Memang kalau melihat dari tetangga negara-negara tersebut,
04:32memang Pak Purbaya itu meyakini masih aman gitu ya.
04:37Tapi kan kita harus melihat, Mas,
04:40bahwa batas aman menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 itu,
04:45memang batas rahasia utang terhadap PDB 60% gitu ya.
04:49Nah, memang kita itu masih berada pada posisi 39%, sekian gitu ya.
04:54Nah, memang titik psikologis dari lampu kuning itu,
04:58memang banyak yang menganggap bahwa 40% itu sebagai level waspada,
05:04atau titik psikologis di mana utang mulai perlu dikelola lebih hati-hati.
05:10Nah, memang kita ini tentunya jangan terlampau yakin bahwa
05:15utang kita masih berada batas level aman gitu.
05:19Kalau mau membandingkan negara-negara lain,
05:23terutama Filipin, Malaysia, India, dan sebagainya, Thailand, dan sebagainya gitu ya.
05:28Itu kan mempunyai postur APBN yang berbeda dengan kita gitu ya.
05:33Kalau kita itu kan, kita tahu, Mas,
05:35per 31 Agustus kemarin dari APBN yang total 2.800 sekian,
05:41kita itu baru terrealisasi 1.600 triliun gitu.
05:47Jadi intinya ini perlu kewaspadaan, perlu kehati-hatian gitu, Mas.
05:53Karena memang kita tidak mudah ya untuk bagaimana kita melihat bahwa
05:59secara rasio saat ini, per Juni tahun 2025 ini,
06:03rasio utang Indonesia terhadap PDB memang betul.
06:06Baru 39,86%, tapi itu adalah mendekati titik waspada.
06:11Nah, masalahnya begini, kalau kita lihat pencapaian dari APBN itu,
06:18kalau semua normal ekonomi itu, dan juga semua berjalan,
06:25sektor real berjalan, sehingga nanti pendapatan dari korporit itu juga
06:30memadai, bertambah gitu ya, sehingga dia juga bisa membayar pajak dengan baik.
06:35Sehingga nanti rasio pajak yang sudah dialokasikan untuk APBN kita itu
06:39akan tercapai, ya itu tidak apa-apa gitu.
06:42Tapi ini kan masalahnya sekarang kita dalam kondisi ekonomi yang tidak baik-baik saja.
06:46Kenapa? Karena sektor real tidak jalan.
06:49Kenapa saya mengatakan sektor real itu tidak jalan?
06:51Karena undiverse loan yang ada di perbankan itu 2.395 triliun sekian.
06:58Artinya itu sudah sektor real kita itu mandet.
07:01Dan apalagi sekarang memang kita ketahui bahwa sektor manufaktur itu
07:05memang sudah kolaps gitu ya.
07:07Sehingga disinilah yang menyebabkan pendapatan korporit itu menurun.
07:13Sehingga ini berpengaruh pada rasio pendapatan pajak kita.
07:17Teks rasio kita tidak akan tercapai gitu mas.
07:20Oke.
07:20Nah, memang ya oke.
07:22Iya, walaupun masih di bawah 40% tapi kita harus waspada karena kondisinya lagi beda gitu ya.
07:28Kita lagi...
07:28Beda mas, karena kenapa ya?
07:30Level kelas menengah sekarang kan sudah memang pada titik kulminasi nol gitu ya.
07:36Karena sudah tidak mempunyai tabungan dan dia juga sudah memakan utang gitu ya.
07:41Dengan pinjaman gitu.
07:43Nah, ini yang harus diwaspadai.
07:44Padahal negara kita ini adalah yang paling terbesar itu kan level menengah.
07:49Menengah ke bawah gitu.
07:50Nah, ini yang perlu diwaspadai.
07:52Sehingga rasio kalau misalnya nanti rasio utang kita melebih 40% bagaimana?
07:57Memang kita pernah kan mas, historisnya Indonesia itu pernah memiliki rasio utang yang lebih...
08:02Apa namanya dari...
08:0440%?
08:05Iya, dari 40% masa lalu.
08:07Terutama pada saat kita mengalami krisis moneter tahun 97-98 gitu ya.
08:13Ya memang kalau kita lihat dari rasio utang saat ini,
08:15kalau pemerintah mengatakan masih aman-aman saja, ya nggak masalah.
08:20Tapi harus hati-hati.
08:22Jangan terlalu percaya diri dengan apa istilahnya rasio utang yang ada.
08:27Karena memang ekonomi kita ini sekarang lagi belum baik.
08:31Karena Bank Dunia pun sekarang sudah menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 itu
08:38tentunya tidak akan sampai 5% mas gitu loh.
08:42Oke, jangan terlalu pende dengan masih di bawah 40% tapi kita harus pas pada dengan kondisi sekarang.
08:47Tapi kemudian bagaimana dapatnya bagi utang negara nih Prof?
08:50Kita akan bahas susah jadat tetap bersama kami di Kompas Bisnis.
08:52Iya.
08:52Masih di Kompas Bisnis dan masih bergabung bersama kami melalui sambungan daring Prof Rahma Gahmi,
09:01Guru Besar Universitas Ekonomi, Maksudnya Guru Besar Ekonomi Universitas Erlangga.
09:06Prof Gahma, kita lanjutkan kembali.
09:08Ini kan utang kita yang mendekati 40% dari PDB, ini sekarang lagi nggak baik-baik aja.
09:13Jangan terlalu yakin gitu ya, karena ketidakpastian global lagi tinggi.
09:16Trump kembali perang sama Xi Jinping, kemudian dolar bisa naik rupiah lemah.
09:20Ini resikonya bagi utang negara seperti apa Prof?
09:24Ini nih, ketidakpastian global itu tentunya kan akan juga berdampak pada risiko utang Mas.
09:31Karena jika dolar menguat, rupiah melemah, itu nanti beban utang luar negeri kita terutama dalam bentuk falas itu,
09:40Indonesia akan meningkat dalam hitungan rupiah gitu kan.
09:42Risikonya apa? Utang dalam falas itu akan jadi lebih mahal jika rupiah melemah gitu ya.
09:49Nah, pemerintah mungkin perlu mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk pembayaran utang jadinya kan.
09:56Sehingga kalau sudah pendapatan APBN kita itu hanya dialokasikan untuk pembayaran utang kan berarti kan tidak bisa membangun Mas.
10:05Jadi itu risikonya.
10:06Nah, yang kedua, skenario global itu terutama adalah apa?
10:10Kita kan belum tahu ya ketegangan geopolitik ini seperti potensi perang dagang antara Trump dengan si Jinping gitu ya.
10:19Dan itu kan bisa meningkatkan volatilitas mata uang global juga Mas.
10:23Nah, ini perlu hati-hati.
10:24Jadi jangan terlalu kepedean bahwa ini masih ada di bawah rasio PDB yang sudah di bawah 40% dari rasio PDB gitu.
10:32Tidak seperti itu.
10:34Kenapa?
10:35Karena juga saya lihat ini sekarang kan masa-masa memang orang dalam kondisi tidak punya pekerjaan.
10:42Ya.
10:43Nah, karena orang tidak punya pekerjaan ini berisiko dan rentan sekali untuk terjadi social unrest gitu kan.
10:51Nah, kalau misalnya kestabilan politik tidak terjamin, terjadi social unrest dan sebagainya.
10:56Karena saya lihat Indonesia ini terlalu kental, terlalu politik ini jadi panglima gitu dibandingkan dengan pembangunannya.
11:04Ini sangat berbahaya sekali.
11:06Nah, ini perlu hati-hati juga.
11:08Jadi kenapa?
11:09Karena ini kan semuanya akan mengarah kepada yang menjadi suatu apa istilahnya semakin dalam.
11:18Adaan yang akan kita hadapi nanti.
11:21Oke, lagi-lagi nih ya Prof ya keadaan sekarang harus diwarpadai.
11:23Jangan mentang-mentang masih lampu kuning, masih di bawah 60%, terus kita santai-santai saja.
11:29Harus ada kebijakan fiskal yang tepat juga dari pemerintah untuk bagaimana kita bisa memanfaatkan utang ini secara baik dan juga efektif.
11:36Terima kasih Prof. Rahma Ghafmi, Guru Besar Ekonomi Universitas Erlangga sudah bergabung bersama kami di Kompas Bisnis.
11:43Selamat pagi Prof.
11:45Terima kasih Mas.
11:46Selamat pagi.
11:47Selamat pagi.

Dianjurkan