Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim menilai perlunya langkah-langkah untuk memulai pemulihan alam usai bencana banjir dan longsor terjadi di Sumatera.

Kata Didi, langkah awal yang perlu ditempuh adalah kejujuran ekologis, setelah itu mengembalikan batas alam.

"Langkah pertama adalah kejujuran ekologis tanpanya pemulihan mustahil dimulai. Langkah kedua mengembalikan batas alam, hulu tidak boleh dipaksa menjadi kebun atau tambang. Sungai tidak boleh disempitkan beton dan gambut tidak boleh dikeringkan semaunya. Kita harus mulai menghormati georgrafi kita," ujar Didi, Kamis (4/12/2025).

Baca Juga Jawaban BNPB soal Pemerintah Tak Tetapkan Banjir Sumatera Sebagai Bencana Nasional | ROSI di https://www.kompas.tv/talkshow/635458/jawaban-bnpb-soal-pemerintah-tak-tetapkan-banjir-sumatera-sebagai-bencana-nasional-rosi

#banjir #sumatera #bencanaalam

Produser: Ikbal Maulana
Thumbnail: Aqshal

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/635459/bencana-banjir-sumatera-didi-kasim-nilai-kejujuran-ekologis-langkah-awal-pemulihan-alam-rosi
Transkrip
00:00Terima kasih Anda masih di Rosi.
00:04Bencana yang terjadi di Sumatera bukanlah bencana alam, itu adalah bencana ekologis.
00:09Bencana yang disebabkan karena kita manusia tidak mampu merawat alam, berkeadilan, dan memikirkan keseimbangan alam.
00:18Sehingga ketika segala sesuatu yang diluar kontrol manusia berupa cuaca, itu tidak dapat kita cegah karena alam telah kita rusak.
00:28Saya bersama pemimpin redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim.
00:34Bung Didi, hutan Sumatera itu diakui UNESCO sebagai warisan dunia hutan hujan tropis Sumatera.
00:41Betul ya? Tropical Rainforest Heritage of Sumatera sejak tahun 2024.
00:47Tetapi karena ada penebangan liar, perambahan lahan, rencana pembangunan infrastruktur,
00:532011 itu hutan Sumatera berstatus dalam bahaya.
00:58Itu 2011.
01:00Artinya sebenarnya sesuatu yang terjadi di Sumatera 28-27 November lalu adalah sesuatu yang as predicted.
01:14Sesuatu yang sebenarnya ya ada di depan mata.
01:18Yang kita panen, ulah kita yang kita panen, ulah kita puluhan tahun dan kita memanennya mungkin bagian dari ulah kita gitu ya.
01:27Saya pikir itu narasinya begitu.
01:30Dan hari ini, hari Kamis 4 Desember, sebenarnya kita sedang merayakan atau memperingati hari konservasi alam.
01:40Betul ya?
01:41Ya.
01:42Tetapi justru pada hari yang sama Indonesia sedang meratapi hari World Life Heritage.
01:53Miris banget ya?
01:55Ironia, Mbak.
01:57Apakah Sumatera ini akan menjadi yang terakhir atau Sumatera akan juga menjadi penanda bahwa pulau lain di luar Sumatera,
02:05Kalimantan, Sulawesi, bahkan juga Papua akan mengalami hal yang sama?
02:11Sumatera mungkin adalah cermin buat saya, Pak.
02:13Buat kita berkaca hari ini bahwa apa yang terjadi di Sumatera, bahkan bisa lebih cepat terjadi di tempat lain.
02:20Jadi pelajarannya sangat mahal harganya rasanya kalau misalnya kita tidak belajar dari apa yang terjadi hari ini.
02:27Karena yang terjadi pun sekarang selagi kita berbicara, di Sulawesi, Kalimantan, Papua, mengalami degradasi yang tidak kalah cepatnya.
02:36Begitu, Mbak.
02:37Jadi artinya sebenarnya, kalau gini, BMKG kan sudah mengatakan pada tanggal 22 November sudah mengatakan ini akan ada cuaca ekstrim.
02:48Dan kemudian dikatakan antisipasi, pemerintah daerah harus antisipasi.
02:54Nggak mungkin juga bisa mengantisipasi kalau cuma 5 hari atau 7 hari dengan seluruh rasa hormat kita pada alarm atau peringatan pada BMKG.
03:01Tapi, kalau memang seperti ini alam yang ada, memang antisipasi itu tidak mungkin disiapkan hanya 5 atau 2 minggu.
03:11Itu harus disiapkan dekade, bertahun-tahun untuk mengantisipasinya.
03:16Betul, Pak. Jadi saya rasa memang kita memerlukan early warning system yang melibatkan masyarakat.
03:22Kita melibatkan tata kelola misalnya adat yang memang sudah mempunyai sistem sebetulnya dalam mengelola bencana.
03:31Jadi, saya rasa memang betul bencana ini terlalu masif untuk ditangani 6 hari atau 7 hari gitu ya.
03:39Memang mulai dari sekarang rasanya harus ada langkah konkret yang kita lakukan dengan dimulai dari memperbaiki tutupan lahan.
03:46Lalu kemudian tadi memperbaiki early warning system kita dengan melibatkan masyarakat di akar rumput gitu, Mbak.
03:54Itu akan menjadi lumayan kita bisa lebih bersiap lah gitu.
03:58Ya, menutup perbincangan kita pada malam hari Bung Didi, jadi 4 Desember ini kita memperingati World Wildlife Conservative, 4 Desember.
04:10Tetapi di hari yang sama, kita sedang meratapi apa yang terjadi pada alam kita.
04:19Tapi harusnya ratapan itu tidak berhenti hanya sekedar ratapan, harus menjadi satu kebangkitan bersama.
04:25Saya ingin mengundang Anda untuk memberikan harapan, tidak saja kepada pemerintah, tapi juga bagi masyarakat Indonesia.
04:32Terima kasih telah menyaksikan Rosie.
04:34Kita jumpa lagi Kamis depan, tetaplah di Kompas TV, independen, terpercaya.
04:39Ada harapan yang selalu bisa kita sematkan demi masa depan ekologi Indonesia.
04:47Pemimpin Redaksi National Geographic Indonesia, Didi Kasim.
04:58Ketika kita melihat banjir bandang dan longsor di Sumatera hari ini,
05:02Sebenarnya kita sedang diajak berkaca betapa rapuhnya ekologi Indonesia ketika batas-batas alam terus dilampaui.
05:11Hujan ekstrim ini hanya pemantik.
05:14Persoalan utamanya adalah lanskap yang kita ubah, terlalu cepat hulu yang gundul.
05:19Lereng yang dipaksa bekerja tanpa henti, rawa dan gambut yang dikeringkan tanpa memikirkan musim berikutnya.
05:26Langkah pertama adalah kejujuran ekologis.
05:30Tanpanya, pemulihan mustahil dimulai.
05:33Langkah kedua, mengembalikan batas alam.
05:36Hulu tidak boleh dipaksa menjadi kebun atau tambang.
05:40Sungai tidak boleh disempitkan beton.
05:42Dan gambut tidak boleh dikeringkan semaunya.
05:46Kita harus kembali menghormati geografi kita.
05:49Langkah ketiga, memulihkan fungsi bukan sekadar menanam ulang.
05:54Reforestasi adalah awal, tetapi inti pemulihan adalah menghidupkan kembali daerah tangkapan air.
06:02Struktur tanah, ruang sungai, dan hutan sebagai pengatur air.
06:07Langkah keempat, mengembalikan manusia sebagai penjaga.
06:12Komunitas adat, ilmuwan, jurnalis, dan generasi muda harus berjalan bersama.
06:18Karena tidak ada solusi ekologis tanpa solusi sosial.
06:22Dan akhirnya, kita perlu membangun harapan.
06:27Kita masih punya waktu untuk memilih energi yang tidak merusak hulu.
06:31Membangun ekonomi yang menghormati sungai.
06:34Dan membuat kebijakan yang berpihak pada kehidupan jangka panjang.
06:39Harapan adalah keputusan untuk bergerak.
06:42Jika hari ini kita mulai merawat tanah yang lelah, memulihkan gunung yang terkoyak, dan memberi ruang bagi sungai untuk bernafas.
06:50Kita sedang membangun masa depan yang lebih aman.
06:54Bumi sedang berbicara.
06:56Mengajak kita lebih bijak, lebih rendah hati, dan lebih berani.
07:00Selama kita bergerak bersama, selalu ada peluang bagi planet untuk pulih.
07:05Dan bagi kita, untuk hidup lebih baik.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan