Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Jelang setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming, para guru besar universitas membagikan pandangannya terkait efisiensi yang dilakukan pemerintah.

Guru Besar Otonomi Daerah IPDN, Prof. Ryaas Rasyid mengatakan yang nampak nyata cuma pemotongan anggaran ke daerah. Sementara di Jakarta kita tidak tahu apa efisiensinya, karena jumlah kabinet bertambah.

"Pemotongan anggaran itu walaupun masuk akal, tapi gagal dikondisikan, karena menimbulkan kepusingan dan berdampak ke ekonomi daerah. Pasar-pasar sepi. Beberapa proyek ditunda, dibatalkan," katanya.

Guru Besar Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Prof. Nazamuddin menyebut banyak daerah akan kesulitan memenuhi layanan dasar, termasuk biaya operasionalnya, karena PAD rendah, sehingga sangat bergantung transfer pemerintah pusat. Kalau tidak ada perencanaan matang, maka akan membuat pemda kewalahan dan menimbulkan gejolak di masyarakat.

Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia, Prof. Sulistyowati Irianto setuju dengan konsep efisiensi. Tapi persoalannya apakah ini bangunan dari kesadaran palsu atas nama efisiensi? Ketika para anggota dpr punya penghasilan fantastis, maka gap antar penduduk sangat besar.

"Katanya efisiensi, tp redundansi program-program. Sekolah rakyat, koperasi merah putih.. Kenapa tidak membereskan yang ada?

Guru Besar Ilmu Arsitektur Universitas Hasanuddin, Prof. Triyatni Martosenjoyo melihat yang terjadi saat ini sama sekali bukan efisiensi, sebab sebuah kabinet harusnya efisien, bukan gemuk. Anggaran yang ada habis digunakan membayar honor.


Bagaimana tanggapan Anda?

Saksikan selengkapnya di sini: https://youtu.be/YDPKluL69Do?si=iJuFHLRPQyvRwGgi



#prabowo #gibran #kabinet

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/623328/kabinet-gemuk-sekolah-rakyat-koperasi-merah-putih-efisiensi-anggaran-pemerintahan-prabowo-gibran
Transkrip
00:01Efisiensi, dikurangilah perjalanan dinas, kurangilah rapat-rapat, kurangilah seminar-seminar, kurangilah kunjungan-kunjungan kerja.
00:15Untuk apa lagi kunjungan kerja? Yang penting kerja, bukan kunjungan-kunjungan kerjanya.
00:20Itu adalah pernyataan Presiden Prabowo soal perlunya efisiensi.
00:29Prof Rias, bagaimana Prof Rias melihat soal pelaksanaan efisiensi di era pemerintahan Prabowo Gibran ini?
00:38Yang nyata kan cuma pemotongan anggaran transfer uang ke daerah itu.
00:43Yang di Jakarta kita nggak tahu efisiensinya apa.
00:45Jumlah kabinetnya bertambah, jumlah wakil menteri bertambah, sampai ada yang punya tiga wakil menteri.
00:55Jadi ini menurut saya terjadi inkonsistensi.
00:59Jadi apa yang kita pahami sebagai efisiensi itu sebenarnya tidak seperti ini.
01:06Dan pemotongan anggaran ke daerah itu walaupun itu masuk akal menurut saya karena memang situasi anggaran kita seringnya sulit.
01:12Tapi itu gagal dikondisikan.
01:15Sehingga menimbulkan kekagetan dan kepusingan orang-orang di daerah.
01:21Selain itu secara konkret saja pengurangan transfer dana ke daerah itu, itu akan mengurangi perputar uang di daerah.
01:29Itu yang berdampak pada ekonomi lokal.
01:32Sekarang bapak-bapak dan ibu bisa lihat bagaimana keadaan di daerah itu.
01:35Pasar-pasar sepi.
01:36Tidak ada transaksi.
01:38Karena memang apalagi nanti kalau sudah realisasi ini, uang tidak masuk.
01:43Beberapa proyek harus ditunda atau dibatalkan gitu loh.
01:47Sekarang pemerintahan daerah itu kembali kepada tugas-tugas rutin saja.
01:51Tugas pelayanan, tugas-tugas pemberdayaan.
01:53Jadi pemerintah sebagai pemegang inisiatif untuk pembangunan itu otomatis berkurang.
02:01Karena dananya tidak cukup.
02:03Oke, baik.
02:04Saya ke Propnasam di Aceh.
02:06Propnasam, kan Pak Presiden kan mentargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen ya.
02:11Tapi tadi Prop Rias juga mengatakan bahwa pemotongan tunjangan ke daerah.
02:16Nah, apa yang dirasakan oleh Aceh atau oleh Propnasam dari polisi pemerintah pusat yang memotong anggaran dari Jakarta ke Aceh?
02:25Ya, saya kira banyak daerah akan mengalami kesulitan ya di dalam memenuhi layanan dasarnya.
02:32Termasuk untuk memenuhi biaya operasionalnya.
02:36Karena umumnya daerah mengalami PAD yang sangat rendah.
02:41Sehingga sangat bergantung pada transfer dari pemerintah pusat.
02:45Nah, kalau itu tiba-tiba dilakukan tanpa perencanaan yang matang, ya dengan tiba-tiba,
02:52maka itu akan membuat pemerintah daerah akan sangat kewalahan.
02:56Dan itu bisa menimbulkan gejolak juga di dalam masyarakat.
03:00Dan itu tidak kita inginkan.
03:03Nah, menurut saya, kalau pemotongan itu berlaku untuk DAU, DAK, termasuk dana otonomi khusus di Aceh,
03:12maka itu barangkali tidak fair ya.
03:17Kalau DAU saja yang dipotong, saya kira itu masih bisa membuat sebagian pemerintah lega.
03:25Tapi kalau DAK dipotong, dana otonomi juga dipotong,
03:29maka itu dampaknya sangat besar.
03:31Dan itu bisa memakan porsi antara 10 sampai 20 persen dari kebiasaan spending selama ini pemerintah daerah.
03:41Dan itu sangat, kita akan lihat nanti dampaknya tahun depan ya.
03:45Kalau pertumbuhan ekonomi seperti Aceh dan beberapa provinsi lain masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional,
03:51maka divergensi pertumbuhan akan terus melebar.
03:57Dan itu sangat rawan bagi munculnya gejolak sosial.
04:00Gejolak sosial, oke baik.
04:02Prof. Susi, kalau Prof. Susi lihat ya,
04:05ini kan pati itu kan dampak dari surutnya uang yang ke daerah.
04:11Tapi sekarang akan terjadi lagi.
04:12Apakah ini yang terjadi tidak belajar dari pengalaman pati diulang atau gimana?
04:16Ya, saya melihat bahwa apa yang dikatakan bahwa the modern state itu adalah the service state.
04:24Jadi negara modern itu intinya adalah negara yang layani, negara pelayanan.
04:30Dan pelayanan itu sebagian besar atau ya 90 persen itu akan dilakukan di daerah.
04:37Dengan demikian, kalau kita kembali pati membara gitu ya,
04:42kenapa kemudian pemerintah pati itu menaikkan?
04:44Dan ternyata karena dana transfer ke daerah itu menjadi sangat berkurang.
04:49Akibatnya seperti yang tadi saya katakan,
04:51maka makna bahwa negara modern itu adalah negara yang melayani,
04:56itu menjadi tidak berarti lagi di Indonesia.
04:59Dan ini memperlihatkan bahwa politik otonomi daerah,
05:03pemerintah, ini lagi-lagi memperlihatkan kecenderungan ke arah sentralisasi.
05:09Resentralisasi ya.
05:10Resentralisasi.
05:11Dan ini sangat membahayakan.
05:13Karena apa?
05:13Karena bertentangan dengan politik otonomi daerah yang ada di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
05:21Dimana otonomi seluas-luasnya itu seharusnya adalah di daerah.
05:26Karena itu adalah prinsip utamanya.
05:28Kemudian hubungan pusat dan daerah, itu kan ada beberapa aspek.
05:32Yang pertama adalah dimensi kewenangan.
05:35Kemudian ada dimensi keuangan, ada dimensi organisasi, ada dimensi pengawasan.
05:41Dimensi keuangan itu akan sangat tergantung sampai sejauh mana pemerintah pusat itu menghargai urusan yang sudah diserahkan kepada daerah untuk diselenggarakan.
05:52Kemudian dimensi keuangan, itu juga harus dipahami.
05:56Tanpa sumber-sumber keuangan yang memadai, maka daerah tidak akan dapat melakukan pelayanan-pelayanan publik yang tadi sudah dikatakan adalah pelayanan yang dasar.
06:07Oke, baik. Prof. Sulis, kalau tadi Prof. Sulis mengatakan bahwa seharusnya adalah modern street menjadi service negara pelayanan gitu.
06:16Dan otonomi seluas-luasnya. Ini kok sekarang terjadi re-sentralisasi semuanya sebaik Jakarta.
06:21Tapi juga DPR juga kemudian diam-diam saja sebenarnya. Kenapa yang terjadi sebenarnya?
06:25Ya, terima kasih.
06:27Tadi efisiensi itu sebenarnya secara konsep kita tentu setuju.
06:34Tetapi kan persoalannya, apakah ini bangunan dari kesadaran palsu atas nama rakyat efisiensi?
06:42Karena dalam kenyataannya banyak banget masalahnya.
06:45Mana-mana dana yang bisa diefisiensikan, mana-mana yang tidak bisa.
06:51Kan jadi ada paradoks di situ karena efisiensi tapi dana birokrasi itu menjadi besar sekali.
06:59Termasuk juga insentif DPR yang dituntut oleh anak-anak muda itu 17 plus 8 ya.
07:07Dan ketika para elit itu punya penghasilan yang mencengangkan fantastis, maka gap antara penghasilan penduduk itu luar biasa tingginya.
07:19Antara kelompok-kelompok, upper class, di situ ada layer-layernya banyak, ada yang 50 terkaya dan gitu.
07:27Middle class, lower class itu tidak sehat bagi suatu negara pelayanan.
07:36Kemudian juga paradoks berikutnya adalah bagaimana katanya efisiensi tapi dibuat redundancy program-program.
07:43Sekolah Rakyat, Kooperasi Merah Putih, mengapa tidak membereskan yang sudah ada.
07:50Merah Putih kan waktu itu pernah gagal ya Pak, zaman.
07:53KAUD ya?
07:53Ya KAUD waktu itu ya.
07:55Nah terus ada program-program yang tidak bisa dipotong sama sekali yaitu untuk pendidikan dan kesehatan.
08:0220%
08:03Kita sekarang sudah melihat bagaimana subsidi kepada perguruan tinggi semakin kecil-semakin kecil dan otonomi universitas itu ditafsirkan sebagai harus bisa membiayai diri sendiri.
08:16Akibatnya maka hari ini universitas itu menerima banyak sekali mahasiswa baru ya, gak kira-kira banyaknya.
08:25Dan itu kualitasnya menjadi dipertanyakan ya.
08:28Lalu juga bidang kesehatan itu sama sekali gak bisa dipotong.
08:33Baik, saya ke Prop 3.
08:34Prop 3, bagaimana Prop 3 melihat program atau keinginan efisiensi dari pemerintahan Prabowo-Gebran dalam pelaksanaannya?
08:44Ya, saya setuju dengan Prop 3 tadi.
08:47Jelas bukan efisiensi.
08:50Semua juga kita tahu kan bahwa efisiensi itu pastikan kabinetnya efisien dan bukan gemuk.
08:57Karena kabinet yang gemuk maka uang habis untuk membayar honor dan gaji mereka.
09:04Nah, ketimpangannya itu sangat terasa.
09:06Di Jakarta, kita mendengar anggota DPR itu punya honor yang berlimpah.
09:13Uang rumahnya dipotong tetapi biaya resesnya naik dua kali.
09:17Jadi itu kan akal-akalan yang sebenarnya kita tahu kok bikin malu-malu nih DPR ini.
09:22Bandingkan dengan guru besar seperti saya, di UNHAS itu Pak Budiman, guru besar seperti saya berebut uang honor rapat di luar jam kerja 200 ribu per hari.
09:35200 ribu per hari?
09:37200 ribu per hari.
09:39Jadi bayangkan bagaimana menderitanya orang di daerah.
09:42Kemudian, ada mandatori dari Menteri Pendidikan harus membuka prodi-prodi baru.
09:50Sementara tidak ada dosen-dosen yang diangkat.
09:54Jadi sekarang kita punya perbandingan, rasio perbandingan dosen dan mahasiswa itu bisa sampai 130-140.
10:00Padahal yang normal itu kan 110-114 misalnya.
10:05Kita nggak tahu mau bikin apa pendidikan ini.
10:06Di satu sisi kita melihat para pejabat kita rame-rame membeli ijasa dokter.
10:14Bagaimana ini pengawasan dari Departemen Pendidikan Tinggi.
10:18Jadi seperti itu.
10:20Sekali lagi saya mau bilang, Pak Prabowo masih ragu-ragu berjalan apa yang dia mau lakukan.
10:28Tidak segempi tapi datonya.
10:30Jadi harus Pak Prabowo banyak mendengar.
10:33Oke baik, Prop 3. Jadi banyak persoalan tapi sebetulnya yang jadi masalah adalah sebenarnya siapa yang mengawasi jalannya pemerintah?
10:40Mengapa DPR juga terasa lebih banyak diam dan menjadi rubber stamp?
10:45Kita bahas setelah jeda berikut ini.
10:46Terima kasih.
10:53Terima kasih.

Dianjurkan