Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
Selamat datang di Channel Cerita Cinta.
Channelnya cerita cinta romantis.
Jangan lupa like komen dan subscribe. Terima kasih

#CeritaCinta #CeritaCintaRomantis #suamikudilamarjandakaya #DearMantanIstriku #CeritaJanda #ceritabersambung #novelromantis #fizzonovel #hinovel #goodnovel #wattpad #bakisah #karyakarsa #innovel #novelterbaru #novelaudio #suamikupresdirbadboy #suamikupresdir #rumahtangga #cerbungterpopuler #cerbungromantis
Transkrip
00:00Selamat datang di channel Cerita Cinta.
00:08Channelnya Cerita Cinta Romantis.
00:11Sebelum lanjut, mohon dukungannya dengan like dan subscribe dulu.
00:16Deru mesin jahit dan gunting kain yang beradu,
00:18memenuhi udara pabrik garmen PT Barela Busana di Kota Es,
00:22tempat Neha mengais rezeki.
00:25Tangannya cekatan memilah benang-benang sisa,
00:27membersihkannya dari potongan kain yang tak terpakai.
00:31Pekerjaan sebagai buru pembersih benang ini,
00:34sudah dilakoninya selama dua tahun.
00:37Sejak cerai dari suaminya yang terkena kasus barang terlarang,
00:40hingga suaminya harus mendekam atas perbuatannya.
00:44Hingga ia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya.
00:48Putra sematawayangnya kini berusia tujuh tahun.
00:51Neha, atau Neng Neha sebagaimana ia akrab di Sapa,
00:54adalah perempuan berusia akhir 27 tahunan,
00:58dengan paras yang sebenarnya menawan.
01:01Kulitnya sawo matang bersih,
01:03matanya teduh dengan tatapan yang bisa meluluhkan.
01:06Dan senyumnya, meski jarang tersumbing tulus,
01:10mampu memikat siapa saja.
01:12Namun, kerasnya hidup telah memahat gurat-gurat kelelahan di wajahnya,
01:16juga semacam kekerasan hati yang tersembunyi di balik ramahan yang dibuat-buat.
01:20Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar terjaga,
01:25Neha sudah bergegas menyiapkan sarapan seadanya untuk utom.
01:29Setelahnya ia harus mengantarnya ke sekolah dasar negeri di ujung gang,
01:33lalu berpacu dengan waktu menuju pabrik.
01:36Upahnya pas-pasan, cukup untuk makan dan biaya sekolah utom,
01:40tapi tak pernah lebih.
01:42Impian untuk memiliki rumah sendiri,
01:44atau setidaknya menyekolahkan utom ke jenjang yang lebih tinggi,
01:47terasa seperti fata morgana.
01:51Neng Neha, cepat sedikit.
01:54Pesanan lagi banyak ini.
01:56Suara bulastri, mandor bagian pembersihan,
01:59membuyarkan lamunannya.
02:02Neha menganggu patuh,
02:03mempercepat gerakan tangannya.
02:06Namun dalam hati,
02:07bara itu menyala.
02:09Ia muak menjadi pesuru.
02:12Ia lelah terus-menerus dibentak dan diperintah.
02:15Ia melihat para mandor,
02:17seperti bulastri,
02:18yang hidupnya tampak lebih nyaman,
02:20gajinya lebih besar,
02:22dan punya kuasa,
02:23meski hanya sebatas di lingku pabrik.
02:26Jabatan mandor menjadi obsesinya.
02:29Peluang itu seolah terbuka,
02:31ketika Pak Budi,
02:32manajer operasional pabrik,
02:34mulai sering menginspeksi area kerja Neha.
02:37Pak Budi adalah pria parubaya,
02:40berperut buncit,
02:41dengan tatapan mata yang sering kali nakal
02:43saat menatap para buru perempuan muda.
02:45Neha,
02:47dengan kecerdasan alaminya,
02:49menangkap sinyal itu.
02:51Ia tahu,
02:52Pak Budi adalah kunci menuju ambisinya.
02:55Maka,
02:56dimulailah strategi Neha.
02:59Ia tak lagi tampil seadanya.
03:01Bedak tipis selalu menghiasi wajahnya,
03:04lipstick merah samar memberi kesan segar.
03:07Parfum murah yang disemprotkannya di pergelangan tangan,
03:10seringkali tercium oleh Pak Budi saat pria itu mendekat.
03:13Neha juga menjadi lebih rajin,
03:16lebih sigap,
03:17dan tak segan melontarkan pujian-pujian kecil kepada Pak Budi.
03:21Pagi,
03:22Pak Budi.
03:24Bapak kelihatan segar sekali hari ini,
03:26sapanya suatu pagi.
03:28Dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
03:31Pak Budi,
03:32yang biasanya bermuka masam,
03:34tersenyum lebar.
03:35Ah,
03:37Neng Neha bisa saja.
03:40Kamu juga makin rajin ya,
03:41saya perhatikan.
03:43Interaksi kecil itu menjadi pembuka.
03:46Neha mulai sering kebetulan berpapasan dengan Pak Budi di kantin,
03:50atau tak sengaja dengan menjatuhkan barang-barang kecil di dekat mejanya.
03:53Ia memberinya alasan untuk berlama-lama merapihkannya sambil berbasah-basi.
03:59Ia memainkan perannya dengan apik,
04:01perempuan pekerja keras yang lugu namun penuh ambisi hasrat dan jabatan itu mengagumi atasannya.
04:07Rekan-rekan kerjanya mulai berbisik-bisik.
04:11Ada yang mencibir,
04:12ada yang iri,
04:13namun Neha tak peduli.
04:15Matanya hanya tertuju pada kursi mandor.
04:19Pak Budi pun semakin sering memanggil Neha ke ruangannya,
04:22awalnya dengan alasan pekerjaan.
04:25Namun perlahan obrolan mereka melebar ke hal-hal pribadi.
04:29Neha mendengarkan dengan sabar keluh kesah Pak Budi,
04:32tentang istrinya yang cerewet atau anak-anaknya yang bandel.
04:36Ia menjadi pendengar yang baik,
04:37pemberi perhatian yang selama ini mungkin tak didapatkan Pak Budi di rumah.
04:42Kamu itu beda ya, Neha.
04:45Pinter, ngertiin orang,
04:47ujar Pak Budi suatu sore,
04:49matanya menatap Neha dengan intens.
04:52Neha hanya tersipu,
04:54namun dalam hati ia bersorak.
04:56Umpannya hampir mengena.
04:59Beberapa minggu kemudian,
05:00kabar itu datang.
05:02Bu Lastri dipindah tugaskan ke cabang lain.
05:06Dan siapa lagi yang dianggap paling pantas menggantikannya jika bukan Neha,
05:10anak emas Pak Budi?
05:12Jadilah Neha mandor baru di bagian produksi.
05:15Gaji lebih tinggi,
05:17pekerjaan lebih ringan,
05:18dan yang terpenting,
05:20ia punya kuasa.
05:22Senyum kemenangan menghiasi bibirnya,
05:24meski ada rasa getir yang samar di hatinya.
05:27Jabatan baru memaksanya untuk menghabiskan waktu lebih lama di pabrik.
05:32Ini bukan masalah pekerjaan yang harus diselesaikan,
05:35tapi lebih kepada balas Budi terhadap atasan yang telah memberinya jabatan.
05:39Ia sering menemani Pak Budi saat di mana harus menyelesaikan pekerjaannya.
05:44Pak Budi sering meminta untuk lembur,
05:47dengan alasan membahas target untuk besok.
05:50Padahal pekerjaan Neha sudah selesai saat sore hari,
05:53Neha tak kuasa menolak untuk hal itu,
05:55ia tahu itu hanya sebagai alasan saja.
05:58Hal yang sebenarnya terjadi,
06:00adalah Pak Budi ingin lebih lama dengan Neng Neha di ruangannya,
06:03di saat karyawan yang lain sudah pulang dan malam sudah beranjak,
06:06Neng Neha tak keberatan karena ia tahu diri,
06:09karena Pak Budi telah berjasa atas karirnya saat ini.
06:12Di sisi lain,
06:14Neng Neha juga menikmati sentuhan-sentuhan nakal penuh nikmat dari Pak Budi.
06:18Karena sejatinya,
06:20Neng Neha itu wanita kesepian.
06:23Di lain hal,
06:24kepuasan dalam hal hasarat adalah hobi semenja SMP dulu.
06:28Jadi,
06:29mendapatkan kenikmatan adalah suatu kepuasan tersendiri
06:31dari siapapun lelakinya itu.
06:33Desahan dan rengan kadang mendayu di ruangan Pak Budi,
06:36entah apa yang terjadi saat ruangan itu dikunci dari dalam
06:39dan tirai sengaja ditutup.
06:41Ia tahu,
06:42jabatan ini tak sepenuhnya ia dapatkan karena kerja kerasnya.
06:47Namun,
06:48menjadi mandor tak serta-merta memuaskan dahaga Neha.
06:51Kehidupan monoton di pabrik,
06:53rutinitas yang membosankan.
06:56Terlebih,
06:57kesepian yang sering menghantuinya di malam hari saat utom sudah terlelap,
07:00membuatnya mencari sesuatu yang lain.
07:04Sesuatu yang bisa memberinya sensasi,
07:06perhatian,
07:07dan mungkin,
07:08pengakuan atas daya tariknya sebagai perempuan.
07:12Pak Budi selaku atasannya,
07:14tidak bisa diandalkan dalam hal kepuasan.
07:17Selama ini,
07:18ia hanya melayaninya karena ia telah baik dan terlebih telah memberinya jabatan.
07:23Padahal ia kurang begitu memberikan sensi luar biasa bagi Neng Neha,
07:26yang hasratnya selalu di atas kepintarannya.
07:29Neng Neha selalu tak puas dengan satu lelaki,
07:31apalagi dia kurang memberikan rasa kenyamanan dalam hal urusan kenikmatan.
07:35Dia mulai berpikir akan hal itu,
07:37ia akan menjadi seorang Neha yang dulu lagi,
07:40yang mempunyai banyak hubungan dengan pria manapun demi sebuah kepuasan,
07:44meskipun tak ada nilai nominal baginya.
07:47Di luar pabrik,
07:48Neha mulai menjalin hubungan-hubungan singkat dan terlarang.
07:51Targetnya adalah suami-suami orang yang ditemuinya di berbagai media sosial,
07:56terkadang juga pelanggan di warung nongkrong langganannya,
07:59kenalan jauh,
08:00bahkan ayah dari teman sekolah utom.
08:03Ia lihai membaca gelagat pria-pria kesepian
08:05atau yang jenuh dengan pernikahan mereka.
08:09Dengan pesonanya yang tak terbantahkan,
08:11tak sulit baginya untuk menjerat mereka.
08:14Hubungan-hubungan itu memberinya kepuasan sesaat.
08:17Perhatian, pujian, hadiah-hadiah kecil,
08:21dan sentuhan fisik yang dirindukannya sejak kepergian suaminya.
08:26Ia merasa diinginkan,
08:27merasa berkuasa atas para pria itu.
08:30Namun, setiap kali pertemuan usai,
08:33ia kembali merasakan kehampaan.
08:36Rasa bersalah kadang menyergap,
08:38terutama saat melihat wajah polos utom.
08:41Tapi, Neha menepisnya.
08:43Ia menganggap ini sebagai kompensasi
08:46atas kerasnya hidup yang harus ia jalani.
08:49Salah satu kekasih gelapnya adalah Pak Danu,
08:52seorang kontraktor yang rumahnya tak jauh dari kontrakan Neha.
08:56Pak Danu,
08:57pria mapan dengan istri yang cantik namun dingin,
09:00terpikat oleh kehangatan dan keliaran Neha.
09:03Pertemuan mereka selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
09:06di hotel-hotel Melati atau di rumah kosong milik teman Pak Danu.
09:11Kamu itu seperti candu.
09:12Neha,
09:13bisik Pak Danu suatu malam.
09:16Neha hanya tersenyum misterius.
09:19Ia tahu,
09:20ia memegang kendali dalam hubungan ini.
09:23Namun,
09:24permainan api ini tak selamanya aman.
09:27Suatu sore,
09:28saat Neha sedang berjalan pulang dari pasar,
09:30ia berpapasan dengan istri Pak Danu.
09:33Wanita itu menatapnya dengan pandangan penuh selidik dan kebencian.
09:38Tak ada kata yang terucap,
09:39namun tetapan itu sudah cukup membuat jantung Neha berdegup kencang.
09:44Ia mulai merasa was-was.
09:47Di pabrik,
09:48posisinya sebagai mandor juga tak lepas dari gosip.
09:51Banyak yang tahu kedekatannya dengan Pak Budi,
09:54dan kini,
09:55dengan jabatan barunya,
09:57bisik-bisik itu semakin santar.
10:00Neha berusaha profesional,
10:02memimpin anak buahnya dengan tegas namun adil.
10:04Tapi ia tahu,
10:06di belakangnya,
10:08banyak mata yang mengawasinya dengan curiga dan cemol.
10:11Kehidupan gandanya mulai membebani Neha,
10:14ia sering terbangun di tengah malam dengan perasaan cemas.
10:18Bayangan Utom yang kecewa jika mengetahui kelakuan ibunya selalu menghantuinya.
10:23Ia mulai jarang tersenyum tulus,
10:25bahkan pada Utom.
10:26Putranya itu,
10:28dengan kepekaan anak-anak,
10:30mulai merasakan perubahan pada ibunya.
10:33Ibu kenapa sekarang jarang ketawa?
10:36Tanya Utom suatu malam,
10:38saat Neha membacakan dongeng untuknya.
10:41Pertanyaan polos itu menusuk hati Neha,
10:43ia memeluk Utom erat.
10:45Ibu capek aja,
10:47sayang.
10:48Banyak kerjaan.
10:51Suatu hari,
10:51Pak Budi memanggilnya ke ruangan.
10:54Wajahnya tampak tegang.
10:57Neha,
10:58ada kabar kurang enak.
11:00Istri saya,
11:01sepertinya dia mulai curiga tentang kita,
11:04ujar Pak Budi dengan suara pelan.
11:06Neha terdiam.
11:08Ini adalah konsekuensi yang sudah ia perkirakan,
11:11namun tetap saja mengejutkan.
11:14Lalu,
11:15bagaimana,
11:16Pak?
11:17Saya tidak tahu.
11:20Untuk sementara,
11:20kita jaga jarak dulu.
11:23Jangan terlalu sering ke ruangan saya kalau tidak penting.
11:27Neha mengangguk,
11:28hatinya campur aduk.
11:31Ada sedikit kelegaan karena tekanan dari Pak Budi berkurang,
11:34namun ada juga kekhawatiran akan posisinya.
11:37Apakah Pak Budi akan mengorbankannya demi menyelamatkan rumah tangganya?
11:41Di luar pabrik,
11:43hubungannya dengan Pak Danu juga mulai renggang.
11:47Istri Pak Danu semakin gencar meneror Neha,
11:49dengan panggilan telepon tanpa suara atau pesan-pesan singkat berisi ancaman samar.
11:53Neha mulai merasa lelah dan takut.
11:57Kepuasan sesaat yang dulu ia rasakan kini berganti menjadi kecemasan permanen.
12:03Ia menatap pantulan dirinya di cermin.
12:06Wanita yang sama yang dulu penuh harap dan impian,
12:09kini terlihat kuyuh dengan lingkaran hitam di bawah mata.
12:13Jabatan mandor yang ia raih dengan susah payah terasa hampa.
12:16Hubungan-hubungan terlarang yang ia jalin demi kepuasan semu,
12:20kini justru menjeratnya dalam lingkaran ketakutan dan rasa bersalah.
12:25Sore itu, saat pulang kerja,
12:27Neha melihat Utom sedang bermain dengan gembira di halaman sekolah.
12:31Tawar yang putranya terdengar begitu murni,
12:34begitu kontras dengan kekeruhan hatinya.
12:37Neha berhenti sejenak,
12:39memandangi Utom dari kejauhan.
12:42Untuk siapa sebenarnya semua ini ia lakukan?
12:44Jika pada akhirnya ia kehilangan kedamaian dan kebahagiaan sejati,
12:49yaitu senyum tulus putranya.
12:52Neha menghela nafas panjang.
12:55Ia sadar, ia telah salah jalan.
12:58Ambisi dan pencarian kepuasan sesaat,
13:00telah membawanya ke jurang yang gelap.
13:03Mungkin belum terlambat untuk berbalik arah.
13:06Mungkin masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya,
13:09demi Utom, dan demi dirinya sendiri.
13:12Perlahan, Neha mulai mengubah sikapnya.
13:16Ia menjaga jarak dengan Pak Budi,
13:19fokus pada pekerjaannya sebagai mandor dengan lebih profesional.
13:23Ia memutuskan semua hubungan gelapnya di luar pabrik,
13:26meski itu berarti harus kembali menghadapi kesepian.
13:30Awalnya sulit,
13:31gudaan untuk kembali kekebiasaan lama sering muncul.
13:35Namun, setiap kali melihat wajah Utom,
13:38tekadnya kembali menguat.
13:39Ia mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan Utom,
13:43mengantarnya les menggambar,
13:45atau sekadar bercerita sebelum tidur.
13:48Senyum tulus mulai sering menghiasi bibirnya,
13:50meski masih ada sisa-sisa kepahitan dari masa lalu.
13:54Ia tahu,
13:55jalan yang ia pilih sekarang mungkin tak semewah dan semudah yang dulu ia bayangkan,
13:59tapi setidaknya,
14:01jalan ini memberinya kedamaian.
14:03Hubungan terlarang itu,
14:05mungkin telah memberinya pelajaran pahit tentang ambisi dan kepuasan.
14:10Neng Neha,
14:11janda anak satu itu,
14:12kini mencoba menata kembali hidupnya,
14:15selembar demi selembar,
14:16seperti ia membersihkan benang-benang sisa di pabrik.
14:20Kali ini,
14:21ia berharap bisa menenuh masa depan yang lebih bersih dan lebih jujur untuk dirinya dan Utom.
14:26Perjuangan belum berakhir,
14:28namun setidaknya,
14:29ia sudah menemukan arah yang benar.
14:31Meskipun ia merindukan desahan dan rintihan dari banyak pria,
14:36yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan yang sudah menjadi wajib baginya itu dan tak kuasa untuk menahannya.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan

9:53
Selanjutnya
1:54:33