Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Sejauh ini, Kapolri sudah mengungkap sosok terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. Terduga merupakan salah satu siswa di SMA Negeri 72 Jakarta, berusia 17 tahun.

Meski santer motif terduga pelaku melakukan aksinya karena korban bullying, polisi bilang masih mendalami motif lainnya.

Berikut pembahasan KompasTV soal dugaan motif terduga pelaku ledakan SMA N 72 Jakarta bersama analis teroris sekaligus Guru Besar Universitas Bhayangkara, Profesor Hermawan Sulistyo, dan juga Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah.

Sahabat KompasTV, bagaimana pendapatmu soal berita ini? Tulis di kolom komentar ya!

Baca Juga Terbaru! Kondisi Korban Ledakan SMAN 72 di RSI Cempaka Putih hingga Dugaan Pelaku | KOMPAS PETANG di https://www.kompas.tv/regional/629073/terbaru-kondisi-korban-ledakan-sman-72-di-rsi-cempaka-putih-hingga-dugaan-pelaku-kompas-petang

#ledakan #sman72jakarta #kapolri #breakingnews

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/629077/usut-motif-terduga-pelaku-ledakan-sman-72-jakarta-analis-teroris-kpai-soroti-bullying-radikalisme
Transkrip
00:00Ini Kapolri sudah mengungkap sosok terduga pelaku, merupakan salah satu siswa di SMA Negeri 72 Jakarta berusia 17 tahun.
00:06Meski santer motif terduga pelaku melakukan aksinya karena korban buli, polisi bilang masih mendalami motif lainnya.
00:15Kita bahas bersama analis teroris sekaligus guru besar Universitas Bayangkara, Profesor Hermawan Sulisti atau Prof. Kiki dan juga Ketua KPI Ibu Margaret Aliatul Maimunah.
00:24Prof. Kiki dan Ibu Margaret, selamat petang.
00:28Selamat petang.
00:29Selamat petang, Mas.
00:30Baik, saya ingin ke Prof. Kiki dulu, Prof. bahwa Kapolri menyebut sudah meidentifikasi pelaku ini adalah siswa SMA Negeri 72 Jakarta.
00:38Motif sedang didalami, apakah betul pelaku merupakan korban buli ataupun terpapar-papam radikalisme?
00:45Bagaimana Anda memaknai hal ini?
00:49Pertama, ini bisa cepat ya polisi karena ada HP yang begitu ditangani polisi,
00:57olah TKP-nya, HP-nya dibuka, itu dari HP itu ketahuan bahwa dia dibully.
01:04Yang kedua, konteks TKP-nya sangat memungkinkan untuk bekerja cepat.
01:11Bekerja cepat, bekerja cepat, gitu.
01:13Yang ketiga, kategori seperti ini, kalau belum ada bukti bahwa dia di dalam satu jaringan yang lebih luas,
01:24itu bisa dibilang lone wolf.
01:28Kalau lone wolf, anjing yang sendirian, istilah terorismenya itu lone wolf,
01:38itu kasusnya lebih pada psikologi, lingkungan setempat, gitu.
01:45Dan senjata mainan yang dipakai juga tidak membuktikan ada jaringan yang lebih luas.
01:52Di satu senjata itu tertulis Agarta, misalnya,
01:56Agarta belum ada data tentang jaringan teroris,
02:02apalagi internasional meskipun namanya itu nama internasional.
02:07Jadi, lebih fokus kerja polisi.
02:10Oke, tapi kalau dilihat dari ledakannya, daya ledaknya, Prof. Giki,
02:16apakah ini termasuk low explosive atau high explosive?
02:21Kalau pengalaman saya, ya tidak, itu low explosive ya.
02:27Tetapi istilah low explosive ini bisa menyesatkan.
02:32Kenapa low explosive atau high explosive itu bukan dilihat dari daya rusaknya, gitu ya.
02:39Nah, jadi bukan semata-mata dari daya rusaknya.
02:43Antara batas low explosive dan high explosive ini bukan dari bahannya,
02:49tetapi dari batas kerusakan yang ditimbulkan.
02:53Nah, kalau low explosive ya, dia lebih gampang cari bahannya.
02:59Mercon keras pun, itu disebut low explosive.
03:02Oke, apakah ini kemudian akan ada mungkin keterlibatan pihak lain itu kita akan bahas nanti,
03:09tapi saya ingin ke Bu Margaret dulu.
03:11Ibu, apakah KPAI memiliki informasi, apakah betul ada motif bully atau mungkin terpapar radikalisme
03:18sehingga pelaku yang notabene-nya adalah siswa SMA N72 ini melakukan aksinya?
03:22Terima kasih, Mas.
03:27Kalau untuk kaitannya dengan apakah terduga pelaku ini adalah korban bully,
03:32dari hasil komunikasi saya dengan penyidikan di kepolisian,
03:38itu memang belum ada kepastian terkait dengan situasi dan kondisi tersebut.
03:43Meskipun memang ada dugaan ke sana,
03:49tapi dari penyidikan yang ada, belum ada yang kepastian ke sana.
03:55Jadi mungkin belum bisa juga disimpulkan seperti itu.
03:58Tetapi kalau dari sisi, ada pengaruh konten-konten negatif terhadap anak,
04:04terutama konten-konten yang berkaitan dengan kekerasan.
04:07Kan kemarin dari bukti adanya senjata, meskipun senjata mainan,
04:13tetapi kan ada beberapa simbol-simbol yang mengarah pada kasus-kasus
04:19atau peristiwa-peristiwa yang bermuatan kekerasan.
04:23Misalnya dia juga menuliskan ada peristiwa tahun 2019
04:26yang pengeboman juga di masjid di luar negeri, misalkan salah satunya.
04:31Ya ini kami menduga bahwa yang bersangkutan itu memang terpapar
04:38beberapa konten-konten yang bermuatan kekerasan.
04:41Oke, kita akan dalami apakah betul KPI sudah mewawancarai orang tua
04:45ataupun orang terdekat dari terduga pelaku.
04:49Kita akan bahas bersama.
04:50Usai Jeddah, tetaplah bersama kami di Kompas Petang.
04:52Kita lanjutkan dialog di Kompas Petang, Bu Margaret.
05:05Ibu, bahwa sebelumnya sudah menjunggu ya, Bu ya,
05:08terduga pelaku yang saat ini masih dirawat di rumah sakit.
05:12Apakah KPI sudah mewawancarai, Bu?
05:14Orang-orang dekat dari terduga pelaku, mungkin saja orang tua
05:18ataupun mungkin bahkan guru?
05:22Bu Margaret, bahwa sebelumnya KPI sudah menjunggu, Bu ya,
05:39terduga pelaku di rumah sakit yang saat ini masih dirawat.
05:42Apakah KPI sudah mewawancarai mungkin saja orang tua
05:45dari terduga pelaku ataupun guru dari SMA N72 Jakarta?
05:49Iya, Mas. Tadi saya mempersama dengan,
05:53mempersama Eka Polri ya,
05:54untuk melakukan visit ke rumah sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
05:59Kami melakukan visit ke beberapa anak.
06:02Jadi kalau di rumah sakit Islam Cempaka Putih,
06:05hari ini masih ada 14 anak yang dirawat di sana.
06:09dari 14 itu, 12 dilakukan operasi dan sudah selesai.
06:17Yang 2 masih di HCU dan yang 10 bisa di visit.
06:21Kemudian yang 2 luka bakar yang di ruangan steril begitu.
06:26Nah, kami tadi kan masih memastikan bagaimana kondisi fisik anak-anak
06:31pasca operasi.
06:32Jadi kami sempat bertemu dengan beberapa orang tua,
06:35tetapi dari anak terduga pelaku,
06:38tadi tidak bertemu dengan orang tua.
06:40Kemudian sempat melakukan beberapa komunikasi,
06:43tapi hanya sekedar komunikasi untuk menanyakan kondisi fisik anak-anak.
06:48Belum sampai pada pendalaman tentang beberapa informasi yang dibutuhkan.
06:53Oke, saya ingin ke Prof. Kiki bahwa betul yang ditemukan adalah senjata mainan, Prof.
06:57Tapi ada tulisan yang cukup menarik,
06:59ada nama teroris di sana,
07:00termasuk juga ada makna gerakan ekstrim sayap kanan
07:03yang kemudian tertulis di senjata mainan itu.
07:06Apakah bisa diduga pelaku ini mungkin saja ada yang mementori
07:11pada saat melakukan aksinya, Prof. Kiki?
07:14Ya, bisa iya, bisa tidak.
07:16Kenapa?
07:17Biasanya kalau anak-anak muda,
07:19seperti itu, generasi muda seperti itu,
07:23dia baca-baca terinspirasi kisah-kisah yang bagi mereka heroik.
07:29Ada dari tahun 98 sampai hari ini,
07:33minimal ada 14 kasus di dunia ini
07:38yang melibatkan school shootings,
07:42penembakan-penembakan di sekolah.
07:45Dengan yang paling dahsyat ya,
07:47terutama di Amerika, di Columbine High School,
07:50di Colorado, itu kekurahnya 56.
07:55Nah, kisah-kisah seperti itu bisa memberi inspirasi
08:01tentang keberanian, tentang perjuangan,
08:03tentang jihad kalau dia punya nuansa agama.
08:09Nah, kalau tidak, itu hanya inspirasi.
08:12Dan ini banyak terjadi.
08:16Dan jangan salah,
08:18tafsir terhadap situasi seperti itu bisa jadi tidak.
08:23Contoh, nih,
08:25anarko.
08:26Anarko dicapulisi sebagai jaringan teroris,
08:31ini apa, jaringan anarkisme.
08:32Saya tahu persis mulainya itu tidak itu ya anak-anak
08:37seperti main-main terinspirasi,
08:40anak-anak mahasiswa ya,
08:41terinspirasi kisah-kisah keberanian untuk ngebom segala macam,
08:46lalu dinarasikan,
08:52diangkat dalam konteks budaya kekerasan
08:57anak-anak yang keberanian.
08:59Di belakangnya itu ada keberanian kayak begitu, gitu.
09:03Nah, jadi,
09:04kalau seperti itu,
09:06itu sebetulnya tidak sulit untuk menelusuri jejaknya.
09:10Agar ta, itu,
09:12apa,
09:14nama fiktif yang menjadi
09:16ikon di dalam
09:19tindak kekerasan
09:22remaja,
09:24anak-anak.
09:24Kalau di luar negeri,
09:26hampir seluruhnya kasus yang melibatkan
09:28anak-anak ini terkait dengan sekolah,
09:31dengan kasus sekolah.
09:33Oleh karena itu disebut
09:35school shooting,
09:37penembakan di sekolah.
09:39Nah, di Indonesia,
09:40itu bisa umum,
09:42dan setahu saya,
09:45yang agak
09:46dasyat seperti sekarang ini,
09:50yang terjadi ini,
09:51ini masih sangat jarang di Indonesia.
09:53Bukan berarti tidak ada, gitu.
09:55Kalau ancaman bom,
09:59beberapa kali kan pernah terjadian di
10:02sekolah elit di Jakarta,
10:05kayak begitu.
10:06Nah,
10:07anak-anak seperti ini,
10:09kalau terpapar,
10:11bukan hanya ideologinya,
10:13tetapi juga,
10:15apa,
10:17kemampuan untuk merakit,
10:18atau mendapatkan
10:20handak bahan peledak itu,
10:23yang jauh lebih penting bagi saya.
10:25Artinya, menurut Anda,
10:26apa yang kemudian membuat,
10:28terduga pelaku ini,
10:29bisa membuat bahan peledak,
10:30bahkan mengakses
10:31alat-alat yang kemudian
10:33dapat digunakan
10:34untuk meledakan sesuatu?
10:35Heroisme dalam versi mereka,
10:39lalu mereka mencari,
10:41cari-cari di internet,
10:43kalau dia bukan
10:44dari jaringan
10:46yang sudah mapan.
10:48Misalnya,
10:48kalau jaringan
10:49teroris,
10:52gitu,
10:52yang muda-muda,
10:53yang masih sekolah,
10:55masih kuliah,
10:56kayak gitu,
10:57kontak antar mereka itu,
10:59memungkinkan untuk
11:00menguasai
11:01teknik-teknik
11:02membuat bom
11:03seperti itu,
11:04gitu,
11:05kalau
11:05yang agak lebih rumit,
11:08misalnya,
11:09misalnya,
11:12apa,
11:13low explosive
11:14dari black powder,
11:18karena mencari bahannya
11:19sekarang lebih sulit.
11:21Kalau beli bahan
11:22lebih dari 1 kilo,
11:23itu sudah harus dilaporkan
11:25ke polisi
11:25oleh penjual
11:26bahan peledak itu.
11:30Tetapi,
11:31kalau dia tipenya
11:32srepnel,
11:33ngambil dari
11:34mercon saja,
11:35mercon gede,
11:36diambil
11:37itu bubuknya,
11:40dibuat,
11:41itu dikasih,
11:42dikasih paku,
11:43itu bom juga,
11:44mematikan juga,
11:45seperti di
11:46kasus
11:47bom tamrin.
11:49Nah,
11:50Kak,
11:51ini belum ditemukan
11:52paku segala macam
11:53di SMA 72 ini,
11:55jadi ini bukan
11:56tipe srepnel,
11:57ini tipe
11:58tipe yang lain.
12:00Artinya saat ini
12:01apa yang harus dilakukan
12:02oleh polisi, Prof,
12:03untuk kemudian
12:03betul-betul
12:03mendeteksi apa yang
12:04sesungguhnya terjadi
12:05dan dilakukan oleh
12:06terduga pelaku?
12:08Mulai dari
12:09TKP,
12:10itu sudah dilakukan ya,
12:11jadi mulai dari
12:12TKP,
12:13lalu
12:14penyelidikan terhadap
12:16jenis
12:16bahan peledaknya
12:18ini apa.
12:19Oke.
12:19Kalau jenis
12:20bahan peledaknya
12:21itu mercon yang
12:23keras,
12:24yang besar,
12:24yang ini,
12:26dikasih paku enggak?
12:27Rasanya tidak,
12:28karena korban-korban ini
12:29tidak ada yang
12:30kena paku.
12:31Berarti bukan
12:32srepnel.
12:33Kalau bukan srepnel,
12:34itu dari mana?
12:35Lalu ditelusuri
12:36ke situ,
12:37bagian dari
12:38jaringan atau bukan?
12:39Oke.
12:39Kalau bukan,
12:40lone wolf,
12:41gampang,
12:42tinggal psikolog
12:44yang nangani.
12:45Oke, baik.
12:45Artinya TKP
12:46dan jenis
12:46bahan peledak ini
12:47harus dideteksi oleh
12:48polisi.
12:48saya ingin ke Bu Margaret.
12:50Bu Margaret,
12:51apakah ketika nanti
12:52terduga pelaku
12:53kondisinya sudah membaik,
12:55apa yang kemudian
12:55akan dilakukan oleh
12:56KPAI dalam
12:57mendalami peristiwa ini?
13:00Yang pasti kan
13:01kalau sudah dipastikan
13:03kondisi fisik
13:04anak-anak
13:05korban termasuk
13:06anak terduga pelaku
13:07tentukan berikutnya
13:08adalah pendampingan
13:09psikologis yang
13:10tidak boleh ditinggalkan ya.
13:12Karena pasti
13:13anak-anak ini
13:13dalam kondisi trauma.
13:14Dan juga kami
13:15menyampaikan bahwa
13:16yang membutuhkan
13:17pendampingan psikologis
13:18tidak hanya
13:1996 anak
13:20yang sudah
13:21mengakses
13:22pelayanan medis
13:24tapi juga
13:24anak-anak yang ada di sekolah
13:26yang menyaksikan
13:27pada saat
13:28terjadi ledakan itu
13:29juga sangat penting
13:30untuk dilakukan
13:30pendampingan psikologis.
13:32Karena pasti juga
13:33anak-anak yang
13:34meskipun tidak
13:35mengalami luka
13:36tapi mereka juga
13:37pasti mengalami
13:38trauma
13:38sehingga butuh
13:39pendampingan psikologis.
13:41Dan kemudian
13:42mohon izin Prof
13:44tadi pada saat
13:45berkunjung
13:46temukan ada
13:47salah satu
13:48ada
13:48anak yang
13:49kena paku Prof
13:50di kakinya.
13:52Satu paku
13:53satu paku
13:53atau beberapa paku Bu?
13:55Kayaknya satu sih
13:56tadi saya melihat.
13:57Ya meskipun
13:58diambil
13:58saya dilihatin fotonya.
14:00Tapi saya
14:01tidak mengerti
14:01yang lainnya
14:02apakah juga
14:02ada yang mengalami
14:03hal yang sama gitu.
14:05Oke
14:05dan ini
14:05semoga bisa menjadi
14:06temuan baru
14:07dan menjadi
14:08jejak lanjutan
14:09untuk polisi
14:10agar dapat
14:10mengungkap
14:11kasus ini.
14:12Terima kasih Prof Kiki
14:13dan juga Bu Margaret
14:14telah bergabung
14:15di Kompas Petang.

Dianjurkan