JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani mengungkapkan bahwa Indonesia kurang begitu siap menghadapi bencana siklon tropis dengan eskalasi besar.
Pasalnya, sejak awal Indonesia memang bukan daerah rawan siklon tropis.
"Secara prinsip kita belum begitu siap menghadapi bencana dengan eskalasi sebesar ini," ujar Faisal ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa (2/12/2025).
Sementara itu, ia mengatakan BMKG telah mendeteksi bibit siklon tropis dan melakukan diseminasi informasi empat hari sebelum bencana banjir dan longsor di Sumatera terjadi.
Baca Juga BNPB Jelaskan Banjir dan Longsor di Sumatera Belum Jadi Bencana Nasional, Guru Besar IPB Soroti ini di https://www.kompas.tv/nasional/634952/bnpb-jelaskan-banjir-dan-longsor-di-sumatera-belum-jadi-bencana-nasional-guru-besar-ipb-soroti-ini
#bmkg #siklontropis #bencana
Video Editor: Vila Randita
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/634955/kepala-bmkg-ungkap-indonesia-belum-siap-hadapi-bencana-siklon-tropis
00:00Akibat anomali cuaca dan atmosfer sehingga terjadilah siklon.
00:04Sehingga kita secara prinsip kita juga belum begitu siap menghadapi bencana dengan eskalasi sebesar ini.
00:11Sumatera Utara dan Sumatera Barat sampai dengan bulan Desember ini itu biasanya hujan itu di tengah hari sampai dengan malam ya.
00:22Sedang maupun meleringan sampai sedang.
00:24Tapi yang kita waspadai sekarang adalah di bagian selatan Indonesia.
00:28Karena ada kemungkinan bibit siklon itu akan terbentuk di perairan selatan dari Indonesia.
00:35Mulai dari selatan dari bagian selatan Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Papua bagian selatan.
00:41Jadi sebenarnya sekarang kami juga lebih fokus untuk memprediksi terjadinya terbangkitnya bibit siklon di bagian selatan dari Indonesia.
00:49Itu yang akan kita hadapi di mendekati Nataru nanti.
00:52Modifikasi cuaca sudah berjalan.
00:58Jadi kita laksanakan di Bandara Kuala Namu, kemudian di Bandara Sultan Sekandar Muda dan di Bandara Padang.
01:05Ada total 4 pesawat atau 5 pesawat yang sekarang bekerja.
01:09Jadi yang kita lakukan modifikasinya apabila awan hujan ini sudah bergerak ke arah daerah yang sekiranya masih ada proses penyelamatan, kedaruratan, itu kita jatuhkan di tempat lain.
01:21Itu menggunakan NACL ya.
01:22Ada juga yang sudah terkumpul di daerah-daerah yang rawan ini, itu kita berikan CAU atau Kapur Tohor agar dia terpecah dan tidak jadi hujan.
01:31Jadi ada dua, kita menghujankan di tempat yang sekiranya aman seperti di laut atau daerah-daerah yang aman atau kita buat hujannya tidak terjadi.
01:41Ini masih kita laksanakan di tiga bandara.
01:43Untuk yang saat ini daerah rawannya di mana saja, Kak?
01:46Yang di utara ya, di Sumatera.
01:49Gini, kalau untuk di daerah Aceh, kemudian Sumatera Utara dan Sumatera Barat relatif kondisi cuacanya, cuaca ekstrim sudah lewat ya, tidak terjadi.
01:59Tapi juga tadi ada masukan dari Basarnas, ketika masuk untuk penyelamatan korban itu seperti padang pasir.
02:06Karena hujan sudah dimodifikasi, tidak ada hujan, jadi berdebu kemudian menyulitkan ketika harus menggali ke bawah.
02:13Sehingga pada tempat-tempat seperti itu biasanya kita membiarkan hujan terjadi ya, agar tanahnya terbasai dan lebih mudah untuk proses evakuasi.
02:21Jadi modifikasi cuaca ini sangat tergantung apa yang dibutuhkan dari proses penyelamatan dan kedaruratan.
02:26Itu kira-kira. Tapi kalau cuaca ekstrim di daerah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, belum ada informasi berikutnya, belum terjadi.
02:35Ini kan anggaran BMKG tahun depan itu kan 2,9 triliun ya, Pak? Berkurang dari tahun sebelumnya.
02:40Ini seperti apa upaya BMKG untuk menambah anggaran?
02:42Karena biaya yang mau dedikasi cuaca itu kan tahun kemarin juga kecil gitu, Pak. Apa upaya?
02:46Betul. Modifikasi cuaca itu dananya ada dua ya, ada dua. Yang pertama sumbernya PNBP, di mana nanti ada pemerintah provinsi, kemudian perusahaan-perusahaan perkebunan atau swasta untuk mengontrol karhutlah misalnya,
03:02atau untuk menjaga DKI Jakarta agar curah hujannya terkontrol, itu melalui PNBP.
03:09Itu dikelola sepenuhnya oleh BMKG, nanti kita menunjuk TNI AU untuk membantu kita melakukan operasi modifikasi cuaca.
03:16Tapi yang kedua, dalam kondisi kedaruratan, di mana pemerintah provinsi menetapkan siaga darurat, maka itu dapat bersurat ke BNBP dan BMKG,
03:25dananya ada di BNBP, dana operasi modifikasi cuaca dengan dana siap pakai, BMKG mensupervisi dari awal hingga akhir.
03:32Jadi kita pada saat modifikasi cuaca itu, di sana ada BMKG yang mensupervisi, kemudian BNBP dan PPBD.
03:40Itu selalu stand by di lokasi modifikasi cuaca.
03:44Kita merencanakan di tiga provinsi ini, Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, itu masih berlangsung operasi modifikasi cuaca sampai 3 Desember.
03:53Apabila dibutuhkan bisa kita perpanjang lagi, ini menyesuaikan kondisi.
03:57Jadi kita melakukan juga sekarang di Semeru, karena ada pyroklastik akibat lutusan kemarin yang masih tergantung di hulu,
04:04kalau hujan dia bisa menimbulkan banjir bandang atau alah dingin, maaf, jadi itu juga kita modifikasi cuacanya.
04:14Anggarannya saya kira tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, itu banyak untuk supervisi sebenarnya.
04:19Tapi kalau kita melakukan modifikasi cuaca itu tergantung dari BNBP, 8 miliar kurang lebih ya.
04:25Selama ini untuk mensupervisi itu saya kira masih memungkinkan, selama kan dananya untuk seperti sekarang di tiga provinsi itu dananya dari BNPB.
04:38Dana siap pakai ketika status kedaruratan itu sudah ditetapkan pemerintah daerah.
04:43Pak, kemarin kan disampaikan kalau BNPG sebenarnya sudah memberi peringatan ini ya, di sumber itu 8 hari sebelum bencana dan juga di Aceh, dan sumber itu 4 hari.
04:52Nah, apakah ini tidak efektif atau gimana sih Pak? Karena kan korban ternyata juga masih banyak yang bergelimpangan.
04:59Jadi, saya jelaskan sekali lagi, jadi 8 hari sebelumnya kita mendeteksi akan terjadi cuaca ekstrim.
05:06Karena ada anomali di atmosfer, ada monsoon Asia, seruakan dingin dari arah utara.
05:13Jadi, dengan kondisi ini kita memprediksi ada cuaca ekstrim. Itu sejak 8 hari.
05:17Tapi bibit siklun itu mulai terbentuk pada tanggal 21 November, jam 7 UTC.
05:23Jadi, disanalah kita mendeteksi bibit siklun dan kita mengeluarkan lagi press release.
05:26Jadi, press release kita, komunikasi kita ke pemerintah daerah, semua stakeholders itu berlangsung selama beberapa tahap.
05:34Jadi, 4 hari sebelum terjadi siklunnya tanggal 25 itu, bibitnya sudah terdeteksi tanggal 21.
05:39Itu kita melakukan diseminasi informasi, SMS, WA blasting dan sebagainya di grup-grup BPPD di daerah.
05:48Kemudian, mengapa kesiap-siagannya masih belum optimal?
05:52Ini karena begini, sejak dari kita-kita ini tumbuh ya, bahwa kita tidak merasa bahwa Indonesia ini adalah daerah yang rawan terhadap siklun.
06:01Itu biasa terjadi di daerah-daerah di atas 5 derajat lintang utara atau 5 derajat lintang selatan.
06:06Jadi, di daerah seperti Jepang, Taiwan, Hong Kong, Filipina, itu daerah siklun.
06:12Bahkan di atas utaranya Papua, itu terbentuk bibit siklun yang tahunan itu bergerak melintasi Filipina berhenti di Laut Cina Selatan.
06:20Itu lebih dari 10 kali setahun.
06:21Mereka lebih siap.
06:22Nah, kita, second tropis itu bukan kejadian yang lazim, karena kita kan berada tidak lebih dari 5 derajat atau 5 derajat lintang utara atau lintang selatan.
06:32Jadi, ini kejadian yang akibat anomali cuaca dan atmosfer, sehingga terjadilah siklun.
06:38Sehingga kita, secara prinsip, kita juga belum begitu siap menghadapi bencana dengan eskalasi sebesar ini.
06:45Tapi, untuk bencana hidrometeorologi, saya kira sudah banyak mitigasi-mitigasi yang sudah kita persiapkan sebelum bencana ini terjadi.
06:53Jadi, ketika diberikan informasi tentang siklun, persiapannya cukup banyak.
06:58Kita menyiapkan semua personel di daerah, drainase-d drainase itu mulai dibersihkan, agar siap untuk mengalirkan air, kemudian semua bersiaga.
07:09Masyarakat juga menyiapkan bahan makanan dan sebagainya, agar nanti ketika terjadi isolasi bisa bertahan dengan lebih lama dan sebagainya.
07:19Jadi, ada banyak persiapan-siapan dan untuknya dikoordinir oleh BNPB nantinya.
Jadilah yang pertama berkomentar