Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Ilmu Arsitektur Universitas Hasanuddin, Prof. Triyatni Martosenjoyo meminta pemerintah agar setiap membuat kebijakan, hendaknya dibuat dengan persiapan matang dan berbasis pengetahuan.

"Jangan merusak nalar rakyat dengan kebijakan yang dicari-cari alasannya yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Efisiensi di Jakarta, suka tidak suka menjadi contoh di daerah. Di daerah juga para pejabat ramai-ramai membuat kabinet gemuk sehingga biaya manajemennya 60 persen dari anggaran yang tersedia. Kalau Pak Prabowo mencontohkan kabinet ramping, bisa dicontoh masyarakat di bawah. Tetapi bila tidak, maka jangan mimpi pemerintahan Prabowo berhasil," katanya.

Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia, Prof. Sulistyowati Irianto memimpikan Indonesia punya roadmap ke depan di tengah bonus demografi yang akan terjadi pada 2045 mendatang.

"Yang harus dilakukan adalah reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, dan yang paling penting pembangunan sumber daya manusia. Tuhan mengaruniakan bangsa kita dengan anak muda yang banyak jumlahnya, sehingga bisa bersaing atau berkolaborasi dgn bangsa lain untuk meninggikan martabat kita di antara bangsa lain," katanya.

Guru Besar Otonomi Daerah IPDN, Prof. Ryaas Rasyid melihat jabatan khusus yang saat ini diduduki (misalnya utusan khusus) tidak ada dasarnya. Selain itu, pemerintah pusat harus serius menangani pembangunan di daerah. Jika pembangunan di daerah merosot, maka Indonesia juga akan merosot.


Bagaimana tanggapan Anda?

Saksikan selengkapnya di sini: https://youtu.be/YDPKluL69Do?si=iJuFHLRPQyvRwGgi



#prabowo #gibran #kabinet

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/623330/evaluasi-pemerintahan-prabowo-gibran-dari-kebijakan-berbasis-data-hingga-efisiensi-anggaran
Transkrip
00:00Masih bersama saya, Budi Mantan Rujo di Satu Meja The Forum.
00:06Prof. Tri, masih ada 4 tahun lagi masa jabatan Prabowo Gibran.
00:13Apa yang Anda sarankan kepada pemerintah untuk diperbaiki?
00:18Yang pertama tentu saja, setiap membuat kebijakan kepada Bapak Presiden,
00:24itu buatlah kebijakan dengan persiapan yang matang dan berbasis ilmu pengetahuan.
00:30Jangan merusak nalar rakyat dengan kebijakan-kebijakan yang dicari-cari alasannya
00:35dan bertentangkan dengan ilmu pengetahuan.
00:38Jadi kita itu bisa dibuat yakin.
00:41Masih 4 tahun itu terasa memang masih panjang.
00:44Padahal sebenarnya kalau dia sudah salah di awal kan salah seterusnya.
00:48Kemudian persoalan efisiensi.
00:50Efisiensi yang terjadi di Jakarta itu, suka atau tidak suka akan menjadi contoh di daerah.
00:57Di daerah juga para pejabat rame-rame membuat kabinet gemuk.
01:02Sehingga mungkin biaya manajemennya bisa 60% daripada seluruh anggaran yang tersedia.
01:09Dan kalau Pak Prabowo bisa menjadikan contoh kabinetnya ramping,
01:13itu akan mudah diikuti oleh rakyat di bawah.
01:16Tetapi bila tidak, maka jangan mimpi pemerintahan Prabowo akan berhasil.
01:20Oke, baik Prof. Nisam.
01:24Catatan apa Prof yang bisa disampaikan untuk 4 tahun jalannya pemerintahan Prabowo Gibran?
01:30Ya, saya kira yang pertama,
01:33perbedaan antar daerah terutama antara Jawa dengan luar Jawa,
01:38itu harus dikurangi secara bertahap.
01:42Jadi pemerintahan Prabowo Gibran ini kan punya program untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
01:50Tapi pertumbuhan ekonomi ini kalau terjadi sampai 8%,
01:55tetapi kontribusi Jawa masih sekitar 57-60%,
02:00maka yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin melebar.
02:05Padahal di dalam, mungkin kalau kita lihat di dalam dokumen,
02:09atau dalam visi-visinya, itu sangat bagus, sangat ideal.
02:12Tapi masalahnya, di dalam pelaksanaan masih Jawa sentris.
02:17Kenapa saya katakan Jawa sentris?
02:18Karena misalnya perhitungan-perhitungan di dalam alokasi anggaran secara perkapita,
02:26ya sudah tentu pasti alokasi untuk Jawa,
02:30baik di dalam infrastruktur, ya dana pendidikan, dan sebagainya,
02:35tentu akan condong ke Pulau Jawa.
02:38Nah, untuk itu, maka pemerintahan Prabowo Gibran ke depan,
02:42selama 4 tahun ke depan ini, harus juga melakukan percepatan di dalam aspek pemerataan ini.
02:49Termasuk di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
02:55Nah, kita tahu luar Jawa, apa, prevalensi stunting, ya, sangat tinggi.
03:00Kemudian, kualitas pendidikan juga sangat rendah.
03:06Kemudian, yang terakhir adalah hilirisasi.
03:09Hilirisasi ini bagus, ya.
03:11Tetapi, kalau kita lihat selama ini,
03:14baru terjadi secara signifikan di sektor mineral dan batubara, minyak, dan gas.
03:19Tetapi, di sektor yang menyentuh rakyat banyak,
03:22seperti perikanan, kelautan, perkebunan, kehutanan,
03:26itu belum terjadi secara signifikan.
03:28Padahal, sektor-sektor itu adalah sektor yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat di perdesaan.
03:36Oke, baik, Prof. Nisan.
03:38Oke, Prof. Tulis, apa yang Prof. Tulis mau sarankan,
03:424 tahun retoriknya Presiden kan sebenarnya oke,
03:45tapi pada level implementasi mungkin sedikit ada problem.
03:48Ya, terima kasih.
03:50Saya itu kok memimpikan bahwa negeri saya itu punya roadmap jangka panjang jauh ke depan Indonesia mau dibawa kemana.
03:58Oke.
03:59Kita berpikir tentang 2045 Indonesia emas,
04:025 tahun kemudian, 2050,
04:04menurut laporan-laporan badan-badan dunia,
04:07katanya akan terjadi abad keemasan Asia,
04:10di mana China akan nomor 1, India nomor 2, dan kemudian negara-negara Asia lain.
04:14Apakah Indonesia akan bisa ikut menikmati kemakmuran Asia?
04:17Itu tidak otomatis.
04:20Yang harus mereka lakukan adalah pertama, reformasi birokrasi,
04:24berantas korupsi,
04:26karena banyak sekali masalah di bangsa ini,
04:28ujung-ujungnya adalah korupsi.
04:30Dan yang paling penting menurut saya adalah,
04:32pembangunan sumber daya manusia anak-anak muda,
04:36karena Tuhan itu mengkaruniai bangsa Indonesia,
04:40suatu karuniai yang tidak akan diberikan dua kali.
04:42Di mana anak-anak muda itu akan banyak jumlahnya,
04:47dan bagaimana membuat mereka menjadi pintar, pandai,
04:50bisa memproduksi temuan-temuan sains, teknologi, budaya, dan lain-lain,
04:54sehingga bisa bersaing,
04:56atau bisa berkolaborasi dengan bangsa-bangsa lain.
04:59Jadi kita meninggikan martabat kita sebagai bangsa itu.
05:03Oke, baik, Prof. Sulis.
05:04Prof. Rias, di sekitar presidul ada penasehat khusus,
05:08ada utusan khusus yang dibentuk di sekeliling oleh presiden.
05:12Padahal di undang-undang kan ada namanya Dewan Pertimbangan Presiden,
05:15yang itu lebih konstitusional, tapi juga kosong sampai sekarang.
05:18Jadi semua yang khusus-khusus itu sebenarnya tidak ada dasarnya.
05:21Tidak ada dasarnya.
05:22Jadi itu kayak spontanitas presiden aja,
05:24memerlukan orang-orang ini.
05:26Jadi bukan tugasnya, tapi orangnya harus masuk gitu loh.
05:28Sementara perintah undang-undang dasar mengenai Dewan Pertimbangan Presiden itu
05:33kan tidak dilaksanakan.
05:35Sudah satu tahun, lembaga itu kosong.
05:39Kita tidak tahu alasannya kenapa gitu loh.
05:41Nah, yang kedua yang saya mau sampaikan adalah
05:44tentang masa depan kebijakan-kebijakan itu.
05:50Bagaimana supaya pemerintah pusat itu menyadari
05:53Indonesia itu adalah daerah-daerah.
05:56Jadi kalau pembangunan di daerah merosot,
05:59kehidupan merosot, itu Indonesia merosot Pak.
06:03Jadi jangan berpikir seolah-olah daerah itu adalah beban.
06:07Indonesia itu adalah daerah.
06:09Kalau Anda bicara mengenai kemakmuran Indonesia,
06:12maka itu kemakmuran di daerah.
06:14Keadilan dan segala macam.
06:15Nah ini nggak bisa kita sembarangan mengurus daerah.
06:19Dulu kita sudah buat otonomi daerah dengan desain yang sangat bagus.
06:22Tapi kan recentralisasi seperti yang Anda katakan tadi,
06:24recentralisasi kebijakan-kebijakan yang dulu kita,
06:28apa itu kemenangan-kemenangan yang dulu kita letakkan ke daerah,
06:30itu ditarik pelang-pelang ke Jakarta.
06:32Hanya sekarang Jakarta daerah kembali tergantung lagi pada pusat.
06:36Nah ketika pusat mau bangkrut,
06:38tiba-tiba ada pemotong anggaran kan kaget mereka.
06:41Dan mereka tidak tahu mau bilang apa kepada rakyat.
06:44Karena ini proyek-proyek yang sudah direncanakan,
06:47misalnya tahun lalu,
06:48tiba-tiba tidak bisa dilakukan.
06:49Karena tidak ada dana.
06:50Nah kenapa tidak ada dana?
06:52Karena memang tidak ada sumber dana yang cukup,
06:55yang kita berikan kepada daerah.
06:56Oke.
06:56Jadi mereka ya kasihan lah.
06:58Oke.
06:58Yang berhadapan langsung dengan rakyat itu orang-orang di daerah itu.
07:02Oke, baik.
07:03Prof. Susi,
07:04ini kan DPR kan sebenarnya oke lah ya,
07:07dengan tunjangan reses 702 juta gitu kan.
07:11Seharusnya kan dia bisa lebih artikulatif,
07:13menyampaikan aspirasi-aspirasi dari daerah pemilihannya.
07:17Tapi kok kelihatan tidak ada gergetnya.
07:20Apa yang terjadi menurut Anda?
07:21Ya, saya ingin kembali lagi tadi pada beberapa prinsip utama penyelenggaraan negara,
07:26yang di awal sesi ini saya sudah katakan itu makin melemah,
07:29atau jangan-jangan malah dimatikan secara perlahan-lahan.
07:33Negara hukum itu bicara mengenai adab kekuasaan.
07:37Dan ketika bicara mengenai adab kekuasaan,
07:40maka itu akan sangat tergantung pada tipe kepemimpinannya,
07:44yaitu tipe leadership seperti apa yang akan dilakukan.
07:49Dan ketika kita bicara mengenai kepemimpinan,
07:52maka mau tidak mau kita bicara mengenai statementship.
07:56Statementship versus leadership itu tidak dapat dikategorikan,
08:00hanya berdasarkan keterampilan berpolitik,
08:04kemudian juga keterampilan berargumentasi.
08:07Demagog itu adalah leadership, leader.
08:10Demagog itu adalah pemimpin.
08:12Tetapi dia bukan pemimpin seperti seorang statement.
08:17Kita menginginkan statement itu adalah constitutional officer.
08:22Semua yang duduk di dalam jabatan negara,
08:25itu kita menginginkan sebagai constitutional officer,
08:29termasuk anggota-anggota DPR tersebut.
08:32Jadi kepada mereka, mereka harus merasa
08:35bahwa mereka adalah pejabat-pejabat yang diberi mandat konstitusi.
08:40Dengan segala tugas dan wewenangnya.
08:44Dan apa akibatnya?
08:46Mereka harus dapat bertanggung jawab kepada rakyat.
08:49Jadi ketika mereka diberi tunjangan yang begitu besar,
08:52siapa yang merencanakan tunjangan itu?
08:55Pastilah pihak eksekutif menurut saya.
08:57Karena itu yang mengajukan rancangan undang-undang APBN,
09:00pasti pihak eksekutif.
09:02Oleh karena itu, kita membutuhkan anggota-anggota DPR
09:05yang mempunyai kompetensi yang sangat tinggi
09:08untuk bisa membedakan pada jalur mana
09:12saya berjalan di arah yang benar
09:14dan saya tidak ditrap oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
09:19Jadi dia harus pintar untuk itu.
09:22Kalau misalkan dia diberi tunjangan yang cukup tinggi,
09:25dia bisa saja mengatakan kami tidak pantas untuk mendapatkannya.
09:30Kami tidak pantas untuk mendapatkan privilege-privileged.
09:33Karena kami duduk di sini berdasarkan suara rakyat.
09:37Dan saya ingin mengatakan bahwa
09:39demokrasi itu menghadapi dua ujian yang sangat besar.
09:45Seperti yang ditulis oleh Levitsky dan Ziblatt.
09:48Ujian yang pertama adalah
09:50sampai sejauh mana
09:52para pemimpin politik
09:55atau partai-partai politik
09:57mampu untuk mencegah masuknya
10:00para demagog menjadi pimpinan negara.
10:05Ujian yang kedua,
10:07ketika para demagog yang itu kemudian menjadi pemimpin yang otoriter
10:11itu akan memberikan ujian berikutnya pada demokrasi.
10:16Pertama, apakah para pemimpin itu
10:20akan melemahkan lembaga-lembaga demokratis
10:23atau justru lembaga-lembaga demokratis itu
10:26mampu memberikan batasan-batasan?
10:29Baik, Prof. Susi, Prof. Rias, Prof. Sulis, Prof. Tri, dan Prof. Nisan yang berada di
10:34Bandar Akeh.

Dianjurkan