Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Saat pemerintah mengeksekusi program prioritas berbiaya tinggi dan upaya menopang daya beli lewat stimulus, penerimaan negara justru loyo.

Penerimaan pajak masih di bawah target, bahkan lebih kecil dari tahun lalu.

Tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran dihadapkan risiko shortfall pajak.

Ekonomi juga di-warning oleh sektor perbankan. Awas! Pak Presiden Prabowo, penerimaan pajak loyo, kredit melambat, asing keluar surat berharga negara.

#kombis #kredit #pajak

Baca Juga Aksi Masyarakat Turun ke Jalan Tuntut Hentikan Energi Fosil di Brasil di https://www.kompas.tv/internasional/632461/aksi-masyarakat-turun-ke-jalan-tuntut-hentikan-energi-fosil-di-brasil



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/632464/awas-presiden-prabowo-pajak-kredit-loyo-asing-kabur-dari-sbn-sapa-pagi
Transkrip
00:01Saudara-saudara menyaksikan kompas bisnis bersama saya Putri Okaviani.
00:05Saat pemerintah mengeksekusi program prioritas berbiaya tinggi dan upaya menopang daya beli lewat stimulus,
00:11penerimaan negara justru loyok.
00:13Penerimaan pajak masih di bawah target, bahkan lebih kecil dari tahun lalu.
00:18Tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran dihadapkan risiko shortfall pajak.
00:25Ekonomi juga di warning oleh sektor perbankan.
00:27Awas Pak Presiden Prabowo, penerimaan pajak loyok, kreditnya melambat, asing keluar surat berharga negara.
00:34Kita ke data pertama.
00:37Realisasi pajak sampai dengan Oktober 2025 itu adalah Rp 1.459 triliun.
00:45Angka ini saudara setara dengan 66,64% target ke APBN atau 70,2% dari outlook yang dipatok.
00:56Hampir semua jenis penerimaan pajak menurun.
00:59PPH, PPN, dan PPNBM semuanya melandai.
01:04Kita ke data selanjutnya.
01:06Penerimaan pajak Oktober ini juga masih turun dibandingkan dengan tahun lalu.
01:10Saudara penurunannya hampir 4% rinciannya itu penerimaan pajak Oktober 2025.
01:18Realisasinya itu kan Rp 1.459 triliun.
01:21Target ke APBN itu 66,64%.
01:25Nah, rasio ke outlook adalah 70,2%.
01:30Nah, penerimaan yang lambat ini dikhawatirkan membuat shortfall pajak lebih lebar dari hitungan awal pemerintah.
01:37Jadi, shortfall pajak itu adalah kondisi realisasi penerimaan pajak lebih rendah
01:43dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN.
01:51Wakil Menteri Keuangan Suha Hasil Nazara bilang penerimaan pajak hingga Oktober 2025
01:56masih tertinggal capaiannya dibanding tahun lalu.
02:00Salah satunya karena restitusi.
02:04Rp 1.459,03 triliun ini adalah di bawah tahun lalu masih.
02:10Dia di bawah tahun lalu Rp 1.517,54 triliun.
02:15Tapi Rp 1.459,03 triliun itu sekitar 70,2% dari outlook lapsam.
02:25Nah, dengan data ini teman-teman media bisa melihat PPH badan memang secara neto masih negatif.
02:32PPH orang pribadi PPH 21 dia juga negatif karena di brutonya juga negatif tadi ya.
02:37PPH final, PPH 22, PPH 26 juga negatif sedikit di bawah yang tahun lalu.
02:46PPN-PPNBM ini cukup tinggi, artinya ini restitusinya cukup tinggi di sini.
02:51Secara penerimaan dia lebih tinggi dibandingkan tahun lalu lebih tinggi 5,7%.
02:56Namun kita lihat bahwa produksi cukai hasil tembakaunya itu sedikit di bawah tahun lalu.
03:03Jadi tahun ini sudah diproduksi Rp 258,4 miliar batang dan itu 2,8% di bawah tahun lalu.
03:14Bia keluar sudah terkumpul Rp 24 triliun.
03:18Ini karena kita ada kenaikan harga CPO, tadi ditunjukkan oleh Pak Menteri di depan harga CPO berfluktuasi tapi ada kenaikan.
03:28Dan volume ekspor sawit juga meningkat serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga yang sudah kita lakukan Maret sampai September.
03:38Nah sekarang kita lihat bagaimana kondisi APBN kita.
03:41Angka defisit APBN per Oktober ini dia saudara adalah Rp 479,7 triliun atau setara 2,02% terhadap PDB.
03:54Angkanya sebetulnya cukup baik ya bahkan sangat baik jika dibandingkan dengan outlook terhadap PDB sebesar 2,78%.
04:04Tapi sebagai catatan nih meskipun baik defisit ini melebar dari bulan lalu yang masih di sekitar 1,5% dan defisit yang diatur undang-undang adalah 3%.
04:15Yang menarik adalah saat defisit melebar dana asing yang keluar dari instrumen SBN mencapai Rp 10,4 triliun.
04:23Ada pendengan asingnya? Apakah karena angka defisit ini? Nanti kita akan tanya ke ekonom.
04:30Hingga Oktober 2025 Kementerian Keuangan mencatat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara mencapai 2,02% dari PDB.
04:37yakni sebesar Rp 479,7 triliun.
04:41Menteri Keuangan Purbaya Yudisa Dewa bilang defisit per Oktober 2025 masih dalam batas aman dan terkendali.
04:48Tercatat sebesar Rp 479,7 triliun atau sebesar 2,02% dari PDB.
04:59Angka defisit ini berada dalam batas aman dan terkendali.
05:04Jauh lebih rendah dari target outlook APBN sebesar 2,78% PDB untuk saat sini.
05:11Mencerminkan komitmen disiplin fiskal yang kuat.
05:14Untuk menjaga APBN agar tetap efektif sebagai instrumen kebijaksanaan akselerasi pertumbuhan ekonomi,
05:22KemenQ melakukan pemantauan lebih detail dan langkah-langkah antisipasi terhadap potensi akselerasi
05:28baik di sisi pendapatan negara, pajak, baik juga dan PNBP,
05:33dan juga di sisi belanja, baik belanja kementerian lembaga, non-kementerian lembaga, dan transfer ke daerah.
05:39Dari soal defisit APBN kita ke data selanjutnya saudara ini soal kredit Oktober yang tumbuh melambat.
05:46Pak Presiden Prabowo meski Mankiw Purwaya sudah guyur Rp 200 triliun kehimbara,
05:51nyatanya pertumbuhan kredit perbankan masih loyo.
05:54Kita lihat ya di 2024 itu kredit sebenarnya 7,7% tapi di 2025 turun jadi 7,35%.
06:04Nah kata Bank Indonesia permintaan kredit yang belum kuat dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha
06:10yang masih menahan ekspansi atau wait and see, optimalisasi pembelian internal oleh korporasi
06:16dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi.
06:20BI juga bilang fasilitas pinjaman yang belum dicairkan undisbursed loan pada Oktober 2025
06:26itu masih cukup besar yaitu mencapai Rp 2.450,7 triliun atau 22,97% dari pelafon kredit yang tersedia.
06:38Nah Bank Indonesia juga bilang saudara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,
06:42penyaluran kredit perbankan masih harus dipacu.
06:46Pertumbuhan kredit perbankan perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
06:54Pada bulan Oktober 2025 kredit perbankan tumbuh sebesar 7,36% year on year.
07:02Lebih lambat dari 7,7% year on year pada bulan sebelumnya.
07:09Hal ini disebabkan permintaan kredit yang belum kuat
07:14antara lain dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi.
07:20Istilahnya wait and see.
07:23Optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi.
07:30Fasilitas pinjaman yang belum dicairkan Andes Beslon pada Oktober 2025 masih cukup besar.
07:38Yaitu mencapai 2.450,7 trion rupiah atau 22,97% dari plafon kredit yang tersedia.
07:55Terima kasih telah menonton!
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan