KOMPAS.TV Hamas tengah menelaah dokumen berisi 20 butir proposal perdamaian Gaza yang digagas Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menurut sumber dekat Hamas, kelompok tersebut memulai serangkaian konsultasi internal dengan kepemimpinan politik dan militer, baik di dalam Palestina maupun di luar negeri, sebelum memberikan jawaban resmi.
Sementara itu, Presiden Donald Trump memberikan tenggat waktu tiga hingga empat hari untuk menerima proposal perdamaian di Jalur Gaza. Jika tidak, konsekuensi berat menanti.
Lalu, apakah perdamaian di Palestina akan segera terwujud?
Pertanyaan ini dibahas bersama Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Muhammad Waffaa Kharisma.
Baca Juga Kapal Global Sumud Flotilla Dekati Perairan Gaza, Israel Ancam Tenggelamkan di https://www.kompas.tv/internasional/620620/kapal-global-sumud-flotilla-dekati-perairan-gaza-israel-ancam-tenggelamkan
#gaza #trump #palestina #breakignews
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/620628/blak-blakan-peneliti-beberkan-proposal-perdamaian-palestina-dari-trump-hanya-untungkan-israel
00:00Lalu apakah perdamaian di Palestina akan segera terwujud?
00:03Kami bahas bersama peneliti Center for Strategic and International Studies atau CSIS, Muhammad Wafa Karisma.
00:10Mas Wafa, selamat petang.
00:13Selamat petang, Mas.
00:14Mas Wafa, kita tahu bahwa sudah lebih dari 150 negara mendukung kemerdekaan Palestina,
00:20tetapi faktanya masih ada serangan di Gaza.
00:23Apakah menurut Anda dunia serius untuk kemudian memerdekakan Palestina?
00:27Saya pikir kalau dari keseriusan tentu secara pernyataan dan diplomasi dalam kapasitas diplomatik serius sekali, sangat serius.
00:36Dan mungkin kalau dari besaran dukungannya atau misalnya cakupan dukungannya ini kan mungkin paling bisa dibilang terbanyak sepanjang PPP didirikan.
00:47Tapi tentu ketika disebutkan sebagai keseriusan, metode-metode seperti apa yang bisa digunakan itulah yang kemudian menjadi ada gap,
00:56ada jarak.
00:57Karena banyak hal di PBB itu tergantung dari veto-feto atau tergantung dari intervensi-intervensi hegemon.
01:06Negara-negara besar, bila negara besarnya tidak melihat perjalanannya atau pathway-nya itu jelas dan bisa didukung,
01:14ya otomatis yang lain sulit juga.
01:16Jadi dan langkah-langkahnya terbatas hanya di statement diplomatik, hanya didukungan melalui channel-channel multilateral,
01:25tidak bisa sampai kepada dukungan-dukungan yang lebih real.
01:28Misalnya dukungan logistik, dukungan konektivitas, dukungan bantuan kemanusiaan,
01:34bahkan bantuan kemanusiaan saja yang secara merupakan hak dasar ya, itu juga dibatasi kan,
01:40dan memang channelnya hanya lewat seizin si penguasa keamanannya yakni pihak Israel.
01:47So, memang dari faktor keinginan mungkin saya bisa bilang more than ever ya,
01:53lebih dari kapanpun sangat serius.
01:55Tetapi sangat terbatas juga leverage-nya, daya tawarnya,
02:00karena ada barier-barier halangan-halangan politis.
02:04Menurut Anda metode yang paling tepat apa, Mas?
02:06Karena kan kita tahu juga bahwa betul dukungan sudah banyak,
02:09tetapi ternyata faktanya masih ada serangan di Gaza dan Palestina sampai dengan detik ini belum merdeka.
02:17Saya pribadi, saya menganut prinsip-prinsip yang lebih dekat kepada pertimbangan justice ya, keadilan.
02:23Jadi kalau misalnya ada pelanggaran hukum internasional, ya harus diadili.
02:30Dan memang cara-cara melalui mahkamah internasional, ICC, misalnya International Court, Criminal Court,
02:37itu yang menurut saya yang paling pas untuk didukung ya, upaya-upayanya.
02:44Tapi memang yang apa namanya, kanal-kanal seperti ini kan masih tetap di blokada ya oleh Amerika Serikat.
02:50Jadi memang cukup sulit juga.
02:52Kalau dari perspektif keadilan ya, pasti sekarang realitanya kan secara ini ya,
02:58secara kalau misalnya pragmatis bermisalkan soal power.
03:02Soal power, suatu negara bisa mengkontrol teritori, bisa mengkontrol pasukan,
03:09dan semua across the board, semua kalau misalnya dibuat checklist, semua Israel yang mendominasi.
03:17Dan mungkin realitanya, kalau worst case scenario, kalau scenario terburuk,
03:22one state solution jadinya dengan keadaan seperti ini ya.
03:25Karena genosidnya tetap dilangsungkan dan segala macam.
03:29Jadi gimana caranya untuk menghadapi realita tersebut, realita di lapangan yang tersebut,
03:34dalam tanda kutip harus dihukum agresornya.
03:37Dalam tanda kutip dihukum penjajahnya.
03:41Mungkin yang saya bisa tawarkan di sini ya, hukuman-hukuman legal ya.
03:45Mungkin ada juga yang beberapa negara yang menyebabkan sanksi dan sebagainya.
03:49Itu juga bisa diterapkan kalau misalnya negara-negara yang melihatnya berani
03:53dan melihat itu sebagai cocok.
03:55Oke, bahwa kita tahu juga, dalam beberapa waktu terakhir nampaknya juga
03:59Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sudah memberikan proposal.
04:03Ada 20 poin yang kemudian ditawarkan kepada Hamas.
04:06Menurut Anda dalam proposal tersebut, siapa yang paling diuntungkan?
04:10Kalau itu sudah jelas ya, yang sangat diuntungkan itu Israel ya.
04:15Karena sama sekali tidak ada panggilan pertanggung jawabannya dari Israel.
04:21Mereka dalam framing peace plan-nya,
04:25Mereka menjadi pihak korban yang kemudian menderita dari serangan terorisme
04:32yang dianggap terorisme oleh 7 Oktober 2023.
04:39Dan kemudian yang menjadi pihak yang bertanggung jawab,
04:43beban kesalahan perangnya itu sepenuhnya di tangan Palestina.
04:46Karena mereka yang menjadi seperti pihak bandel yang perlu dikontrol,
04:51perlu menyerahkan segala macam kontrol teritorinya.
04:56Dan saya bukan bicara soal Hamas saja,
04:58tapi juga bicara berbagai macam fabrik dari masyarakat di sana,
05:02warga Gaza secara keseluruhan ya.
05:03Mereka yang kemudian dipanggil untuk bertanggung jawab,
05:06untuk genosida yang terjadi.
05:09Tidak ada satu katapun terkait pertanggung jawaban,
05:12atau mungkin hukuman terkait genosida yang terjadi.
05:15Ini yang kemudian,
05:18kalau dari aspek keadilan, sangat disayangkan.
05:21Tentu kalau misalnya dari aspek geopolitik,
05:23dari aspek kemanusiaan,
05:24ada pertimbangan tersendiri.
05:25Kalau aspek kemanusiaan,
05:26tentu semua ambang batas kita sudah sangat teruji.
05:32Dan tentu kita semua mau penderitanya diakhiri besok kalau bisa,
05:37atau mungkin hari ini juga.
05:38Tetapi ya itu tadi,
05:39kalau dari hal-hal soal keadilan,
05:42pemerintahnya sendiri,
05:43itu yang perlu dilihat lebih lanjut.
05:46Karena ya selama ini pengorbanan-pengorbanan misalnya,
05:49dari wartawan yang di sana,
05:51yang ditarget,
05:52atau misalnya pekerja medis,
05:54itu kan semua perjuangannya untuk
05:55memanggil pertanggung jawaban dari agresor.
05:59Nah itu yang kemudian tidak dijawab oleh pemerintahnya.
06:01Oke, baik.
06:01Sebenarnya pengorbanannya untuk apa nih jadinya?
06:03Baik.
06:04Baik, terakhir mungkin Mas Wapak ketika memang
06:06proposal Trump ini menguntungkan Israel,
06:08apa yang kemudian harus dilakukan dunia,
06:11termasuk Indonesia,
06:12agar tidak menguntungkan satu pihak saja,
06:14proposal ini?
06:16Kalau misalnya memang,
06:18secara politis,
06:20akhirnya,
06:22rencana ini yang menjadi jalan ke depan,
06:24dan walaupun ini masih dilihat dulu ya,
06:26karena ini ada beberapa aspek yang
06:27agak susah juga.
06:29Misalnya, ultimatum 72 jam,
06:31dan segala macam itu juga kita perlu lihat.
06:34Dan kemudian nanti pasti ada implikasi juga,
06:37kita perlu lihat perkembangan di Israelnya sendiri,
06:38karena memang banyak hardline faction,
06:41atau garis keras di sana,
06:42apa namanya, sayap kanan di sana,
06:44yang mungkin nggak puas juga dengan,
06:46dan mungkin akan mendorong hal-hal yang lebih agresif,
06:49dan kemudian membuat negaranya kembali melanggar ceasefire.
06:53Nah, itu yang perlu kita lihat.
06:56Tapi, kalau misalnya pertanyaannya,
06:57kembalikan lagi,
06:58gimana untuk supaya lebih adil,
07:00kalau gitu,
07:01kalau misalnya memang peace plan ini terpaksa harus menjadi,
07:03karena memang itu yang disponsori oleh Amerika Serikat sebagai Hagemont ya,
07:07kita harus melihat situasinya beyond peace plan.
07:11Jadi, perlu ada rencana-rencana lain,
07:12yang betul-betul menjamin Palestina
07:15tetap sebagai negara yang full-fledged,
07:19yang mendapatkan tak sepenuhnya.
07:21Jadi, tidak memiliki situasinya terbatas.
07:25Itu yang tentu kita tunggu dari pergerakan negara-negara di dunia.
07:29Terima kasih peneliti CSIS Muhammad Wafa Karisma
Jadilah yang pertama berkomentar