00:00Mas Adi, politik degang sapi, itu yang Anda lihat dari pemilihan komisaris Bangku Komisaris Ki Bewaman.
00:07Ya, saya kira kalau kita mau jujur ya, kesan-kesan sharing power di berbagai posisi-posisi strategis di negara kita,
00:14ini kan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.
00:16Ini kan menegaskan bahwa sebenarnya soal penempatan jabatan publik itu kan memang based on patron klien.
00:23Dalam banyak hal, itu tujuannya banyak hal.
00:25Satu memang akomodasi politik, yang kedua adalah untuk menjaga keseimbangan.
00:30Dan ini yang kemudian terpotret dalam postur kabinet yang begitu banyak, dan hampir semua elemen masuk di dalamnya.
00:36Tidak berhenti di situ, ternyata kalau kita membaca dari datanya Mas Danang secara umum,
00:42ini kan menjelaskan bagaimana ada mini koalisi di BUMN sebenarnya.
00:46Untuk kelanjutan akomodasi, kalau kita sebutkan semua partai politik,
00:51baik yang kalah pemilu dan yang menang pemilu, kalau melihat yang dirilis oleh teman-teman transparansi ini,
00:57adalah mereka yang juga kebagian, termasuk juga relawan, menjadi bagian dari hal penting dalam komposisi kekomisaris di BUMN.
01:05Satu hal yang memang secara realitas politik per hari ini, saya kira bukan hanya terjadi pada pemerintahan hari ini.
01:11Pada periode presiden-presiden sebelumnya, betapa akomodasi politik juga terjadi pada BUMN-BUMN yang mungkin secara transparan kita saksikan.
01:20Nah kalau kita mau bicara ideal sebenarnya, karena yang diinginkan dari BUMN itu adalah untung,
01:26kalau sebisa mungkin, meritokrasi itu harus didasarkan pada pit and proper test,
01:32dan harus ada semacam beauty contest.
01:34Jadi siapapun dia, mestinya punya hak untuk kesempatan menjadi komisaris.
01:37Tadi kata Mas Prady, dia ditest.
01:40Kan ada rekomendasi dan kita tahu bahwa sebenarnya yang kemudian punya hak untuk penentukan siapa yang boleh tidak jadi komisaris,
01:47kan adalah menteri, dan itu semua orang tahu.
01:49Bisa tidak untuk perbaikan BUMN bahwa siapapun boleh untuk mencalonkan diri,
01:54melamar sebagai bagian di calon komisaris.
01:56Bisa dari politisi, bisa dari profesional, bisa dari konsultan, bisa dari pengamat, bisa dari mahasiswa dan dosen.
02:02Sepanjang dia memiliki kapasitas dan kompetensi, saya kira sangat layak untuk dicoba.
02:08Karena kita tahu, bulan Agustus beberapa waktu yang lalu,
02:11Bos dan Antara mengatakan, 53 persen perusahaan BUMN itu rugi.
02:17Efeknya adalah, negara itu kehilangan kurang lebih sekitar 50 triliun pendapatan,
02:23BUMN yang jumlahnya 53 persen.
02:26Itu artinya, praktik-praktik yang selama ini, entah itu yang isinya siapa, yang diperbolehkan oleh undang-undang,
02:32terbukti, dan itu nyata adalah tidak terlampau memberikan keuntungan secara signifikan kepada negara.
02:36Jadi motifnya cuma untuk jaga koalisi?
02:38Bahkan beberapa waktu yang lalu, kita mendengarkan Presiden Republik Indonesia kan bahkan cukup berang.
02:43Perusahaannya sudah rugi, ngasih-ngasih hadiah lagi, dan seterusnya.
02:48Bagi saya, ini adalah sebuah momentum yang penting,
02:51karena sudah disebutkan soal siapapun yang bisa jadi komisaris,
02:54tapi yang paling penting ke depan adalah jangan lagi kita mendengarkan,
02:58BUMN itu rugi, dan kemudian negara lah yang kemudian dirugikan dalam konteks ini.
03:02Maka sangat layak untuk menyeleksi, siapapun yang ada di dalam,
03:07okelah ada politik akomodasi, okelah ingin merangkul semua kalangan,
03:11tapi sepiksa mungkin bahwa mereka yang menjadi komisaris adalah mereka yang memang
03:14hati dan pikirannya bekerja untuk mensukseskan bagaimana BUMN ini untung, seuntung-untungnya.
03:21Bukan rugi, serugi-ruginya.
03:23Kan kita tidak mau, tentu kita tidak mau seperti keledai,
03:27jatuh yang berulang kali di tempat yang sama.
03:29Kita nggak mau BUMN kita, milik negara, rugi terus,
03:33dan yang rakyat hanya inginkan seuntung-untungnya.
03:36Saya kira di situ saja.
03:37Impian kita bersama kalau BUMN untung, Mas.
03:39Betul, itu yang paling penting sebenarnya.
03:41Sebenarnya kalau mau jujur, ya rakyat itu tutup mata,
03:44siapapun yang ada di komisaris, yang penting untung.
03:46Dan jangan membebani uang negara, kan itu saja.
03:49Baik, saya ke Pak Heri.