Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah terjadi lebih dari 16 hari lalu.

Bantuan yang belum merata, jalur yang masih terputus, hingga munculnya masalah kesehatan membuat publik mempertanyakan kemampuan pemerintah dalam merespons kondisi darurat ini.

Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Timothy Ivan Triyono, mengakui banyak kendala di lapangan. Kondisi geografis membuat akses distribusi bantuan tersendat.

"Banyak kendala di lapangan, ada kondisi geografis yang sulit untuk aparat pemerintah untuk menyalurkan bantuan itu ada. Tetapi bukan berarti itu membuat pemerintah menyerah, bukan berarti membuat aparat kita itu menjadi tidak berdaya. Kami terus memberdayakan diri, kami terus berusaha seoptimal mungkin dan semaksimal mungkin," katanya.

Sorotan juga disampaikan kreator konten Sherly Annavita, yang mengunggah kondisi lapangan lewat media sosialnya. Sherly menilai keterlambatan pemulihan berpotensi menyebabkan korban meninggal bukan semata karena bencana, tetapi karena kelaparan.

Ia menilai pemerintah perlu benar-benar berdiri di posisi rakyat, terutama para korban, baik dalam tindakan maupun ucapan. Sherly menegaskan bahwa permintaan maaf penting, tetapi tidak cukup.

Sementara itu, pemerintah terus mempercepat pembukaan akses dan penyaluran bantuan, terutama ke wilayah yang masih terisolasi.



Bagaimana menurut Anda?
Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/gpfCUD4N9m8?si=MJC44UO2FnPcsGGq



#banjir #aceh #sumatera

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/637198/pemerintah-dikritik-lambat-tangani-banjir-sumatera-stafsus-ksp-janji-percepatan-rosi
Transkrip
00:00Beberapa pekan pasca bencana Sumatera, sebagian akses transportasi darat belum pulih hingga distribusi bantuan terhambat.
00:10Korban saat ini butuh bantuan cepat namun pemerintah menolak membuka bantuan dari luar negeri dengan alasan masih mampu menangani sendiri.
00:19Saya masih bersama staff khusus kepala staff kepresidenan Timothy Ivan Triono dan seorang kreator konten yang kritis terhadap isu sosial politik Shirley Anavita.
00:26Mas begini, kalau melihat masih ada yang belum merata bantuan, ada kekhawatiran pemulihan bakal lambat dan masalah kesehatan yang jadi isu baru.
00:37Kekhawatirannya akan banyak penyakit mewabah di sana dengan akses yang masih banyak yang terputus.
00:45Tidakkah ini menggambarkan bahwa ya pemerintah sendiri kesulitan untuk menangani ini?
00:48Ya, kalau diakui bahwa banyak kendala di lapangan, ada kondisi geografis yang sulit untuk aparat pemerintah untuk menyalurkan bantuan itu ada.
00:59Tetapi bukan berarti itu membuat pemerintah menyerah, bukan berarti membuat aparat kita itu menjadi tidak berdaya.
01:06Kami terus memberdayakan diri, kami terus berusaha seoptimal mungkin dan semaksimal mungkin.
01:11Sebagai contoh di Sumatera Barat, 4 jembatan Bali ini jembatan darurat sementara ya, itu sedang dibangun dan sudah berproses 55%.
01:21Dan masih ada 2 jalan lagi yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
01:25Tapi itu akan terus kita lakukan progresnya begitu.
01:29Lalu juga kementerian PU itu juga menurunkan alat berat, banyak banget alat berat sudah diturunkan.
01:36Kita juga turunkan ekskavator, loader, lalu hydrant umum, mobil operasional kita juga turunkan.
01:44Lalu berkaitan dengan akses jalan ya, pemerintah itu terus berupaya mengoptimalkan pembukaan jalur darurat antara kementerian PU, TRI dan juga Polri.
01:53Nah, kalau kemudian ada penegasan kesanggupan itu mbak, kalau Anda melihat fenomena di lapangan, ditambah ada kekhawatiran akan ada hal lain, efek dominonya akan berkepanjangan di daerah terutama yang masih terputus aksesnya.
02:05Apa yang Anda khawatirkan?
02:07Yang pertama adalah 16 hari sudah berlalu, tapi ternyata masih banyak wilayah, khususnya wilayah Aceh yang terisolir.
02:14Maka boleh jadi masyarakat meninggal itu bukan karena bencananya, tapi karena kelaparan mas.
02:20Anda mengamini apa kata gubernur Aceh waktu itu ya?
02:22Mengamini karena pada akhirnya ketika kita melihat di lapangan, kondisinya sepakat dengan apa yang Mas Ivan sampaikan bahwa bahkan 4 wilayah itu yang memang sudah sulit,
02:32kemudian akses menuju ke sana juga terputus, jembatan-jembatan terputus.
02:36Maka tentu ini menjadi kondisi yang membuat bahkan dari luar pun sangat sulit untuk masuk.
02:43Maka dua poin yang ingin Sally highlight ketika kemarin berkesempatan untuk beberapa titik, di dua kabupaten, di Gayolues ke beberapa titik.
02:51Yang pertama adalah tentu kita sangat berharap pemerintah dalam hal ini menaruh kakinya di kaki rakyat, terutama di kaki para korban.
03:02Bahwa bisa jadi upaya yang dilakukan sudah ada, tapi tidak cepat, tidak tepat, dan tidak semasif yang dibutuhkan.
03:09Loh selama ini Anda menilainya bahwa pemerintah tidak berdiri di kaki rakyat?
03:12Ya buktinya statement-statement yang sangat melukai hati rakyat seperti ini hanya mencekam di medsos,
03:19atau mungkin beberapa waktu yang lalu yang disebut seolah-olah relawan itu melakukan sesuatu yang di luar aturan.
03:27Maka dalam hal ini dengan memposisikan sepatu pemerintah itu ada di kaki rakyat,
03:33maka akan merasa bahwa setidaknya dengan ucapan atau diksi yang dikeluarkan,
03:37itu membuat rakyat tenang bahwa ini bantuan akan segera datang.
03:41Kamu sudah minta maaf Mbak?
03:43Sepakat bahwa minta maaf itu diperlukan, statistik ini juga adalah harapan,
03:48tapi ternyata yang dibutuhkan di lapangan adalah logistik langsung.
03:51Yang kedua adalah bahwa kita semua berharap bahwa pemerintah dalam hal ini punya mekanisme atau sistem,
03:58Mas Ivan, agar kondisi yang dilaporkan ke pusat itu tidak beda dengan apa yang terjadi di lapangan.
04:09Jangan sampai posisi siap Pak, aman Pak, kondisi sudah membaik Pak, yang di lapangannya adalah A, tapi yang sampai ke pusat adalah Z.
04:18Apa yang membuat itu? Jadi bisa ada koordinasi yang menurut Anda timpang itu tadi?
04:21Sebutlah misalnya angka sembilan puluhan persen itu dapatnya dari mana, kan kita butuh tahu Mas.
04:27Bagaimana mungkin angkanya sudah sampai sembilan puluhan persen lebih, tapi ternyata masyarakat masih sangat sulit.
04:32Bahkan di satu kecamatan saja itu masih membutuhkan jenset, permintaan jenset itu satu masih dibutuhkan oleh masyarakat yang 10 sampai 11 hari sudah tidak ada listrik.
04:41Belum lagi internet yang terputus untuk mengabarkan keluar bahwa kondisi mereka seperti itu sangat sulit.
04:47Akhirnya kebutuhan Starlink, sebutlah misalnya, itu baru hadir di hari-hari ke 10 dan 11.
04:52Kondisi masyarakat di hari ke 10 dan 11 dengan bantuan yang sangat minim, ini kita bisa bayangkan bahwa back then misalnya di 2004 yang lalu,
05:00dalam kondisi 2-3 hari, boleh jadi ditetapkan sebagai bencana nasional, tapi satu hal yang pasti, masyarakat yang terdampak tidak kelaparan.
05:07Oke, penanganan nasional kan statusnya, tapi kalau kemudian ada kasus semacam ini, pertanyaan muncul, koordinasinya dari daerah ke pusatnya gimana mas?
05:16Ya, tentu koordinasi lintas KL, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah itu menjadi prioritas ya.
05:24Tadi kalau disampaikan jangan sampai ada perbedaan data di lapangan dengan yang dilaporkan ke Presiden, saya rasa tidak ya.
05:31Pertama begini, Pak Presiden selalu mengupdate langsung setiap hari, saya tahu betul itu, bahwa Pak Presiden, Mese Snek, SESKAP, dan juga Panglima TNI, Kapolri, Kepala BNPB, itu punya WA Grup khusus.
05:45Setiap jam 6 malam, itu Kepala BNPB selalu melaporkan dan selalu mengupdate penanganan bencana dan juga capaian-capaian pemerintah dalam melakukan percepatan.
05:54Itu selalu diupdate. Dan saya sendiri pun, misalkan nih berkaitan dengan listrik, saya berkomunikasi dengan Korsek PLN, Corporate Secretary PLN.
06:04Tapi saya juga berkomunikasi dengan tim teknis PLN di lapangan. Sehingga saya melihat betul bagaimana perjuangan dari teman-teman PLN itu di tiga daerah itu.
06:13Dan sehingga saya mendapatkan data juga, saya mendapatkan alasan kenapa yang dari 93% itu bisa jadi 88%, saya mendapatkan penjelasan itu.
06:22Bagaimana dengan koordinasi di daerah? Karena begini, kalau kemudian dari pemerintah pusat semangatnya adalah mampu untuk menangani bencana ini,
06:30tapi kalau kemudian dari gubernur di level daerahnya saja mengaku tidak sanggup dan mau terbuka dengan bantuan dari luar negeri,
06:37saya sebut saja dari gubernur Aceh bahkan sudah membuka diri. Mereka tolong kita, masa kita bersulit, berarti ini ada yang kontras loh mas,
06:44antara pusat dan daerah sikapnya beda. Gimana tuh?
06:46Ya begini, kita harus cek dulu timelinenya Pak Gubernur ini menyampaikan kapan gitu ya.
06:51Dan saya merasa bahwa pemerintah pusat sudah hands on kok dengan pemerintah daerah juga.
06:57Dengan penanganan bencana ini pemerintah pusat sudah seru sekali begitu loh.
07:00Jadi bukan berarti kita menolak, bukan berarti kita mempersulit.
07:04Ambil contoh misalkan soal penggalangan dana atau penggalangan bantuan butuh izin,
07:09itu kan tidak seperti itu konteksnya.
07:11Sebetulnya Pak Mensos ini ingin menyampaikan bahwa penggalangan dana itu harus dipertanggungjawabkan.
07:17Oke soal itu, soal masalah bantuan, donasi itu kita bahas nanti.
07:20Cuman kalau melihat sikap dari gubernur Aceh, dibandingkan dengan sikap dari pemerintah pusat,
07:26ini kalau mau dibilang gubernur bandel gak nih tidak mau patuh dengan arahan pusat?
07:30Ya tidak bandel lah, saya rasa Pak Gubernur Aceh juga solidar kok dengan pemerintah pusat.
07:37Kita satu nada kok, buktinya waktu rapat terbatas di Aceh, Pak Gubernur Aceh juga mendukung Pak Presiden.
07:43Pak Gubernur Aceh menyampaikan hambatan, tantangan, kendala yang dialami oleh provinsi Aceh.
07:49Tapi Pak Presiden juga memberikan jaminan, Pak Presiden menyampaikan kepada Pak Gubernur
07:53bahwa saya ini hadir di Aceh untuk yang kedua kalinya bahkan.
07:57Itu artinya saya menunjukkan keseriusan begitu.
07:59Apalagi besok Pak Presiden rencananya akan hadir lagi ke Aceh.
08:02Kalau di level daerah saja Mas Ivan, kalau di level daerah saja mau membuka diri,
08:07ya mending sekalian dari pusat juga membuka diri dengan bantuan dari luar negeri kalau begitu.
08:11Ya kan begini, mengenai status tanggap darurat ini kan ada tingkatannya Mas.
08:16Kabupaten kota sudah tidak sanggup sehingga terbitlah status tanggap darurat provinsi.
08:21Nah status tanggap darurat provinsi di tiga provinsi ini pun kan akhirnya sudah diperpanjang 14 hari lagi.
08:25Nah kita tentu selalu mengevaluasi setiap hari.
08:29Pemerintah pusat itu selalu mendengarkan laporan, selalu mengupdate, selalu mereview, selalu mengkaji.
08:35Artinya kalau status tanggap darurat provinsi ini masih berlaku, pemerintah pusat juga terus berupaya, beroptimal.
08:41Saya rasa kita harus melihat secara objektif bahwa pemerintah ini tidak diam, pemerintah ini tidak buta, tidak tuli, pemerintah ini hadir.
08:51Pemerintah bahkan ingin memastikan kita itu selalu hadir dan mempersamai para korban terdampak bencana.
08:57Ini sudah tiga minggu bencananya, masih ada yang belum dapat akses bantuan, mau ke sana pun juga akses masih terputus.
09:05Terus kalau akhirnya gubernur mau membuka diri, gimana kalau begitu?
09:10Ya ini saya ambil contoh di Aceh ya, pemerintah itu sudah melakukan perbaikan.
09:15Dari 36 ruas jalan nasional yang terdampak bencana di Aceh, 20 ruas diantaranya itu sudah ditangani dan dapat dilalui kembali.
09:23Artinya kan semakin hari pemerintah itu memperbaiki infrastruktur, bahkan Pak Presiden sudah membentuk Satgas Percepatan Pembangunan Infrastruktur
09:31yang diketuai oleh KASAT, Pak Maruli, artinya itu menjadi concern dari pemerintah soal perbaikan infrastruktur.
09:37Karena bagaimana kita mau mengakses daerah itu kalau infrastrukturnya tidak segera diperbaiki.
09:41Mas Ali mau nanggapin ya?
09:42Setuju Mas, bahwa dalam kondisi seperti ini tentu kita ingin cepat, tepat, masif.
09:48Tapi dengan hari ini adalah hari ke-16 setelah terjadi ya bencana, tapi ternyata akses dari sebutlah provinsi, dari Banda Aceh menuju Aceh Utara
09:59itu masih harus menggunakan laut ya di Pelabuhan Kerunggukuh karena ada satu jembatan vital di Bataili yang masih putus.
10:06Pertanyaannya adalah percepatannya yang mana yang dimaksud, Mas?
10:09Artinya kita...
10:10Ya tadi yang saya sampaikan tadi, pembangunan infrastruktur itu kita terus bergerak, Mbak.
10:13Ya, artinya membangun jembatan itu kan bukan seperti Roro Jonggrang yang bisa dalam satu malam terbangun begitu loh.
10:19Misalkan jembatan Darurat, jembatan Beli, itu aja butuh proses sekitar dua minggu untuk membangunnya.
10:24Belum lagi kita bicara pengiriman jembatannya ini dari Jakarta dikirimkan ke sana.
10:29Itu kan juga butuh perjuangan.
10:31Artinya apa?
10:31Yang dilakukan pemerintah ini serius, Mbak.
10:34Bahwasannya progresnya masih belum optimal, progresnya masih belum 100 persen.
10:38Kita akui dan kita minta maaf.
10:40Tetapi kita juga evaluasi diri, pemerintah juga evaluasi diri.
10:44Bahwasannya, mekanisme ini juga harus dievaluasi.
10:46Ambil contoh, dulu mekanisme pengiriman bantuan itu sempat mekeos.
10:52Ada beras yang dijatuhkan ke bawah, lalu berantakan dan tidak bisa dikonsumsi.
10:56Akhirnya pemerintah mengevaluasi mekanisme itu dengan menggunakan box-box yang diberi baling-baling.
11:01Sehingga ketika diturunkan, itu tidak langsung jatuh.
11:04Diganti dengan parasut.
11:06Lalu barang-barang itu jatuh dengan baik dan bisa diterima oleh masyarakat.
11:09Ini kan bagian dari pemerintah terus memperbaiki diri, memperbaiki sistem.
11:13Nah, di tengah diskursus soal bantuan asing ini perlu atau tidak,
11:17saat korban bencana Sumatera juga masih membutuhkan bantuan segera,
11:21Menteri Sosial mengingatkan kepatuhan terhadap aturan izin penggalangan dana.
11:26Apakah akan menghambat aliran bantuan?
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan