Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Komunikasi Politik UIN Jakarta, Prof. Gun Gun Heryanto menyebut dalam situasi bencana apabila dijadikan panggung dalam konteks personal branding, itu merupakan sebuah kekeliruan luar biasa. Dalam konteks membangun citra politik, itu akan jadi backfire yang bersangkutan.

"Contoh, kenapa harus datang ke lokasi banjir dengan memanggul beras? Padahal tugas seorang menteri dan kebijakannya melampaui hal-hal teknis hilir seperti itu," katanya.

Selain itu ia juga menanggapi pernyataan anggota DPR yang mempertanyakan kerelawanan warga. Menurutnya, keliru apabila membandingkan peran pemerintah dengan kerelawanan warga.

"Pemerintah bisa melakukan banyak hal, karena setiap hari pajak masuk ke pemerintah. Sudah seharusnya pemerintah melindungi warga. Kalau kemudian dibandingkan dengan apa yang dilakukan warga biasa yang saling membantu hingga terkumpul 10 miliar, itu cacat logika," ungkapnya.

Pengamat Kebijakan Publik, Yanuar Nugroho berpendapat bahwa seharusnya pemerintah terbuka saja berapa anggaran yang dialokasikan untuk menangani bencana. Anggaran bisa digeser dan Presiden punya power untuk realokasi anggaran.

Sementara itu Anggota Pengarah BNPB, Puji Pujiono mengatakan penanggulangan bencana di masa tanggap darurat ini membuka tenda seluas-luasnya bagi semua pihak. Desk relawan, koordinasi dan penanganan baik di daerah maupun pusat diaktifkan.


Bagaimana menurut Anda?

Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/EouVEOdKoqo?si=Xua5K05qsqyqHZBL



#banjir #sumatera #aceh

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/636673/pengamat-tanggapi-dpr-singgung-donasi-warga-hingga-panggung-politik-di-tengah-bencana-sumatera
Transkrip
00:00Intro
00:00Masih bersama saya di Mantan Terjo di satu meja The Forum
00:11Kang Gun Gun
00:13Ini banyak sekali pernyataan-pernyataan politik di tengah bencana ya
00:16Tadi kita lihat bagaimana Bupati di Aceh minta Presiden Prabowo seumur hidup
00:21Ya kan
00:21Muaymin Iskandar mengajak Raja Juli, mengajak Bahlil, dan lingkungan hidup untuk tobat nasuha
00:28Ya kan
00:28Dan banyak sekali ini ke apa sih yang Anda baca ini kok di tengah bencana malah banyak political statement gitu
00:34Ya ini menunjukkan kegagalan mengembangkan komunikasi empati
00:40Menurut saya kegagalan mengembangkan komunikasi empati itu karena tidak memahami suasana kebatinan orang dalam ketidakpastian, ketidaknyamanan
00:51Ini menyedihkan sih sebenarnya apalagi kemudian pernyataan-pernyataan itu disampaikan oleh pejabat-pejabat publik
00:58Oke
00:59Contoh misalnya ini panggung bencana bukan untuk impression management
01:04Bencana itu dijadikan panggung untuk manajemen kesan diri dalam konteks personal branding itu luar biasa menurut saya
01:12Luar biasa kekeliruan menurut saya
01:14Luar biasa kekeliruan ya
01:15Ya dalam konteks membangun citra politik
01:19Karena itu juga akan backfire sih bagi yang bersangkutan
01:23Contoh misalnya
01:23Kenapa sih harus datang ke lokasi banjir dengan memanggul beras
01:28Padahal tugas seorang menteri itu dengan kebijakannya melampaui hal-hal teknis hilir seperti itu
01:36Oke
01:37Nah ini contoh lain adalah pernyataan anggota DPR yang mempertanyakan soal kerelawanan warga
01:43Oke coba kita dengar dulu ya
01:45Apa sih yang dimaksa oleh Kang Gunggun sebagai pernyataan anggota DPR itu
01:48Endipat Wijaya bisa diputar mungkin supaya lebih kontekstual
01:51Orang yang cuma datang sekali seorang olah paling bekerja di Aceh
01:58Padahal negara udah hadir dari awal
02:00Ada orang baru datang baru bikin satu posko
02:03Ngomong pemerintah enggak ada
02:05Padahal pemerintah udah bikin ratusan posko di sana
02:08Orang per orang cuma nyumbang 10 miliar
02:11Negara udah triliun-triliunan ke Aceh itu
02:14Jadi yang kayak gitu-kaya gitu mohon dijadikan perhatian
02:17Sehingga ke depan tidak ada lagi informasi yang seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana
02:24Padahal negara sudah hadir sejak awal di dalam penanggulangan bencana
02:29Itu adalah pernyataan dari Endipat Wijaya
02:33Anggota Komisi 1 DPR dari fraksi Gerindera daerah pemilihan Riau
02:37Kang Gunggun
02:38Cuma 50 miliar yang paling-paling seakan-akan
02:41Gimana Anda merespon?
02:43Rakyat membantu rakyat dicemoh wakil rakyat?
02:46Nah itu contoh nyata agresivitas verbal yang tidak memahami suasana kebatinan
02:54Kan harusnya pernyataan wakil rakyat ketika ada rakyat yang kemudian tergerak
03:01Untuk melakukan kerelawanan dengan cara misalnya crowdfunding seperti itu
03:05Untuk menyumbang kemudian sama-sama berempati membantu sesama
03:10Itu harusnya mendapatkan dukungan
03:12Dan logikanya keliru ketika membandingkan peran pemerintah
03:16Itu dengan kerelawanan warga
03:18Pemerintah itu memang bisa melakukan banyak hal
03:22Karena setiap hari pajak masuk ke pemerintah
03:25Ya kan?
03:26Dan sudah menjadi tanggung jawabnya pemerintah itu melindungi warga negara
03:31Termasuk dalam situasi kebencanaan
03:33Jadi kalau triliunan
03:35Itu suatu hal yang memang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah dalam bencana Sumatera
03:41Tapi kalau kemudian dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh warga biasa
03:46Yang saling membantu dan akhirnya terkumpul 10 miliar
03:50Itu menurut saya cacat logika
03:52Cacat logika?
03:53Oke, Mas Januar
03:55Terliunan sudah disalurkan ke bencana Sumatera
04:00Dari menurut Endipat Wijaya itu
04:02Gimana Anda lihat itu?
04:05Tadi Mas Gun bilang soal aspek politik di dalam komunikasi
04:10Saya melihatnya Mas Bud
04:12Aspek politik itu muncul dalam bentuk insentif politik
04:17Yang mempengaruhi seluruh paradigma kita menghadapi bencana
04:21Ini bukan soal triliunanya dulu Mas
04:25Paradigma itu maksudnya bagaimana?
04:28Kalau pencegahan bencana itu sukses
04:31Antisipasi itu sukses
04:34Gak ada insentifnya
04:35Kesuksesan itu sifatnya counterfactual
04:38Sukses ketika tidak terjadi apa-apa
04:41Itu sukses
04:42Tetapi kesuksesan yang tidak terjadi apa-apa itu
04:45Tidak menciptakan panggung politik
04:49Itu membuat bahkan paradigma kita menangani bencana
04:54Lebih memilih penanganan bencana
04:57Satu sisi menurut saya ini kesalahan pilihan kebijakan
05:01Sisi yang lain
05:03Karena panggung politik tadi itu
05:06Bencana kemudian menjadi panggung
05:08Maka kan saya tulis dan saya katakan dalam berbagai forum
05:11Kalau kita mengabaikan pencegahan ini
05:15Kita sedang menyiapkan panggung untuk bencana dan korban berikutnya
05:19Kalau ditanya kemudian sekarang
05:21Kaitannya dengan triliunan itu
05:22Menurut saya
05:23Pemerintah terbuka saja
05:26Berapa yang dialokasikan
05:29Kan anggaran bisa digeser
05:31Anggaran bisa diubah
05:32Apalagi Presiden sekarang punya
05:35Apa namanya
05:36Semacam power gitu ya
05:39Kekuatan, kekuasaan
05:40Untuk merealokasi anggaran
05:42Kalau saja kemudian itu
05:45Dinyatakan oke untuk penanganan ini
05:47Kami alokasikan
05:48Sekian triliun
05:50Karena kata-kata
05:51Anggota DPR tadi
05:52Sekian triliun itu
05:53Saya tidak tahu dari mana
05:55Angkanya belum pernah muncul di publik
05:57Dan bahkan kalau tidak salah
05:59Satu bupati atau gubernur mengatakan
06:01Kemarin kan dipotong anggaran daerah
06:03Kembalikan untuk itu
06:04Yang ada adalah kita membaca
06:06500 miliar kalau tidak salah ya
06:08Dari Kementerian Keuangan
06:09Untuk Kebencanaan
06:10Jadi
06:11Ini berkaitan dengan
06:14Sebuah logika
06:16Dalam politik
06:17Yang disebut dengan
06:18Insentif politik
06:19Pencegahan tidak memberi insentif
06:20Tidak memberi insentif
06:21Dan itu
06:22Dalam kebijakan publik
06:24Itu
06:25Cara bernegara
06:27Cara membuat kebijakan
06:28Yang tidak bisa diterima
06:29Oke baik
06:30Mas Puji
06:31Jadi sejauh ini
06:32Sudah berapa besar sih
06:34Dana yang dikeluarkan pemerintah
06:35Untuk penanganan
06:36Bencana di Sumatera
06:38Kalau ada datanya di Mas Puji
06:39Mas Budiwan
06:42Kalau boleh saya ikut
06:43Nimbrung ini
06:43Oke silahkan
06:44Tentang komentar politik tadi
06:46Kang Tekan
06:48Dan Mas Yanwar
06:49Saya pikir
06:51Sementara
06:51Tadi disebutkan tentang
06:53Insentif politik
06:54Tampaknya ada juga
06:56Intuisi politik ya
06:58Untuk
06:59Untuk
07:00Mengambil
07:01Kesempatan
07:01Atau momen
07:02Yang akan membawa
07:03Citra itu
07:04Terlepas dari baik
07:06Atau buruknya
07:07Mas Budiman
07:07Yang kami lihat
07:10Dari sisi pandang
07:11BNBB
07:12Penanggulan
07:13Ada dua
07:14Yang satu
07:14Penanggulan bencana
07:15Tanggap darurat ini
07:16Kita membuka
07:18Istilahnya
07:18Tenda yang seluas-luasnya
07:20Bagi semua pihak
07:22Untuk ikut menanggapi
07:24Kami
07:25Mengaktivasi
07:26Desk kerelawan
07:27Yang dulu
07:28Mas Yanwar
07:28Kita pakai untuk
07:29Covid mas
07:30Kita bangkitkan lagi
07:32Gitu
07:32Nah kemudian
07:34Yang di daerah
07:35Kita juga menggelar
07:36Koordinasi dengan
07:37Liaison
07:38Dengan teman-teman
07:39LSM
07:40Di Jakarta
07:42Ada Indonesian
07:43United Coordination Platform
07:44Ini untuk teman-teman
07:45Non-pemerintah
07:47Untuk bersama-sama
07:48Dengan BNBB
07:49Dan yang lainnya
07:50Untuk bersama-sama
07:51Merespon ya
07:52Kalau tentang
07:54Berapa yang sudah
07:55Dikerakkan
07:56Dalam hal ini
07:58Saya hanya bisa
07:59Mengatakannya
08:00Dalam hal
08:01Misalnya volume
08:02Untuk logistik saja
08:05Di lanut
08:06Sultan Iskandar itu
08:08Kemarin saja
08:09Itu datangnya
08:10500 ton
08:11Dan 75%
08:12Sudah didorong
08:13Kemudian
08:14Yang di
08:15Sumatera Barat
08:16Itu 30 ton
08:17Dengan 20
08:17Truk
08:19Ini terus berjalan
08:21Kita kerangkan
08:23Helikopter
08:23Pesawat
08:24Caravan
08:24Airdropping
08:25Dan tadi saya sebutkan
08:27Itu adalah 5 sortie
08:28Yang kemarin
08:28Dan tadi saya sebutkan
08:30Sampai dengan ini mas
08:31Apa
08:31Estafet mas
08:33Tentara-tentara kita itu
08:34Adik-adik
08:36Remaja
08:36Itu
08:37Berestafet
08:38Membawa
08:39Beras
08:39Nah ini
08:40Ini yang tidak nampak
08:41Di televisi
08:42Nah
08:42Yang mendapat insentif
08:44Kang Dekan
08:45Justru yang
08:46Membuat statement
08:47Di publik
08:48Nah ini
08:48Saya kira
08:49Pada saatnya
08:50Kita perlu juga
08:51Menayangkan
08:52Pahlawan-pahlawan
08:53Garis depan ini
08:54Gitu
08:54Sehingga insentif itu
08:56Apa ya
08:57Apa mas Januar
08:58Memanusiakan
08:59Bencana ini
09:00Humanizing the disaster
09:02Gitu
09:02Oke
09:03Yang kedua
09:04Menyangkut mas Januar
09:06Saya salah satu yang
09:07Menyusun undang-undangnya mas
09:08Jadi dari undang-undang itu
09:10Ahead of its time
09:11Sebenarnya
09:11Itu membuat
09:13Prospektif yang komprehensif
09:14Meletakkan insentif pada
09:16Pencegahan
09:17Mitigasi
09:18Dan seterusnya mas Budiman
09:19Ya
09:19Tetapi lagi-lagi
09:21Apa
09:22Intuisi politik itu
09:23Kemudian bergeser ke tempat
09:24Yang ada actionnya
09:25Kita
09:26Sama dengan media
09:27Akan melihat yang apa
09:29Yang action
09:29Kemudian setelah itu
09:30Spotlightnya berpindah
09:31Oke
09:32Tapi emphasisnya sama
09:33Di pemerintah ya
09:33Di dalam
09:34Di sisi BNBP
09:35Kita komprehensif
09:37Dan
09:37Seamless
09:38Oke
09:39Baik Mas Buji
09:39Jadi pelantaran apa
09:41Yang bisa kita petik
09:42Dari bencana di Sumatera
09:44Kita bahas
09:45Setelah jeda berikut ini
09:46Terima kasih
09:48Terima kasih
09:52Terima kasih
09:53Terima kasih
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan