JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah kondisi darurat pascabencana banjir longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, keputusan pemerintah untuk belum membuka pintu bantuan asing menuai sorotan.
Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Timothy Ivan Triyono, menegaskan bahwa pemerintah masih memiliki kapasitas untuk menangani bencana.
"Tentu kita menghargai dan kita mengapresiasi dukungan dari internasional. Baik yang menyampaikan keprihatinan maupun menawarkan bantuan. Pemerintah masih merasa bahwa kita masih sanggup dan kita terus berupaya. Pak Presiden juga terus berkomitmen melakukan percepatan progres penanganan tanggap darurat," katanya.
Namun keputusan pemerintah untuk tidak membuka donasi dan bantuan asing memunculkan kritik dari publik. Kreator konten Sherly Annavita mempertanyakan alasan di balik sikap tersebut, terutama ketika korban terus bertambah dan infrastruktur rusak parah. Untuk mendapatkan air bersih saja warga kesulitan lantaran masih ada desa yang terisolasi.
"Belum lagi rekonstruksinya, belum lagi trauma healing masyarakat. Rasanya pemerintah tidak mampu menyelesaikan ini sendiri," katanya.
Sherly menilai, tanpa dukungan tambahan, pemulihan infrastruktur diperkirakan bisa memakan waktu puluhan tahun. Belum lagi kebutuhan rekonstruksi jangka panjang dan pemulihan trauma masyarakat terdampak.
Ia mendesak Presiden Prabowo untuk menetapkan bencana ini sebagai bencana nasional. Menurutnya, status tersebut akan mempercepat koordinasi lintas sektor dan membuka ruang bantuan yang lebih luas, termasuk dari luar negeri bila dibutuhkan. Sebab, ini menyangkut nyawa dan kemanusiaan.
Bagaimana menurut Anda? Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/gpfCUD4N9m8?si=MJC44UO2FnPcsGGq
#banjir #aceh #sumatera
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/637204/stafsus-ksp-pemerintah-masih-sanggup-tangani-banjir-sumatera-tanpa-bantuan-asing-rosi
00:00Poinnya begini, kenapa kemudian tetap ditahan sementara banyak negara juga sudah membuka diri loh mas.
00:05Uni Emirat Arab sudah membuka diri, PBB pun bahkan mengaku sudah berkoordinasi dengan daerah tidak hanya Indonesia loh.
00:10Tapi ini kan kawasan Asia, beberapa kawasan Asia juga mengalami hal yang sama.
00:14Kenapa kemudian pemerintah memutuskan untuk tidak membuka keran itu sementara masih ada daerah yang terisolasi, masih butuh bantuan.
00:20Air bersih saja masih ada yang belum dapat mas.
00:22Ya, tentu kita menghargai dan kita mengapresiasi dukungan dari internasional.
00:27Baik yang menyampaikan keprihatinan maupun menawarkan bantuan, baik dari negara sahabat ataupun PBB maupun ASEAN begitu ya.
00:34Tetapi balik lagi, pemerintah masih merasa bahwa kita masih sanggup dan kita terus berupaya.
00:39Pak Presiden juga terus berkomitmen melakukan percepatan.
00:42Ya, ambil contoh ya, misalkan progres penanganan tanggap darurat berkaitan dengan jalan dan jembatan.
00:50Di Provinsi Sumatera Utara itu sudah 78 persen capaiannya.
00:54Di Sumatera Barat capaiannya sudah 76 persen.
00:56Memang khusus untuk ASEAN ini masih 51 persen.
01:00Ya, oleh karena itu Pak Presiden besok pagi direncanakan akan berkunjung ke daerah-daerah yang terisolir.
01:06Empat kabupaten itu.
01:08ASEAN Utara, ASEAN Tamiang, Takengon, dan juga penamanya Bener Meriah.
01:13Artinya Pak Presiden ingin hadir langsung ke lokasi yang masih terisolir.
01:16Dan Pak Presiden ingin memastikan bahwa akses jalan itu sudah harus bisa ditembus dalam waktu singkat gitu loh.
01:22Dan kita kan juga lihat di media sosial juga beredar bahwa kita ini punya pahlawan-pahlawan di lapangan.
01:28Kita punya TNI Polri, kita punya BNPB, kita punya Basarnas.
01:32Kita juga punya pahlawan kesehatan.
01:34Kita juga punya pahlawan kelistrikan.
01:37Teman-teman PLN ini sampai sekarang masih terus berusaha agar di Provinsi Aceh itu bisa pulih semua 100 persen.
01:43Tapi kalau kemudian faktanya yang dijanjikan waktu itu oleh pemerintah, 93 persen jaringan listrik di Aceh bisa terpenuhi tapi pada faktanya tidak seperti yang digambarkan.
01:55Berarti kan tandanya pemerintah belum sanggup untuk memenuhi janji itu.
01:57Begini, pemerintah ini kan bekerja berdasarkan target.
02:01Pemerintah punya target bahwa kita berharap 93 persen itu bisa dicapai.
02:06Namun kan kondisi di lapangan ini sangat ekstrim.
02:10Petugas PLN sudah berjebaku.
02:13Saya juga mendapatkan laporan dari tim teknis PLN di lapangan bahwa penyebab kenapa belum sampai 93 persen ini karena ada dua gardu induk di Aceh itu yang sering trip.
02:25Sehari itu bisa trip 2-3 kali.
02:27Dan mereka masih terus berupaya agar bisa mencapai 93 persen itu.
02:31Sehingga kalau saya tanyakan dengan singkat, berarti pemerintah masih sanggup atau tidak?
02:34Walaupun faktanya masih ada yang belum mendapatkan bantuan dan sokongan-sokongan infrastruktur belum merata seluruhnya?
02:38Ya pemerintah masih sanggup dan sampai sekarang kami masih terus berupaya untuk mengatasi itu.
02:43Artinya pahlawan listrik kita tidak menyerah dengan keadaan itu.
02:48Kita masih terus berusaha.
02:50Tetapi kan kondisi di lapangan itu juga mempengaruhi bagaimana kerja-kerja kita.
02:54Nah Mbak Sherly, itu ada komitmen dari pemerintah.
02:57Ditambah ada anggaran.
02:58Beberapa kali dalam berbagai kesempatan, dana siap pakai ada.
03:01Dana darurat yang dipegang Menteri Keuangan juga ada.
03:03Bisa dipakai kapan saja.
03:04Anggaran BNPB juga masih ada.
03:06Hal apalagi yang Anda ragukan kalau begitu, ada tanda kesanggupan itu?
03:11Pada akhirnya kita semua mengapresiasi upaya baik dan kalimat-kalimat empatik itu tentu kita apresiasi Mas.
03:21Tapi kondisi di lapangan itu menunjukkan bahwa Sherly tiba di Gayo Luwes itu hari ke-10 memasuki hari ke-11.
03:28Ternyata di lapangan itu listrik masih mati sesampainya di Gayo Luwes.
03:35Bahkan tiba pesawat aja itu mereka bahagia sekali.
03:39Bukan di desa Mas, itu di kabupaten.
03:42Nah dua hari kemudian dapat konfirmasi bahwa Bapak Presiden tiba.
03:46Artinya bahwa boleh jadi yang ditargetkan sekian, tapi nyatanya di hari ke-10 sampai ke-11 itu PLN di Gayo Luwes pun masih memberikan statement kalau dalam tiga hari ke depan BBM tidak masuk dari kebupaten luar.
04:04Maka kami sudah angkat tangan.
04:05Pemerintah Bupatinya dalam hal ini juga mengatakan bahwa bisa jadi lumpuh total.
04:11Nah dalam hal ini tentu kita mengapresiasi ketika ada hal-hal baik yang disampaikan.
04:16Tidak seperti sebutlah misalnya beberapa waktu terakhir yang kita dengar ucapan-ucapan yang itu sangat menyayat hati terutama hati korban.
04:23Yang hari ini mereka dipenuhi dengan ketidakpastian bahwa ini kapan kami akan mendapatkan bantuan.
04:30Belum lagi rumah atau mungkin sawah yang sudah mereka kumpul sekian lama, hewan-hewan ternak yang itu menjadi sumber mata pencaharian mereka, itu semuanya rata.
04:41Kemudian statement-statement ini yang kemudian menyakiti hati mereka.
04:45Sehingga dari apa yang Anda pikirkan, Anda yang analisis dan lihat di lapangan, Anda merasa bahwa pemerintah Indonesia sanggup melakukan itu sendiri tanpa bantuan asik?
04:54Kalau boleh jujur, kondisi lapangan menunjukkan hari ini adalah hari ke-16 terlepas dari Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat sama-sama membutuhkan.
05:08Tapi di Aceh kondisinya masih sangat memprihatinkan.
05:11Dari data di lapangan yang kami temukan, rasa-rasanya pertanyaan kritis kenapa pemerintah tidak membuka donasi asing, ini masih menjadi pertanyaan kita semua mas.
05:24Apa sebetulnya yang menjadi keberatan hati pemerintah?
05:31Karena kalau melihat bagaimana korban terus bertambah, bagaimana infrastruktur ini kalau tidak mendapatkan bantuan dari nasional,
05:40ini diperkirakan 30 tahun baru akan pulih, belum lagi nanti rekonstruksinya, belum lagi trauma healing masyarakat.
05:48Maka rasa-rasanya pemerintah tidak mampu untuk menyelesaikan ini.
05:55Harapannya adalah ketika Pak Prabowo menetapkan ini sebagai bencana nasional, maka koordinasi ini akan semakin masif, cepat dan tepat mas.
06:05Karena sekalipun pemerintah sebutlah menyebutkan angka-angka tertentu, tapi masih ada desa-desa yang terisolir, maka ini kita berbicara tentang nyawa dan kehidupan masyarakat.
06:14Maka muncul pertanyaan begini Mas Ivan, kalau kemudian saya kutip pernyataan dari Menteri Luar Negeri pada Jumat pekan lalu yang bilang,
06:20selama kita masih mampu maka kita akan melakukan itu sesuai dengan apa yang kita bisa.
06:25Saat ditanya oleh wartawan, beliau hanya bilang, sampai kita merasa butuh, maka indikator butuhnya itu yang sampai kapan kalau begitu Indonesia mau memuka diri dengan bantuan asing?
06:37Ya, tentu data kami tidak berbeda ya.
06:40Kami kan mengakui bahwa Aceh adalah provinsi dengan dampak yang paling parah, dan daerah-daerah yang masih terisolir juga banyak di Aceh.
06:48Saya sampaikan bahwa hari ini pun Pertamina berhasil mengirimkan 144 tabung LPG 12 kilo ke Kabupaten Bener Meriah dengan mekanisme airdrop, dengan mekanisme baru.
07:01Itu berhasil kita terjunkan, artinya pemerintah masih terus berupaya.
07:05Tadi kalau dikatakan sampai kita butuh, ya sampai hari ini kita merasa bahwa, dan bukan hanya merasa ya, kita yakinkan kepada masyarakat bahwa sampai hari ini pemerintah terus bekerja keras.
07:17Semua kementerian lembaga ini turun semua loh.
07:20So, indikator merasa butuh bantuan asing kalau apa?
07:23Indikator butuh bantuan asing itu seandainya nanti ada kebutuhan yang mendesak dan tidak mampu lagi ditangani oleh kita.
07:31Ini konteksnya anggaran?
07:32Tidak hanya anggaran, kan misalkan ada nanti suatu saat ada kebutuhan layanan dokter spesialis yang mungkin di Indonesia belum ada, ya kita tentu butuh bantuan asing.
07:42Atau ada alat berat yang kita tidak punya teknologinya, ya tentu kita butuh bantuan asing, mau gak mau kan gitu.
07:49Tapi kan itu ada dalam kondisi di mana kita tidak punya teknologinya, kita tidak punya sumber daya manusianya, gitu.
07:57Nah, korban bencana Sumatera saat ini membutuhkan bantuan secepatnya.
08:02Namun pemerintah menolak bantuan asing, benarkah pemerintah masih kuat menangani ini sendiri?
Jadilah yang pertama berkomentar