Selamat datang di Channel Cerita Cinta.
Channelnya cerita cinta romantis.
Jangan lupa like komen dan subscribe. Terima kasih
#CeritaCinta #CeritaCintaRomantis #suamikudilamarjandakaya #DearMantanIstriku #CeritaJanda #ceritabersambung #novelromantis #fizzonovel #hinovel #goodnovel #wattpad #bakisah #karyakarsa #innovel #novelterbaru #novelaudio #suamikupresdirbadboy #suamikupresdir #rumahtangga #cerbungterpopuler #cerbungromantis
Channelnya cerita cinta romantis.
Jangan lupa like komen dan subscribe. Terima kasih
#CeritaCinta #CeritaCintaRomantis #suamikudilamarjandakaya #DearMantanIstriku #CeritaJanda #ceritabersambung #novelromantis #fizzonovel #hinovel #goodnovel #wattpad #bakisah #karyakarsa #innovel #novelterbaru #novelaudio #suamikupresdirbadboy #suamikupresdir #rumahtangga #cerbungterpopuler #cerbungromantis
Kategori
😹
KesenanganTranskrip
00:00Ini kisahku, sebuah pengakuan yang selama ini kusimpan rapat-rapat, dan penuh penyesalan, tapi juga mengharukan.
00:14Berawal dari rasa benci yang perlahan berubah menjadi gejolak batin yang tak masuk akal.
00:20Dan itu terjadi antara aku dan ibu mertuaku sendiri.
00:23Semua berawal saat aku masih numpang tinggal di rumah mertua.
00:26Namaku Ivan, dan saat itu usiaku 24 tahun.
00:31Aku sudah menikah dengan Indri yang usianya 2 tahun lebih muda dariku.
00:36Kami berdua dikaruniai seorang putra yang berusia 2 tahun.
00:41Buah hati yang aku dambakan sejak menikah dulu.
00:45Tapi, kehadiran anggota baru di keluarga kami justru tak sepenuhnya membuat ibu mertuaku yang biasa kupanggil Bu Eni itu bahagia.
00:54Dari awal beliau memang tak begitu setuju jika putrinya Indri menikah denganku.
01:00Alasannya karena pekerjaanku hanya sebagai buruh pabrik, dan dianggap tak akan bisa mencukupi kebutuhan, apalagi ditambah dengan biaya hidup anak kami.
01:10Aku tahu kekhawatiran itu memang benar adanya.
01:14Tapi dari cara Bu Eni menunjukkan ketidaksukaannya itu, sungguh membuatku sedih.
01:19Hampir setiap hari di rumah terasa dingin.
01:22Hari-hariku dipenuhi dengan sindiran halus dan tatapan sinis yang justru membuat hati ini semakin sesak.
01:30Kamu itu laki-laki, harus punya mimpi yang lebih besar.
01:34Indri harusnya bisa hidup lebih layak.
01:35Begitulah bisikan-bisikan yang sering ku dengar selama berada di rumah mertuaku itu.
01:42Berbeda sikap dengan bapak mertuaku Pak Mursid.
01:45Beliau justru baik sekali padaku.
01:47Bahkan pernah suatu sore, saat aku sedang duduk di teras depan,
01:52beliau datang dan berkata,
01:54Van, Bapak lihat, kamu sama ibumu gak akur ya?
01:58Kalau kamu mau, Bapak mungkin bisa bantu kalian ngontrak rumah,
02:03biar kalian bisa hidup lebih tenang.
02:06Jujur aku kaget mendengar tawarannya itu.
02:08Maaf Pak, bukannya Ivan gak mau,
02:12tapi Ivan gak ingin ngerepotin Bapak.
02:14Ivan cuma ingin buktiin,
02:17kalau Ivan bisa mandiri Pak.
02:19Mendengar jawabanku, Pak Mursid pun menganggup.
02:22Meski ku tahu dari sorot matanya masih menyimpan kecemasan,
02:26aku memang tak ingin merepotkan siapapun.
02:28Semata-mata hanya ingin,
02:30ibu mertuaku melihat aku sebagai seorang yang bertanggung jawab pada putrinya itu.
02:35Sampai suatu ketika,
02:37ada satu peristiwa
02:38yang akhirnya merubah segalanya.
02:41Waktu itu,
02:42kami sekeluarga diundang kehajatan di desa.
02:45Tepatnya di rumah buddha dari ibu mertuaku.
02:48Rencananya kami berangkat bersama.
02:50Tapi lantaran kue yang dipesan istriku belum selesai.
02:54Maka istriku dan ayah mertuaku berangkat lebih dulu,
02:57lantaran sudah ditunggu di tempat hajatan itu.
03:00Sementara aku dan ibu mertuaku
03:02diminta untuk menyusul keesokan harinya.
03:05Sekaligus mengambil kue pesanan itu lebih dulu.
03:08Semula aku menolak mentah-mentah
03:10usulan istriku itu.
03:12Membayangkan empat jam perjalanan berdua dengan ibu mertua,
03:16seperti mimpi buruk untukku.
03:17Tapi karena istriku membujukku.
03:20Akhirnya mau tak maupun,
03:22aku menyetujui hal itu.
03:24Ya siapa tahu aja bisa bikin kamu sama ibu lebih akur, mas.
03:28Begitu,
03:29kata istriku.
03:31Singkat kata esok harinya,
03:33setelah mengambil pesanan kue,
03:36aku dan ibu mertuaku pun berangkat
03:37menggunakan mobil
03:39menuju tempat hajatan itu.
03:41Dan rupanya memang benar dugaanku.
03:43Di tengah jalan,
03:45Bu Eni mulai ngomel mengungkit pekerjaanku,
03:48sampai ke hal-hal lain yang cukup mengundang amarahku.
03:51Darahku terasa mendidih,
03:53seiring laju kendaraan yang semakin ku percepat.
03:56Lantaran,
03:57ingin cepat sampai di tempat hajatan itu.
04:00Saat itu,
04:01aku sengaja memilih jalan pintas.
04:04Tak peduli dengan kondisi jalan yang katanya sedikit rusak.
04:07Bagiku yang penting perjalanan itu cepat sampai.
04:10Lantaran sudah tak betah dengan omelan ibu mertuaku.
04:14Sampai seperempat perjalanan,
04:16mungkin karena lelah,
04:17suara omelan itu berubah menjadi hening.
04:20Dan ketika ku toleh,
04:22rupanya ibu mertuaku ketiduran saat itu.
04:25Akhirnya kembali ku pelankan laju mobil,
04:28sambil sesekali melirik ibu mertuaku.
04:31Untuk pertama kalinya ku lihat,
04:32beliau nampak begitu damai.
04:34Jelas berbeda ketika ia ketus
04:37dan ngomel padaku.
04:38Sekilas wajahnya memang mirip dengan istriku.
04:41Hanya saja aku yakin,
04:43beliau pasti lebih cantik,
04:45jika sama-sama seumuran dengan istriku.
04:48Tapi ada satu yang membuatku sedikit terpaku.
04:51Kebetulan beliau menggunakan rok selutut.
04:54Sehingga tak ayal likaliku jenjang kaki itu
04:56sedikit mengganggu gejolak itu.
04:59Entah dari mana datangnya ide iseng itu.
05:01Dengan ragu jemawiku hijrah pada roks tersebut,
05:04lalu sedikit mengalihkannya.
05:06Sontak aku terpaku,
05:08bahkan sesekali menayan Yudah
05:10mendapati penampakan yang belum pernah kutemui itu.
05:13Di usianya yang menginjak 50 tahunan.
05:16Jenjang di sekitar segitiga bermuda itu
05:19masih terjaga,
05:20bahkan nyaris lebih indah dari istriku.
05:23Terdapat pula tanaman hias di sekitar pintu gerbang
05:26yang justru membuat jakunku naik turun.
05:29Sayangnya hal itu tak lama.
05:32Lantaran mendadak mobil mulai melewati jalan terjal,
05:36ditambah hujan mulai turun.
05:38Buru-buru kubetulkan lagi roks itu seperti semula
05:41dan kembali fokus pada kemudi mobilku.
05:44Kondisi hujan yang semakin deras
05:46membuat kabut tebal mulai menutupi pandanganku.
05:49Terpaksa mobil melaju pelan,
05:51sampai akhirnya mendadak kami dihadang oleh beberapa warga
05:55yang berjaga di sekitar jalanan.
05:58Maaf, mas.
05:59Ada longsor yang menutup jalan.
06:01Mending cari tempat berteduh dulu,
06:04kata salah satu warga di tepi jalan.
06:06Apa nggak ada jalan pintas, pak?
06:08Nggak ada, mas.
06:09Daripada nanti terjadi apa-apa,
06:12mending berteduh dulu di sana,
06:14katanya sambil menunjuk arah penginapan terdekat.
06:16Ibu mertua yang sempat mendengar warga bicara tadi pun
06:20ikut terjaga.
06:21Tapi bukannya ikut panik.
06:23Beliau justru memulai lagi omelannya.
06:26Coba, kalau kita berangkatnya sama-sama,
06:29pasti nggak kayak gini, kan?
06:31Aku yang sudah jengah mendengarnya pun hanya diam.
06:34Tanpa pikir lagi,
06:36aku pun balik arah mengikuti arahan warga tadi.
06:38Loh, mau kemana ini, Van?
06:41Cari tempat nadu dulu, buk.
06:43Besok baru kita lanjutin perjalanan.
06:45Mendengar hal itu,
06:47ibu mertua mulai kebingungan.
06:49Dan begitu sampai di depan penginapan,
06:51Loh, Van, yang bener aja kamu.
06:54Ngapain berteduh di sini?
06:56Nggak ada tempat lain, buk.
06:58Lagian, mau kembali ke rumah kan jauh?
07:01Sejenak beliau berfikir.
07:04Sampai tak lama kemudian,
07:06yaudahlah,
07:07terserah kamu aja.
07:08Begitulah kata mertuaku.
07:10Sebelum akhirnya aku memesan dua ruangan terpisah.
07:13Tapi sayangnya,
07:15hanya ada satu kamar yang tersisa.
07:17Dan terpaksa ku terima daripada harus kebingungan,
07:20mencari tempat teduh lainnya.
07:22Ih, kamu gila.
07:24Atau nggak ada uang sih, Van?
07:26Kata bu Eni,
07:27pas kami udah di dalam kamar.
07:29Ya gimana lagi, bu?
07:31Cuma tempat ini aja yang tersisa.
07:33Semuanya sudah habis dipesan.
07:35Ah, alasan saja kamu.
07:38Alhasil, aku dan mertuaku pun,
07:40mau tak mau menempati satu ruangan itu.
07:42Memang ruangan itu cukup luas.
07:45Hanya saja di sana hanya ada satu defense.
07:48Dan itu pun dengan ukuran minimal.
07:50Sesampainya di dalam,
07:51bu Eni langsung bergegas ke kamar mandi.
07:54Sementara aku memilih bersantai di defense,
07:57mencoba menenangkan diri.
07:59Tapi tak sampai semenit kemudian,
08:01mendadak ku terima satu pesan WA dari istriku.
08:04Dan hal itu,
08:05membuatku sedikit panik.
08:07Mas, di mana?
08:08Kok?
08:09Belum sampai.
08:11Sejenak,
08:11aku menoleh ke kamar mandi,
08:14memastikan bu Eni masih di dalam,
08:16sebelum akhirnya membalas pesan itu.
08:18Masih di rumah dek,
08:20hujan deres di sini,
08:22mungkin besok berangkat ke sana.
08:24Saat itu aku memang sengaja beralasan,
08:26dan tak mengatakan yang sebenarnya.
08:28Lantaran khawatir istriku akan berpikir macam-macam,
08:32apalagi harus berdua dengan mertua di penginapan.
08:34Setelah membalas pesan tersebut,
08:37bersamaan dengan itu,
08:39bu Eni keluar dengan menggunakan
08:41hanwok.
08:42Wajahnya masih nampak ketus.
08:45Tapi aku malah terpaku,
08:47bahkan bisa dibilang melongo memperhatikannya.
08:49Ada gelenyar aneh yang tiba-tiba timbul,
08:52terutama pada hanwok,
08:53yang nampak tak cukup menampung anugerah itu.
08:56Heko malah bengong.
08:57Mandi sana,
08:58kata ibu mertua,
09:00membuyarkan lamunanku.
09:02Eh, iya bu,
09:03ini mau jalan.
09:05Kataku salah tingkah,
09:07lalu buru-buru masuk meninggalkan ibu mertua,
09:09yang rupanya sedikit tersenyum melihat tingkahku.
09:12Tapi baru saja masuk,
09:14lagi-lagi,
09:15aku dikejutkan oleh sesuatu yang tergantung di balik pintu.
09:18Yah,
09:19segitiga bermudahin dia,
09:21yang kuyakini milik ibu mertuaku.
09:24Mungkin karena terburu-buru atau apa,
09:26beliau lupa untuk membawanya.
09:28Entah pikiran dari mana,
09:30aku justru mengambilnya.
09:32Serta merta semerbak wangi gerbang kehidupan itu,
09:35membuat pikiranku kemana-mana.
09:37Aroma yang jelas berbeda,
09:39dari yang pernah kutemui sebelumnya.
09:42Makin semeraut pikiranku dibuatnya.
09:44Bahkan gejolak yang tak semestinya hadir,
09:47justru makin menjadi-jadi saja.
09:49Akhirnya,
09:50buru-buru kuselesaikan urusan mandi itu,
09:53berharap pikiran baikku meredah.
09:54Tapi bukannya meredah.
09:57Pikiranku makin semeraut,
09:58ketika selesai mandi dan membuka pintu.
10:01Nampak ibu mertuaku rebuahan di divans,
10:03membelakangiku.
10:05Dua benua baik di balik tres itu,
10:08lagi-lagi seolah menyapaku.
10:10Kalau ngantuk,
10:11istirahat aja, bu.
10:12Kataku menawarkan,
10:14lantaran kulihat beliau juga,
10:16beberapa kali menguap.
10:18Ibu mertua menoleh.
10:19Lah,
10:20terus kamu di mana?
10:21Masa harus berdua?
10:24Sahutnya dengan wajah ketus.
10:26Yah,
10:27gimana lagi, bu?
10:28Yang bener aja kamu.
10:30Masa mertua sama menantu?
10:32Katanya lalu kembali berbalik.
10:35Aku yang lama-lama jengkel
10:36dengan perkataannya itu pun menjawab.
10:39Ibu gak perlu khawatir.
10:41Lagian gak mungkinlah Ivan sampai umut.
10:43Beliau tak menjawab,
10:45dan semenit kemudian,
10:46dengkuran pun terdengar.
10:48Sore pun beranjak malam.
10:50Selama itu pula,
10:51aku memilih duduk di kursi,
10:53menenangkan pikiran.
10:55Meski di depanku terdapat panorama
10:56yang sedari tadi menyapa batinku.
10:59Aku berusaha mengalihkan gejolak itu
11:01dengan mengotak atik ponsel.
11:03Tapi yang ada,
11:04netraku terus-menerus tertuju
11:06ke arah mertuaku.
11:08Ingatan tentang bayangan di mobil,
11:10dan segitiga bermuda tadi,
11:12lagi-lagi mengusik batinku.
11:14Aku tahu itu keliru.
11:15Tapi entah kenapa,
11:18seperti ada bisikan yang kuat,
11:19yang seolah memintaku membalas
11:21semua sindiran,
11:22dan sikap ketusnya itu.
11:24Pikiranku kalut dan perang batin terjadi,
11:27tapi rupanya,
11:28aku kalah.
11:30Aku kalah mengendalikannya,
11:32dan justru beranjak memadamkan lampu.
11:34Sejenak aku rebahan di sampingnya,
11:36dan dengan ragu kupeyuk beliau saat itu.
11:39Sontak saja Bu Eni kaget,
11:41bukan kepalang.
11:42Loh, apa-apaan?
11:44Ini Fen,
11:45katanya dengan suara tercekat,
11:47sambil menghalau niat mulia itu.
11:49Sementara aku yang memang sudah dilanda kebaikan,
11:52justru tak menggubrisnya.
11:54Aku berusaha membawa ibu mertua
11:56hanyut akan nitwana.
11:57Dan rupanya,
11:58suasana mulai berubah,
12:00ketika Jemawi itu telah hijrah
12:02pada gerbang kehidupan dunia.
12:04Seruan yang semula terdengar marah pun,
12:07berubah menjadi seruan ramah,
12:08dan menerima.
12:10Begitu pula dengan sambutan yang kuhaturkan justru dibalas,
12:13seolah memberi isyarat padaku
12:15jika beliau juga menantikan kebaikan itu.
12:17Harusnya,
12:19kamu,
12:20kamu ngomong dulu ah,
12:22katanya,
12:23sebelum merubah haluan negara.
12:25Di tengah kegelapan dan suara hujan,
12:27kami saling memberi perhatian
12:29pada setiap sajian kebaikan yang ada.
12:32Dan selanjutnya,
12:33ya,
12:34aku nggak pernah menyangka,
12:35malam itu menjadi malam paling berkesan.
12:38Aku merasa dinding yang selama ini beliau bangun.
12:41Akhirnya runtuh seiring laju perahu motor,
12:44melewati gerbang kehidupan.
12:46Tak terhitung berapa kali banjir bandang melanda.
12:49Karena yang ada di pikiran kami,
12:51hanya keceriaan,
12:53dan canda tawa di setiap suasana.
12:55Kamu kok nekat, Tovan?
12:57Tanyanya sambil mengatur kembali laju angin itu.
13:00Ya, maaf, Bu.
13:02Abisnya Ivan nggak?
13:02Tidak, kataku setengah menyangkal
13:05dan setengah mohon maaf padanya.
13:07Tapi bukan kemarahan yang kudapat,
13:09justru sebuah senyuman tulus
13:11yang memang jarang kulihat.
13:13Yaudah,
13:14yang penting jangan ada yang tahu ya, Van,
13:16katanya dengan mata berkaca-kaca.
13:19Ya, nggak lah, Bu.
13:20Kan Ivan juga yang malu.
13:22Dan rupanya,
13:24kebaikan itu tak hanya sampai di situ saja.
13:26Setelah spirit dalam diri meredah,
13:29kebaikan itu berlanjut
13:30hingga menjelang subuh tiba.
13:31Singkatnya pagi hari,
13:34kami melanjutkan perjalanan
13:35menuju tempat hajatan.
13:37Suasana canggung
13:38masih terasa di awal perjalanan.
13:41Tapi hal itu tak berlangsung lama,
13:43lantaran Bu Eni
13:44memulai obrolannya.
13:46Van,
13:47tadi malam Ibu kaget lho,
13:49katanya sambil ketawa kecil.
13:51Nampak ia lebih ceria dari biasanya.
13:54Bahkan,
13:55omelan yang biasa kudengar
13:56selama perjalanan tak lagi ada.
13:58Ivan juga nggak nyang
14:00kabu bakal kayak gitu.
14:01Mendengar itu
14:02untuk sejenak beliau menatapku.
14:05Iya,
14:06Ibu juga, Van.
14:07Makasih ya,
14:09katanya sambil tersenyum.
14:11Senyuman berbeda
14:12yang tak pernah kulihat
14:13selama aku menjadi menantunya.
14:15Ada keakraban baru
14:16yang muncul di antara kami.
14:18Dan hal itu
14:19justru membuatku
14:20merasa dihargai.
14:22Barulah ketika kami
14:23sampai di rumah Budhe,
14:25baik aku dan Ibu mertuaku
14:26kembali bersikap seperti biasa,
14:29seolah tak pernah terjadi apa-apa.
14:32Dan,
14:32begitulah selanjutnya.
14:34Sejak kejadian itu,
14:36Ibu mertua berubah total padaku.
14:38Bahkan Indri dan Bapak mertuaku pun
14:40sempat terheran
14:41dengan perubahannya itu.
14:43Selama itu pula
14:44baik aku dan Bu Emi
14:45berhasil menjaga rahasia.
14:47Tapi sayangnya,
14:49di tengah keakraban itu,
14:51musibah tiba-tiba datang.
14:52Dua minggu setelah hajatan,
14:55Pak Mursid mendadak
14:56terserang strok.
14:57Kabar itu bagai petir
14:58di siang bolong.
15:01Kami semua sibuk
15:02merawat beliau.
15:03Bergantian menjaga
15:04di rumah sakit.
15:05Aku dan Indri
15:06sering bertukar shift.
15:08Dan disitulah aku sering
15:09meluangkan waktu
15:10bersama ibu mertuaku.
15:11Di lorong rumah sakit
15:12yang sepi pas malam hari.
15:14Atau saat kami
15:15sama-sama capek,
15:17menunggu di ruang tunggu.
15:18Awalnya kami hanya
15:19membahas seputar
15:20kesehatan Pak Mursid saja.
15:22Tapi makin lama
15:23justru mengarah pada
15:24hal-hal lain
15:25yang selama ini
15:26gak pernah kami bicarakan.
15:28Dari sana pula
15:29ku tahu jika beliau
15:30jarang mendapatkan
15:31nafkah dari suaminya.
15:33Dan sejak peristiwa
15:34denganku,
15:36hari-harinya
15:36seolah menjadi
15:37lebih berwarna.
15:39Setelah Pak Mursid
15:40pulih dan kembali
15:41ke rumah,
15:42kebiasaan itu pun
15:43tak berhenti
15:44di situ saja.
15:45Kebersamaan kami
15:46lanjut di momen
15:47curi-curi pandang
15:48atau candaan pelan
15:49di teras
15:50dan berlanjut
15:51lebih dalam
15:52saat indri
15:52istriku kerja
15:53dan bapak mertua
15:54istirahat di kamarnya.
15:56Setahun berlalu
15:57dan rahasia itu pun
15:59masih terjaga.
16:01Keakraban yang semula
16:02hanya kucing-kucingan
16:03makin berubah
16:04menjadi ketergantungan.
16:06Bahkan aku mulai
16:07merasa seperti
16:07menjalani dua kehidupan.
16:09Dan hal itu perlahan
16:10menghadirkan rasa bersalah
16:12yang tiba-tiba datang.
16:14Kadang aku berpikir
16:15untuk menyudahi
16:17kebaikan itu.
16:17Tapi aku sadar
16:19hal itu tak semudah
16:20yang kubayangkan.
16:22Sampai suatu sore
16:23hal yang tak kuduga pun
16:24akhirnya membuatku sadar
16:26dari kesalahan baik itu.
16:28Sore itu
16:29entah kenapa
16:30tanpa alasan yang pasti
16:31mendadak indri
16:32istriku memintaku
16:33untuk mengontrak rumah.
16:35Aku yang kala itu
16:36masih bingung pun
16:37hanya menurutinya.
16:39Lantaran tak ingin pula
16:40ia sampai curiga.
16:42Berbeda dengan
16:42ibu mertuaku
16:43yang justru mendukung indri
16:45bahkan seperti
16:46tak merasa berat
16:47dengan kepergian kami.
16:49Tapi
16:49beberapa hari
16:50setelah kami pindah
16:51barulah istriku
16:53menceritakan
16:54alasan yang sebenarnya.
16:55Aku sudah tahu
16:56semuanya mas
16:57antara kamu
16:58sama ibu
16:58dan itulah
16:59alasannya kita pindah.
17:01Ibu yang nyuruh
17:02kita pindah mas
17:03dia ingin aku
17:04sama kamu bahagia.
17:05Sontak aku kaget
17:06sekaligus heran
17:07mendengarnya.
17:09Dia bilang apalagi
17:10indri
17:10tanyaku dengan
17:11suara serak.
17:12Indri menoleh
17:13ke arahku
17:13dan sambil menangis
17:15ia berkata
17:16dia memang
17:17gak pernah
17:18membenarkan
17:18apa yang sudah
17:19terjadi
17:20tapi dia ingin
17:21aku sama kamu
17:21hidup tenang
17:22tanpa dihantui
17:24rahasia.
17:25Dia juga gak pernah
17:26nyangka
17:27bakal bisa
17:28sejauh itu
17:29dan semua
17:30gara-gara
17:30sikapnya
17:31yang dari awal
17:32gak baik
17:33sama kamu.
17:34Makanya
17:35dia ambil
17:35tanggung jawab
17:36penuh
17:36untuk mengakhirinya.
17:38Saat itu
17:39barulah aku tahu
17:41kalau Bu Eni lah
17:42yang ingin
17:43mengakhiri
17:43kebersamaan kami.
17:45Sebuah
17:45penebusan
17:46yang terlalu
17:46berat
17:47tapi juga
17:48ada kelegaan
17:48dalam diriku.
17:50Aku tak bisa
17:51berkata-kata
17:52hanya air mata
17:53yang mengalir
17:54lantaran indri
17:55justru memaafkan
17:56kesalahanku
17:57dan ibunya.
17:58Hanya saja
17:59berkat
18:00pengakuan itu
18:00pula
18:01akhirnya
18:02baik aku
18:02dan Bu Eni
18:03tak lagi
18:04menyimpan
18:04rahasia
18:05dan sejak itulah
18:06kami memulai
18:07hidup baru
18:08tanpa bayang-bayang
18:08masa lalu.
18:09selamat menikmati
Dianjurkan
13:57
|
Selanjutnya
9:53
8:50
16:35
14:47
1:54:33
11:15
9:29
11:12
8:55
10:21
8:41
8:46
16:02
13:18
14:47
8:11
10:23
12:06
8:11
Jadilah yang pertama berkomentar