Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPASTV - Pengamat Politik Adi Prayitno mengatakan sharing power di berbagai posisi strategis di Indonesia dianggap lumrah.

"Ya saya kira kalau kita mau jujur ya, kesan-kesan sharing power di berbagai posisi-posisi strategis di negara kita ini kan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. Ini kan menegaskan bahwa sebenarnya soal penempatan jabatan publik itu kan memang based on patron client dalam banyak hal," kata Adi Prayitno di Bola Liar KompasTV, Jumat (3/10/2025).

Ia menilai hal tersebut ada baiknya, pertama untuk akomodasi politik, yang kedua adalah untuk menjaga keseimbangan.

"Dan ini yang kemudian terpotret dalam postur kabinet yang begitu banyak dan hampir semua elemen masuk di dalamnya. Tidak berhenti di situ, ternyata kalau kita membaca dari datanya Mas Danang secara umum, ini kan menjelaskan bagaimana ada mini-koalisi di BUMN sebenarnya," jelasnya.

Ia juga menjelaskan bagi-bagi posisi juga terjadi pada periode presiden-presiden sebelumnya.

"Betapa akomodasi politik juga terjadi pada BUMN-BUMN yang mungkin secara transparan kita saksikan. Nah kalau kita mau bicara ideal sebenarnya, karena yang diinginkan dari BUMN itu adalah untung. Kalau sebisa mungkin, meritokrasi itu harus didasarkan pada pet and proper test, dan harus ada semacam beauty contest," katanya.

Menurutnya siapapun punya hak untuk kesempatan menjadi komisaris.

Sebelumnya temuan Transparency International Indonesia mengungkap, 165 dari total 562 posisi Komisaris BUMN diisi oleh politisi. 104 orang berlatar belakang partai politik, sementara 61 orang lainnya dari relawan.

TII menyoroti kentalnya patronase dan imbal balik politik, di balik bagi-bagi kursi jabatan komisaris.

Sahabat KompasTV, bagaimana pendapat kalian terkait berita ini, tulis di kolom komentar ya

Produser: Yuilyana

Thumbnail Editor: Galih

#adiprayitno #komisasribumn

Baca Juga Prabowo Singgung Penyebab Siswa Keracunan MBG, Pengamat: Pernyataan Kurang Tepat | SATU MEJA di https://www.kompas.tv/talkshow/620719/prabowo-singgung-penyebab-siswa-keracunan-mbg-pengamat-pernyataan-kurang-tepat-satu-meja



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/621133/adi-prayitno-kesan-sharing-power-posisi-strategis-di-negara-kita-dianggap-lumrah
Transkrip
00:00Mas Adi, politik degang sapi, itu yang Anda lihat dari pemilihan komisaris Bangku Komisaris Ki Bewaman.
00:07Ya, saya kira kalau kita mau jujur ya, kesan-kesan sharing power di berbagai posisi-posisi strategis di negara kita,
00:14ini kan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.
00:16Ini kan menegaskan bahwa sebenarnya soal penempatan jabatan publik itu kan memang based on patron klien.
00:23Dalam banyak hal, itu tujuannya banyak hal.
00:25Satu memang akomodasi politik, yang kedua adalah untuk menjaga keseimbangan.
00:30Dan ini yang kemudian terpotret dalam postur kabinet yang begitu banyak, dan hampir semua elemen masuk di dalamnya.
00:36Tidak berhenti di situ, ternyata kalau kita membaca dari datanya Mas Danang secara umum,
00:42ini kan menjelaskan bagaimana ada mini koalisi di BUMN sebenarnya.
00:46Untuk kelanjutan akomodasi, kalau kita sebutkan semua partai politik,
00:51baik yang kalah pemilu dan yang menang pemilu, kalau melihat yang dirilis oleh teman-teman transparansi ini,
00:57adalah mereka yang juga kebagian, termasuk juga relawan, menjadi bagian dari hal penting dalam komposisi kekomisaris di BUMN.
01:05Satu hal yang memang secara realitas politik per hari ini, saya kira bukan hanya terjadi pada pemerintahan hari ini.
01:11Pada periode presiden-presiden sebelumnya, betapa akomodasi politik juga terjadi pada BUMN-BUMN yang mungkin secara transparan kita saksikan.
01:20Nah kalau kita mau bicara ideal sebenarnya, karena yang diinginkan dari BUMN itu adalah untung,
01:26kalau sebisa mungkin, meritokrasi itu harus didasarkan pada pit and proper test,
01:32dan harus ada semacam beauty contest.
01:34Jadi siapapun dia, mestinya punya hak untuk kesempatan menjadi komisaris.
01:37Tadi kata Mas Prady, dia ditest.
01:40Kan ada rekomendasi dan kita tahu bahwa sebenarnya yang kemudian punya hak untuk penentukan siapa yang boleh tidak jadi komisaris,
01:47kan adalah menteri, dan itu semua orang tahu.
01:49Bisa tidak untuk perbaikan BUMN bahwa siapapun boleh untuk mencalonkan diri,
01:54melamar sebagai bagian di calon komisaris.
01:56Bisa dari politisi, bisa dari profesional, bisa dari konsultan, bisa dari pengamat, bisa dari mahasiswa dan dosen.
02:02Sepanjang dia memiliki kapasitas dan kompetensi, saya kira sangat layak untuk dicoba.
02:08Karena kita tahu, bulan Agustus beberapa waktu yang lalu,
02:11Bos dan Antara mengatakan, 53 persen perusahaan BUMN itu rugi.
02:17Efeknya adalah, negara itu kehilangan kurang lebih sekitar 50 triliun pendapatan,
02:23BUMN yang jumlahnya 53 persen.
02:26Itu artinya, praktik-praktik yang selama ini, entah itu yang isinya siapa, yang diperbolehkan oleh undang-undang,
02:32terbukti, dan itu nyata adalah tidak terlampau memberikan keuntungan secara signifikan kepada negara.
02:36Jadi motifnya cuma untuk jaga koalisi?
02:38Bahkan beberapa waktu yang lalu, kita mendengarkan Presiden Republik Indonesia kan bahkan cukup berang.
02:43Perusahaannya sudah rugi, ngasih-ngasih hadiah lagi, dan seterusnya.
02:48Bagi saya, ini adalah sebuah momentum yang penting,
02:51karena sudah disebutkan soal siapapun yang bisa jadi komisaris,
02:54tapi yang paling penting ke depan adalah jangan lagi kita mendengarkan,
02:58BUMN itu rugi, dan kemudian negara lah yang kemudian dirugikan dalam konteks ini.
03:02Maka sangat layak untuk menyeleksi, siapapun yang ada di dalam,
03:07okelah ada politik akomodasi, okelah ingin merangkul semua kalangan,
03:11tapi sepiksa mungkin bahwa mereka yang menjadi komisaris adalah mereka yang memang
03:14hati dan pikirannya bekerja untuk mensukseskan bagaimana BUMN ini untung, seuntung-untungnya.
03:21Bukan rugi, serugi-ruginya.
03:23Kan kita tidak mau, tentu kita tidak mau seperti keledai,
03:27jatuh yang berulang kali di tempat yang sama.
03:29Kita nggak mau BUMN kita, milik negara, rugi terus,
03:33dan yang rakyat hanya inginkan seuntung-untungnya.
03:36Saya kira di situ saja.
03:37Impian kita bersama kalau BUMN untung, Mas.
03:39Betul, itu yang paling penting sebenarnya.
03:41Sebenarnya kalau mau jujur, ya rakyat itu tutup mata,
03:44siapapun yang ada di komisaris, yang penting untung.
03:46Dan jangan membebani uang negara, kan itu saja.
03:49Baik, saya ke Pak Heri.

Dianjurkan