Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Polemik tudingan ijazah palsu Jokowi kini berkembang menjadi saling tuding soal "tokoh besar" yang disebut Jokowi sebagai dalangnya.

Kode "partai biru" yang dihembuskan relawan Jokowi memicu protes keras dari Partai Demokrat.

Lalu, siapa sebenarnya "tokoh besar" dalam kasus Ijazah yang dimaksud Jokowi? Simak dialog KompasTV bersama Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis, Ahmad Khozinudin dan Wakil Ketua Umum Jokowi Mania, Andi Azwan.

Baca Juga Panas! Singgung Tokoh Politisasi Kasus Tom Lembong-Hasto, Projo: Selalu Salah Jokowi Biar Menarik! di https://www.kompas.tv/nasional/609124/panas-singgung-tokoh-politisasi-kasus-tom-lembong-hasto-projo-selalu-salah-jokowi-biar-menarik

#ijazahjokowi #jokowi #ijazah #orangbesarijazahjokowi

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/609138/full-debat-panas-jokowi-mania-kuasa-hukum-roy-suryo-soal-bola-liar-orang-besar-kasus-ijazah
Transkrip
00:00Polemik tudingan ijasa palsu Jokowi kini berkembang ke saling tuding mengenai tokoh besar yang disebut Jokowi sebagai dalang.
00:07Kode Partai Biru yang dihempuskan ralawan Jokowi menyulut protes keras dari Demokrat.
00:11Lalu siapa sebenarnya tokoh besar yang dimaksud Jokowi?
00:14Sudai Studio, Tim Advokasi Antikriminalisasi Akademisi dan Aktivis Ahmad Hozinudin dan juga Waketum Jokowi Mani Andi Azman.
00:22Selamat petang semuanya.
00:23Selamat petang Cindy, selamat petang seluruh pemirsa.
00:26Oke, Bang Andi dulu. Bang Andi kenapa sih Pak Jokowi gak langsung nyebut aja nama tokoh besarnya malah bikin bola liar kayak gini?
00:31Ya ini kan bukan dikatakan bola liar ya.
00:34Pak Jokowi kan mengatakan bahwasannya ada orang besar ini.
00:38Kan mengkaji dari lamanya permasalahan ijasa ini kan saya hitung-hitung sudah 8 bulan gitu.
00:46Kok bisa bertahan selama 8 bulan ini kalau tidak ada sesuatu yang kuat yang membackup untuk ini gitu.
00:53Kalau beliau mengatakan ada orang besar pasti kan beliau juga mendapatkan informasi ya, mempunyai data untuk itu.
01:00Dan itu mungkin ya, hanya beliau yang tahu sebetulnya.
01:03Kami sebagai relawan itu memang tidak tahu siapa petoko besar itu.
01:09Dan memang itu tidak didiskusikan dengan kita.
01:12Kalau ada yang mengatakan Anasir-Anasir itu ada berhubungan dengan mantan presiden lah, dengan partenya misalnya gitu.
01:22Itu kan adalah Anasir-Anasir yang sepihak gitu.
01:24Bukan yang keluar dari Pak Jokowi sendiri.
01:27Tapi kalau gitu kenapa gak disebutin aja biar gak jadi semakin panjang ini kan juga relawan.
01:31Jadi begini Mbak, ini kan namanya politik ya.
01:33Politik itu kita tidak perlu ataupun menafsirkan secara terang benderang.
01:39Politik itu bisa terang benderang, bisa juga ya abu-abu ya, bisa juga putih maupun hitam gitu.
01:47Karena kalau kita menerangkan secara langsung ya, apa itu kita bisa melihat apakah dia akan tersinggung atau tidak.
01:55Apakah dia akan membuat kegaduan-kegaduan berikutnya.
01:57Seperti itu, ya kan.
01:59Ya buat kami sih sebagai relawan itu ya, kita menunggu apa perintah dari Pak Jokowi itu.
02:04Kalau Pak Jokowi mengatakan itu bukan dari partai yang dituduhkan misalnya kan.
02:09Ada partai demokrat, itu sudah di-clearkan sebetulnya kan.
02:13Sampai ke anaknya beliau.
02:15Oke, kalau misalnya itu memang sudah clear.
02:18Kalau dari Anda Bang Husin Yudin, sudah clear belum dengan?
02:20Oh tentu belum ya, sangat jauh dari kata clear bahkan.
02:23Dan kalau kita bicara tentang orang besar itu, fitnah itu mengarah kepada dua pihak ya.
02:29Pertama pihak yang disebut orang besar itu, yang kedua tentu kepada klien kami.
02:33Yang selama ini berjuang untuk mengungkap ijazah palsu ini begitu.
02:37Kalau terhadap SBI dan Demokrat kan sudah diklarifikasi bukan keduanya.
02:41Tapi belum definitif siapa yang dimaksud dengan orang besar itu.
02:44Namun terhadap kami, kan itu menjadi strategi negatif bagi kami seolah-olah perjuangan klien kami ini dikendalikan orang besar.
02:51Tidak murni berjuang untuk mengungkap keaslian ijazah atau palsunya.
02:55Dan tentu ada multi-politik dibalik pergerakan perjuangan untuk mengungkap kebenaran ijazah palsu.
03:01Ini alasan Anda Soma Sipa Jokowi akhirnya?
03:02Kamis yang lalu kami sudah kirim ya agar resmi ini menjadi proses hukum begitu.
03:06Karena sebelumnya ini juga proses hukum.
03:09Jadi kami sangat menyayangkan kalau proses hukum itu ditarik ke ranah politik.
03:13Sebagaimana Bung Andi Azban mengakui itu politik begitu.
03:16Kenapa?
03:17Karena kalau kita mau jujur juga ya proses ini menjadi lama itu kan sebenarnya secara subjektif dikendaki oleh Saudara Jokowi Dodo.
03:25Seandainya Saudara Jokowi Dodo juga secara subjektif mau segera menunjukkan ijazahnya.
03:30Nah kalau memang asli kan tentu kegaduhan ini juga bisa lebih awal diakhiri.
03:33Setidaknya kalau masih berlanjut kan tuduhan yang bikin gaduh atau yang ingin lama itu beralih dari sebelumnya subjektif.
03:40Seolah-olah dari kubu Jokowi menjadi pihak-pihak yang memanfaatkan situasi ini yang tidak puas dengan menunjukkan ijazah itu.
03:46Oke berarti dari kalau kata Bang Huzinuddin sengaja dilama-lama yang jadi ini sebenarnya proses hukum apa proses politik.
03:51Kita akan bahas selanjutnya usaha jadat tetap bersama kami di Kompas Petang.
04:00Masih bersama kami studio Bang Andi Azwan dan juga Bang Ahmad Huzinuddin.
04:12Saya mau ke Bang Andi dulu.
04:14Bang Andi kalau tadi katanya ini kasusnya sengaja dilama-lamain.
04:16Anda melihatnya sebenarnya ini kasus hukum atau kasus politik?
04:19Ya jadi sebetulnya ini jelas kasus hukum.
04:23Kenapa? Tidak ada kata dilama-lamain dari kita.
04:25Kita pengen cepat selesai gitu.
04:27Jadi Polda Metro Jaya itu mengkelirkan semua saksi pelapor dan nanti ada saksi terlapor gitu.
04:34Karena proses ini berkembang-berkembang sehingga timbul ada menarik ya untuk kasus politik ya.
04:40Kita mencoba melihat begini.
04:43Dulu Pak Roy Suri waktu kasusnya Pak Sofyan, mantan rektor itu.
04:48Dia mengatakan bahwasannya Ibu Ova, Rektor Ugaim ini telah dipanggil ke Jakarta beberapa kali oleh orang yang paling tinggi di Republik ini.
04:58Oke, poinnya?
04:59Poinnya di sini, artinya dia memang ingin menarik dalam sisi politik ini sebetulnya.
05:05Nah itu yang menarik bukan Pak Jokowi karena yang pertama kali nyebut ada tokoh besar?
05:08Ini sebelum mengucapkan tokoh besar itu di stasis TV yang lain.
05:12Waktu itu Pak Sofyan yang sebagai mantan rektor itu mungkin tidak adalah kunci dari saksinya nanti.
05:22Tapi kan kemudian berubah bahwasannya dia menarik.
05:26Dia punya waktu acara streaming itu, permintaan maaf dan sebagainya.
05:31Dan pada satu TV itu, ketika saya berhadapan dengan Roy Suri, dia mengatakan kok,
05:37Profesor Opa sudah diundang oleh orang yang paling kuat, paling tinggi di Republik ini.
05:43Oke.
05:43Ya kan?
05:44Oke.
05:44Nah artinya apa? Ini sudah mengeret sebetulnya, mengeret ke arah politik.
05:48Nah kalau mengeret ke arah politik, Anda melihatnya, apa untungnya Pak Jokowi kalau misalnya dari kasus ini,
05:53dengan lamanya kasus ini nunggap, apa motifnya?
05:55Saya tidak mau terlalu jauh ya untuk melihat pertensi apa yang ada pada diri Saudara Jokowi Dodo,
06:00keuntungan apa yang dia peroleh, benefit politik apa yang akan dia raih.
06:04Saya tidak mau ke sana, tapi saya ingin tegaskan bahwa ada dua sikap kepengecutan dari Presiden ketujuh kita,
06:11Saudara Jokowi Dodo itu baik secara hukum maupun secara politik.
06:14Secara hukum kepengecutan itu terkonfirmasi saat dimunculkan 12 nama terlapor,
06:20Saudara Jokowi Dodo tidak mengakui bahwa itu berasal darinya.
06:23Padahal ini kan dari aduan, harus ada nama.
06:26Dan subjektivitas diri merasa tercemar, merasa di fitnah itu tidak bisa diwakili oleh polisi.
06:32Polisi tidak bisa dia berperaduga bahwa oh ini yang mencemarkan, ini yang memfitnah.
06:36Karena ya fasal 310 dan 311 KWP itu sangat subjektif.
06:40Bahkan bisa hilang kewenangan menuntut kalau pihak yang merasa tercemar itu melepaskan.
06:45Beda kasusnya kalau sudah inkras seperti kasus Sylvester Matutina, dia harus tetap dieksekusi.
06:50Yang kedua kepengecutan dari sisi politik, di mana statement ada orang besar yang tidak di-definitifkan kepada siapa ini kan menjadi liar.
06:58Dan tuduhan itu bukan hanya kepada misalkan tadi Pak SB, tapi juga kepada klien kami.
07:03Sekali lagi, kalau tidak di-definitifkan ini akan menjadi liar dan seolah-olah klien kami ini juga menjadi mainan orang besar.
07:09Saya mesti jawab ini, kalau dikatakan Mas Sozinuddin ada kepengecutan, justru yang pengecut itu adalah salah satunya Edi Sujana yang sekarang kabur ke Inggris.
07:20Apa dia mau kembali? Kan dia tidak mau kembali, dia sudah bilang tiga kali saya ditahan, saya tidak mau keempat kali.
07:26Berarti dalam dirinya dia sudah tahu bahwa dia bersalah.
07:29Kalau yang dikatakan tadi dari Mas Sozinuddin ada 12 orang sepengetahuan saya itu, bukan hanya Pak Zoko, Pak Jokowi saja yang melaporkan.
07:39Ada dari Relawan yang melaporkan, ada dari Periadi Bersatu melaporkan.
07:44Siapa-siapa di dalamnya, mereka juga pasti memasukkan itu.
07:47Bukan hanya Pak Jokowi, Pak Jokowi yang dimasukkan itu, tidak ada orang-orang itu.
07:51Yang ada adalah Dr. Tifa, Roy Rismond, terus Egi Sujana, ada lima kalau tidak salah ya, termasuk Roy Suryo.
08:03Oke, kalau yang tadi kepengecutan di politik, apa tanggapan Anda?
08:06Bagaimana bilang kepengecutan politik di sini? Dari sisi mana diberatkan pengecut politik?
08:11Kalau dikatakan Mas Sozinuddin pengecut politik karena memasukkan nama-nama itu kan, yang 12 orang itu, bukan itu.
08:18Kalau yang pengecut itu adalah Egi Sujana, dari awal saya sudah katakan, Egi Sujana pengecut.
08:24Dia lari ke mana? Ke Inggris? Apa dia kembali? Kan enggak.
08:28Sementara lagi mereka akan jadi saksi terlapor, pasti kali panggil satu persatu.
08:32Apakah dia akan hadir? Kita tunggu saja nanti.
08:34Oke, nanti kita lihat, nanti-nanti. Bang Hozinuddin tadi juga soal yang...
08:37Saya justru, surprise hari ini, Saudara Andi Azwan itu berani menyebut nama Tifa Roy Suryo.
08:43Nah, saya menilai Bung Andi Azwan itu lebih berani kesatria ketimbang Saudara Jokowi Dodo.
08:49Padahal pihak yang merasa di fitnah, merasa di cemarkan itu adalah Saudara Jokowi Dodo.
08:53Tetapi hari ini justru nama-nama muncul yang dari laporan Saudara Jokowi Dodo adalah dari Bung Andi Azwan.
08:58Kenapa itu tidak diadopsi sendiri oleh Saudara Jokowi Dodo selaku pelapor sehingga menjadi terbuka kepada publik.
09:04Dia merasa di cemarkan oleh siapa? Dia merasa di fitnah oleh siapa?
09:08Dan sekali lagi, karena dia mengadukan pencemaran dan fitnah, jangan hari ini justru mengedarkan fitnah dengan menyebut orang besar,
09:14ada yang di downgrade, ada yang menjatuhkan reputasi politik.
09:17Seput saja nama, tunjuk hidung.
09:19Saya kemudian membuat ilustrasi, apa yang dimaksud adalah SBI, apa yang dimaksud adalah Aguan, apakah yang dimaksud adalah Antoni Salim.
09:24Sehingga apa? Orang yang menjadi tokoh-tokoh lain itu tidak merasa terfitnah.
09:28Wajar Partai Demokrat kemudian mengklarifikasi.
09:30Karena apa? Ada indikasi-indikasi yang mengarah kepada Demokrat.
09:32Baju biru lah, ya kan?
09:34Orang besar itu tentu kalau dikaitkan dengan baju biru adalah SBI.
09:37Terlepas bahwa Saudara Jokowi-Dodo telah membantah, akhirnya kan orang mengatakan demikian.
09:42Bantahan dalam politik itu menjadi tidak bernilai, kecuali sudah didefinitifkan siapa orang yang dimaksud oleh Saudara Jokowi-Dodo.
09:48Oke, tidak ada penjelasan akhirnya dinilainya jadi fitnah tanggapan Anda?
09:52Ya, kalau saya melihat ini, bahwasannya ini sudah diklarifikasi oleh Pak Jokowi.
10:00Siapa yang mengeret-ngeret Partai Biru dan sebagainya, Pak Jokowi tidak mengatakan sama sekali untuk itu.
10:05Kalau asumsinya ada beberapa orang, persepsi beberapa orang yang menerjemahkan apa yang dikatakan Pak Jokowi, itu sudah salah besar.
10:14Itu ada pribadi untuk itu.
10:16Kita berpatokan apa yang dikatakan Pak Jokowi.
10:18Saya tidak menyebutkan, saya berhubungan baik dengan SBI, saya berhubungan baik dengan semua.
10:23Itulah patokan kita sebetulnya, ya kan?
10:26Kalau untuk melihat bagaimana perjalanan nanti, apa namanya, kasus ini, ya kita memang tunggu saja.
10:33Dan kita minta kepada Polda Mentor Jaya untuk mempercepat semua seluruh saksi-saksi pelapor ini, kemudian lanjut ke saksi terlapor.
10:41Tapi ya, Mas Pertanya masih sama, kenapa Pak Jokowi tidak langsung sepial saja namanya?
10:44Kenapa harus lawat relawan atau pendukungnya?
10:46Tidak, ada yang mengatakan.
10:48Makanya saya bilang, katakan tadi, relawan-irelawan ini, kita itu menunggu apa yang diinstruksikan oleh Pak Jokowi kalau dia menyebutkan nama atau dia menyebutkan sesuatu.
10:58Kita tidak punya hak untuk menerjemahkan apa keinginan, apa yang ada tersirat maupun tidak.
11:06Tidak. Itu karena begini, itu akan jadinya fitnah itu nantinya.
11:10Akan berkembang kepada hal-hal yang mungkin menimbulkan kegaduan-kegaduan baru.
11:14Padahal kita ini berkonsentrasi bagaimana kasus ini, ini cepat dilimpahkan.
11:20Kalau begitu, singkat tanggapan ya dengan Pak Jokowi di Somasi?
11:25Nah, ini baru saya dengar bahwasannya Pak Jokowi di Somasi dari Bung Ozinudin ini.
11:31Ya, menurut saya, ya enggak apa-apa.
11:33Hak konstitusi beliau mau Somasi dengan alasan-alasan apa terserah.
11:37Tapi yang nanti itu akan ditelaah oleh tim kuasa hukum.
11:40Dari Pak Jokowi?
11:41Dari Pak Jokowi.
11:42Oke, nah kalau gitu, kalau Somasi ternyata tidak ada respon apa lagi?
11:45Yang jelas begini, dalam Somasi itu kita mau menutup persoalan ini dengan cara apa?
11:49Ya, kalau memang tidak berani sebut nama, memang tidak ada yang menimbulkan kegaduan, tidak ada orang besar, cukup dua hal.
11:54Pertama, cabut statement itu dan minta ya kepada publik permintaan maaf.
11:58Enggak ada masalah kok minta maaf kepada publik dan kita anggap itu cash close.
12:01Tetapi jika itu tidak ditempuh, tentu kami sebagai bagian dari warga negara yang punya hak konstitusi,
12:06ya diantaranya kita mainkan 1365 dan ini tentunya bisa berkonsekuensi juga ke hal-hal lain.
12:12Ini yang lucu, Pak.
12:13Dalam konstitusi begitu.
12:14Dan tentu saja, itu juga boleh ditanggapi oleh Saudara Jokowi dan tim kuasa hukumnya.
12:18Tapi kami ingin memberikan statement ini dalam konteks untuk mendidik publik bahwa siapapun Anda,
12:24terserah atributi Anda itu sebagai apa.
12:26Bahkan jika Anda adalah Presiden ketujuh Republik ini, tetap dalam statement itu harus dijaga,
12:31sehingga tidak menimbulkan itu prestasi yang membuat anak bangsa makin terbelah.
12:34Oke, terima kasih kalau gitu sudah berbagi di Kompas Petang, Bang Ahmad Hazinuddin dan juga Bang Andi Azman.
12:40Apa nggak bisa jawab itu?
12:40Singkat saja, singkat silahkan.
12:43Kita tunggu nanti.
12:45Yang jelas begini, jangan menggeret-geret dari partai-partai untuk mengadu domba Pak Jokowi.
12:52Itu adek darmawan loh dari kubu mereka.
12:54Adek darmawan bukan dari kami dari tim relawan Jokowi, beliau adalah saksi pelapor peradi bersatu.
13:01Persatu, taksi pelapor peradi bersatu, bukan dari relawan Jokowi.
13:07Kita klirkan itu dulu, kita klirkan untuk masalah itu ya.
13:11Jangan menggabungkan bahwa...
13:14Tinggal sebut nama, kalau tidak minta maaf pada kubu, selesai.
13:17Kalau tidak, kita lanjut.
13:18Oke, kita stop dulu ya, Bang Andi dan juga Bang Mahzinduddin, kita stop dulu.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan