Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV Menjelang pergantian tahun, BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan meningkat dalam beberapa pekan ke depan.

Lantas, seperti apa penjelasannya dan daerah mana saja yang dianggap rawan terjadi bencana?

Simak wawancara Jurnalis Digital KompasTV, Shinta Millenia, bersama Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto.

Baca Juga Prediksi Cuaca Jabodetabek 13-14 Desember 2025, BMKG: Mayoritas Hujan Berintensitas Ringan di https://www.kompas.tv/regional/637049/prediksi-cuaca-jabodetabek-13-14-desember-2025-bmkg-mayoritas-hujan-berintensitas-ringan

#bmkg #cuaca #banjir #longsor #bencana

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/637064/full-bmkg-wanti-wanti-cuaca-ekstrem-jelang-akhir-tahun-daerah-mana-yang-dianggap-rawan-bencana
Transkrip
00:00Selamat menikmati
00:30Menjelang pergantian tahun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrim yang diperkirakan meningkat dalam beberapa pekan ke depan.
00:43Lantas seperti apa penjelasannya, saat ini saya bersama dengan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Pak Guswanto.
00:49Halo Pak, apa kabar?
00:52Baik, Alhamdulillah sehat, Mbak Sinta.
00:54Oke, tadi saya sudah menyebutkan bahwa dari pihak BMKG ini mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrimnya, Pak.
01:05Kira-kira apa faktor utama yang memicu potensi cuaca ekstrim ini di periode akhir tahun?
01:11Dan fenomena atmosfer mana yang paling berkontribusi menurut analisis dari BMKG, Pak?
01:17Baik, Mbak Sinta. Jadi kami BMKG itu mendeteksi ada sekitar 8 fenomena yang bisa menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim.
01:30Yang pertama bisa kita lihat angin monsoon ya Asia ini berkaitan dengan seluakan dingin dari Siberia.
01:38Ini menandakan bahwa Indonesia memang dalam posisi musim hujan.
01:43Kemudian kami juga melihat adanya Madden-Julian Oscillation, yaitu pergerakan awan-awan hujan dari samudera India menuju wilayah Indonesia dari daerah Barat.
01:55Kemudian kami juga mendeteksi adanya gelombang Kelvin atau gelombang Rossby ya.
02:02Ini juga mewarnai periode cuaca di Natal dan Tahun Baru.
02:09Kami juga melihat Mbak Sinta bahwa Indonesia pada saat musim ada periodisasi sirkulasi siklonik ataupun bibit siklon ataupun siklon tropis.
02:24Periodisasi ini bagi dua. Di belahan bumi utara itu biasanya dia bulan-bulan April hingga Desember ya.
02:33Nah, kemudian kita melihat ada overlapping nanti di bulan Desember, maka Desember sampai April ini nanti dia akan bergeser ke arah selatan, belahan bumi selatan.
02:48Nah, yang mana saat ini kita juga dari BMKG mendeteksi adanya bibit siklon tropis 91S yang ada di sebelah barat Sumatera.
03:02Dan di wilayah utara kami juga masih melihat adanya bibit siklon tropis 93W ya.
03:09Nah, kemudian kita juga melihat adanya musim hujan tahun ini, 2025-2026 itu dipengaruhi oleh fenomena lanina lemah yang menjadi backgroundnya.
03:23Ini kalau kita melihat mempengaruhi curah hujan ya.
03:29Lebih banyak lah dibanding tahun-tahun normal, walaupun ini lanina lemah.
03:35Dan yang terakhir, puncak musim hujan.
03:38Di mana puncak musim hujan ini kami melihat saat ini terbagi menjadi dua ya.
03:45Di November-Desember itu rata-rata musim hujan ini berada di wilayah utara ya.
03:54Sumatera, kemudian ada Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan wilayah Papua Pekunungan.
04:02Nanti di bulan Desember-Januari ya, atau Januari-Februari, itu dia akan berpindah, bergeser ke wilayah selatan.
04:13Yaitu Lampung, kemudian kita Bengkulu, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan seterusnya.
04:21Nah, kami juga masih melihat faktor yang lain ya, Mbak Sinta.
04:28Kita melihat ada fenomena ROP.
04:31Ya, ROP itu adalah banjir pesisil.
04:34Ini sudah kita tandai dengan tanggal berapa-berapanya terkait dengan bulan baru dan bulan purnama.
04:43Kira-kira itu, Mbak Sinta.
04:44Oke. Kalau tadi yang sudah disebutkan, berarti puncak musim hujan di November-Desember itu di sekitar bagian utara, kemudian Januari-Februari di bagian selatan ya, Pak? Betul ya?
05:02Ya, betul.
05:03Kira-kira wilayah mana, Pak, yang bisa dikategorikan paling rawan terhadap hujan lebat, angin kencang, dan berpotensi banjir?
05:13Dan kemudian bagaimana tingkat risikonya?
05:15Baik, Mbak Sinta.
05:19Jadi, kalau kita lihat, pada saat Natal Tahun Baru, ya artinya kan perpindahan dari bulan Desember menuju Januari.
05:29Itu, kalau kami BMK memprediksi, itu wilayah yang akan berdampak, ya itu sudah saya sampaikan tadi,
05:36menggulu Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Barat maupun Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
05:42Nah, kalau dilihat lebih detail lagi, kita melihat ya, ini juga berdasarkan data tahun yang lalu,
05:51bahwa berdasarkan Natal Tahun Baru yang lalu itu, Jawa Barat itu, dan Jawa Tengah itu menduduki tertinggi.
06:00Artinya, bahwa saat mulai Januari kemarin ya, 2025 sampai sekarang, November,
06:09itu Jawa Barat mendominasi tentang cuaca ekstrim ini.
06:14Nah, itu cuaca ekstrim seperti apa yang terjadi?
06:17Itu adalah hujan lebat, angin kencang, dan barangkali ikutannya ya.
06:25Artinya, yang pertama adalah hujan lebat, angin kencang, itu yang pertama ya.
06:31Kemudian, pada pengalaman tahun yang lalu ya, di 2024-2025, itu Jawa Tengah.
06:40Tapi fenomena yang muncul sama, yaitu didominasi oleh hujan lebat dan angin kencang, Mbak Sinta.
06:48Terus kemudian, resikonya, kalau kita melihat bahwa selama ini hujan lebat ya, dan angin kencang,
06:58itu biasanya menyebabkan terutama hujan lebat dulu ya.
07:01Ini biasanya terjadi banjir ya, banjir pandang, longsor ya.
07:08Kemudian, kalau kita melihat dari angin kencang, itu biasanya angin puting beliung,
07:15kemudian juga kita melihat bahwa ini resikonya adalah ya,
07:20misalkan banyak pohon-pohon yang roboh ya, banyak.
07:24Kemudian balihu-balihu yang berterbangan,
07:28ataupun atap-atap rumah yang tidak sempurna,
07:31itu akan terbawa oleh angin.
07:33Kemudian, kami juga melihat fenomena yang lain, yaitu gelombang tinggi.
07:41Nah, gelombang tinggi ini juga kami masih melihat ada di wilayah Natuna.
07:48Misalkan, kita melihat pantai timur Sumatera Utara, Medan Deli,
07:52Serdang, Langkat, Genangan, Banjir, Perkotaan ya.
07:55Kemudian, kalau tingkat resiko sedang tinggi,
07:59itu daerah Bantaran Sungai Pesisir dan Lereng Curam ya.
08:02Ini yang perlu kita waspadai.
08:06Demikian.
08:08Kemudian, kalau saat ini berarti Pak Guswanto berada di Sibolga ya,
08:14di Sumatera ya Pak ya.
08:15Kalau dari kondisi cuaca ekstrim di Sumatera sendiri,
08:19apakah mungkin hujan lebat akan terjadi lagi,
08:23atau mungkin bagaimana Pak? Apakah akan bertambah parah?
08:26Jadi begini, kita harus pahami ya, terkait pola iklimnya.
08:33Misalkan, kita lihat Sumatera Utara dan Riau itu memiliki sifat yang unik,
08:41yaitu dua kali puncak hujan dan dua kali kekeringan.
08:46Misalkan, puncak hujan terjadi di Oktober, November, Desember ya.
08:53Nanti dia di Januari, Februari dia menurun sampai Maret ya.
08:58Nanti dia naik lagi di April ya.
09:01Meningkat kembali.
09:02Dan nanti dia akan kemarau lagi di bulan Juni, Juli, Aksus.
09:06Itu yang perlu dipahami, yang pertama.
09:10Nah, khusus di Sumatera Barat, saat ini yang perlu diwaspadai,
09:15saat ini kan dia masih ada Indian Ocean Double Mood-nya negatif.
09:20Artinya, pertumbuhan awan hujan itu masih cukup potensial
09:24di wilayah Sumatera ataupun di perairan sebelah barat Pulau Sumatera.
09:32Misalkan saat ini kami mendeteksi adanya bibit siklontropis 91S.
09:37Ini aktif.
09:39Dan monsoon Asia ini terus membawa uap air.
09:42Nah, potensi hujan lebat itu masih tinggi sesungguhnya.
09:47Khususnya di bagian barat dan utara.
09:52Demikian.
09:56Apakah, kira-kira ya Pak,
09:57kalau untuk melihat dari tadi yang sudah dijelaskan
10:02oleh Pak Gus Wanto,
10:03kira-kira faktor lokal yang ada di Sumatera
10:05seperti topografi ataupun tutupan lahan dan lain sebagainya itu
10:10kira-kira dapat memperberat dampak dari cuaca ekstrim ini
10:14atau bagaimana, Pak?
10:16Jadi begini,
10:18kalau kita bicara bencana,
10:21itu cuaca ekstrim
10:22ataupun bencana hidrometologi basah ya
10:26atau bencana hidrometologi kering,
10:27itu faktor cuaca dan iklim itu sebagai
10:30salah satu faktor saja pemicu ya.
10:35Sedangkan faktor yang lain itu adalah bentang alam,
10:38kemudian bagaimana daya dukung, daya tampung lingkungan.
10:42Nah, bentang alam ini kan bisa ada topografi,
10:45bisa ada lembah gunung, ya curam.
10:48Terus kemudian kita juga ada tutupan lahannya
10:50masih tebal atau tidak
10:53atau sudah hilang tutupan lahannya.
10:56Tutupan lahan pun juga bermacam-macam.
10:58Ada yang memang tutupan lahannya itu adalah
11:00hutan, ada juga udah hutan tanaman produksi
11:03dan lain sebagainya.
11:05Nah, di sini cuaca ekstrim
11:08itu berperan sebagai trigger
11:10atau pemicu awalnya saja ya.
11:14Sedangkan apakah nanti akan terjadi bencana atau tidak
11:18seperti banjir, longsor itu adalah
11:20hasil integrasinya dia bersama
11:25daya dukung dan daya tampung
11:27daripada infrastrukturnya
11:29dan yang ditambah lagi dengan
11:31kondisi bentang alam tadi.
11:34Kira-kira itu.
11:35Kalau bicara terkait cuaca ekstrim
11:38yang dikaitkan dengan bencana ya.
11:44Oke Pak.
11:45Kalau beralih sedikit
11:48tentang aktivitas gunung anak Krakatau
11:52kira-kira bagaimana dari BMKG
11:54melihat dari aktivitas gunung tersebut, Pak?
11:59Ya.
11:59Kalau kami melihat dari Krakatau ya.
12:06Kita melihat bahwa di Krakatau itu
12:08kita BMKG memiliki monitoring bersama ya.
12:12dengan dari BVMPG, kemudian dengan pelabuhan,
12:21dengan ini semuanya kita lihat.
12:23Misalkan kita deteksi pada hari ini,
12:28periode pengamatan ya,
12:30tanggal 9 ya, 10 ya.
12:3310 ini 9 ya, saya melihat.
12:35Pada tanggal 9 atau 10 ini,
12:40kita memonitor bahwa saat ini
12:43cuaca berawan dan mendung,
12:47admin bertiup lemah ke arah timur laut ya.
12:50Ini suhu udara berkisar antara 22 sampai 23 derajat Celcius.
12:55Kelembapan udara juga 80 sampai 98 derajat.
13:01Visual, gunung jelas hingga kabut nol ya.
13:05Asap kawah teramati berwarna putih
13:07dengan intensitas tipis dan tinggi ya.
13:11Dan ada beberapa keterangan lainnya
13:14yang tentunya adalah parameter-parameter vulkanologi ya.
13:19Kalau dari sisi meteorologi,
13:21kami sampaikan bahwa saat ini
13:23cuaca berawan dan mendung,
13:25angin bertiup lemah ke arah timur laut dan timur.
13:29Jadi kami memiliki kerja barang.
13:31Di sana ada kerjasama antara BMKG,
13:36SDM itu beran geologi,
13:38khususnya BBMBG.
13:40Demikian.
13:41Baik.
13:43Terakhir Pak, untuk langkah mitigasi,
13:46apa yang BMKG mungkin merekomendasikan
13:49kepada masyarakat dan pemerintah
13:51agar bisa mengantisipasi dampak
13:54dari cuaca ekstrim ini Pak?
13:58Ya, baik Mbak Sinta.
14:00Langkah mitigasi apa yang BMKG
14:02rekomendasikan kepada masyarakat dan pemerintah?
14:05Yang pertama kepada masyarakat ya.
14:07Kita melihat saat ini Republik Indonesia
14:11sedang mengalami periode musim hujan.
14:13Tentunya cuaca ekstrim juga masih
14:16berpotensi terjadi.
14:18Waspada banjir dan longsor ya.
14:20Itu yang pertama.
14:21Hindari aktivitas di daerah rawan.
14:23Misalkan bantaran sungai,
14:26lereng-lereng gugit,
14:27itu kita hindari.
14:28Yang kedua,
14:30kami mohon
14:30dapat mengikuti informasi resmi BMKG
14:35melalui info BMKG,
14:37website,
14:38ataupun kanal sosial media.
14:40Karena BMKG selalu mengupdate
14:42informasi cuaca secara berkala.
14:45Paling tidak untuk cuaca yang berbasis
14:48no casting kita update setiap 10 menit.
14:51Ada yang cuaca rutin kita update setiap jam,
14:54ada yang setiap 6 jam,
14:55dan ada pula yang setiap 3 harian.
14:58Yang jelas BMKG akan memberikan informasi
15:01dengan baik.
15:03Kedua,
15:04nelayan dan pelayaran.
15:05Ini perhatikan
15:07perubahan
15:09tinggi gelombang.
15:10Ada berpotensi gelombang tinggi
15:12di samudera India
15:15sebelah selatan Jawa,
15:17maupun ada di
15:18Laut Jina Selatan,
15:19Natuna.
15:20Itu perlu
15:21kita lihat.
15:22Kemudian bagi
15:24pemerintah daerah
15:26dan
15:26stakeholder yang lain,
15:30BBBD,
15:32mari kita siapkan
15:33posko evakuasi
15:34dan jalur aman.
15:36Kemudian
15:36tingkatkan
15:37kolaborasi
15:38antar stakeholder
15:39bahwa bencana ini
15:41ataupun cuaca ekstrim
15:42yang bisa menimbulkan
15:44bencana hidromitologi,
15:46itu merupakan tanggung jawab bersama
15:48antara
15:48pemerintah,
15:50swasta,
15:51maupun masyarakat.
15:52Kemudian
15:53perkuat
15:54sistem
15:54infrastruktur
15:56ataupun
15:58drainase
15:59untuk
16:00saluran air,
16:03ini kita bersihkan.
16:04Kita perkuat
16:06bagaimana
16:06sistem drainase ini
16:08untuk menampung
16:09apabila terjadi
16:10hujan
16:11lebat,
16:13sangat lebat,
16:13bahkan hujan ekstrim.
16:15Dan
16:16yang terakhir,
16:17Mbak Sinta,
16:18tidak lupa
16:19bahwa
16:20kita harus selalu
16:21meningkatkan
16:22koordinasi,
16:23lintas sektor.
16:24Karena setahu kami
16:25koordinasi ini adalah
16:26kata mudah
16:28diucapkan,
16:29tapi sulit
16:30untuk dilakukan.
16:31Namun itu bukan berarti
16:32kita tidak mau melakukan,
16:33harus terus kita lakukan.
16:35Ini adalah untuk
16:36mengintegrasikan informasi,
16:38melengkapi informasi,
16:40pasel-pasel informasi,
16:42sehingga nanti
16:43informasi-pasel-pasel informasi
16:44itu bisa menjadi satu.
16:46Sehingga
16:46apabila terjadi penyana,
16:48sehingga lengkap.
16:48Artinya
16:49dengan kita memiliki
16:50data yang lengkap
16:51dan koordinasi yang kuat,
16:53maka kita bisa bergerak
16:54dengan cepat
16:55untuk pada saat penanganan
16:57apabila terjadi
16:58bencana
16:59dan saat tanggap darurat.
17:01Itu
17:01kira-kira,
17:02Mbak Sinta?
17:02Terima kasih telah menonton!
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan