00:00Masih bersama saya Budi Mantan Rujo di Satu Meja Deporung.
00:07Mas Muni, bagaimana Anda membayangkan stabilitas nasional tetap terjaga tapi demokrasi juga tetap tumbuh sebetulnya?
00:14Begini, demokrasi itu instrumen, demokrasi itu alat.
00:19Ini konsensus sosial politik kita sebagai bangsa sejak pasca reformasi 98.
00:25Demokrasinya harus kita jaga, tapi tujuan berendara kita kan bukan demokrasi ansih.
00:30Bukan demokrasi?
00:31Bukan demokrasi ansih.
00:32Demokrasi itu alat.
00:34Tujuan kita bernegara apa?
00:36Saya ingat sekali apa yang disampaikan oleh Pak Jokowi, Indonesia punya 500 tahun sekali kesempatan untuk menjadi negara maju.
00:46Indonesia emas 2045 itulah yang kita tuju.
00:50Kenapa?
00:50Pemerintah ini perlu berkelanjutan karena setiap negara cuma punya momentum 500 tahun sekali untuk jadi negara maju.
00:57Jadi saya bilang sama teman-teman, saya bilang ini tanggung jawab sejarah kita sebagai generasi menuju 2045.
01:05Kalau tidak nanti kita dimaki-maki anak cucu kita bahwa orang-orang seperti kita yang diberi kesempatan mengisi sampai 2045 untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 ini.
01:17Kita gagal mewujudannya karena kita terlalu sibuk pada hal-hal yang non-subtantif untuk menuju Indonesia emas 2045.
01:24Demokrasi itu instrumennya, alatnya.
01:30Pesatuan nasional itu karena kita ingin kemajuan Indonesia 2045 itu basisnya adalah keadilan sosial.
01:37Jangan sampai negara maju sementara banyak daerah-daerah yang tertinggal, kemiskinan masih meningkat.
01:43Ini bukan juga bukan yang kita harapkan.
01:45Kemajuan Indonesia harus berbasis keadilan sosial.
01:48Oke, baik.
01:49Jadi, di mana posisi rakyat ketika ada stabilitas politik kemudian demokrasi yang katakan-katakan tercermin dalam check-in belasannya di parlemen?
01:57Posisi rakyat di mana sebetulnya?
01:58Iya, suara rakyat itu adalah suara Tuhan.
02:01Suara rakyat adalah suara Tuhan?
02:02Suara rakyat adalah suara Tuhan.
02:04Itulah filosofi terdalam ya dari demokrasi ya.
02:08Fox Populi, Fox Day.
02:09Teori.
02:10Dan wakil-wakil rakyat inilah kawan-kawan kita yang berada di Dewan Perwakilan Rakyat.
02:19Dan jelmaan rakyat itu ada di MPR.
02:22Dan rakyat ini bisa langsung menyampaikan aspirasinya ya.
02:28Baik itu melalui jalur formal maupun jalur non-formal.
02:32Yaitu apa?
02:32Unjuk rasa.
02:33Dan unjuk rasa ini kan sudah dibolehkan, diizinkan, bahkan dilindungi oleh undang-undang.
02:40Bahkan rakyat tidak perlu meminta izin untuk melakukan unjuk rasa, hanya memberikan pemberitahuan supaya terjadi pengamanan.
02:48Oke.
02:49Artinya rakyat tetap memiliki aspirasi dan aspirasi rakyat itulah posisinya tertinggi.
02:56Sekali lagi saya ingin katakan bahwa di iklim demokrasi yang sehat, aspirasi itu bergeraknya dari bawah ke atas.
03:03Dan negara sekarang sedang mewujudkan apa yang sedang dimimpikan oleh rakyat.
03:10Apa yang kita rancang, kita sebut Indonesia Emas, 2045 ini.
03:14Oke, baik. Bang Doli, betulkah ada keterputusan antara DPR dengan rakyat?
03:23Ya, ada yang menyimpulkan kemarin dengan peristiwa Agustus 2025 kemarin.
03:30Kan orang mengatakan, itu baru 10 bulan loh, habis pemilu.
03:37Ketika rakyat sudah memilih orangnya, wakilnya, tetapi dalam 10-an kemudian rakyatnya marah terhadap orang yang dia pilih.
03:45Nah, orang menyimpulkan begitu.
03:47Tapi walaupun sebetulnya ada perspektif politik lagi, ada kejadian politik ya, peristiwa-peristiwa kayak di 2025 itu.
03:54Nah, tentu kita tidak menginginkan itu.
03:57Nah, makanya oleh karena itu, supaya tidak benar asumsi tadi itu, ya, memang DPR harus kemudian bekerja secara maksimal.
04:07Misalnya, saya ambil contoh, ya, itu kan DPR parlemen, parle, parle itu kan bicara.
04:14Ya, memang tugasnya bicara.
04:16Bicara atas nama rakyat, bicara dengan rakyat, menyuarakan aspirasi rakyat, gitu.
04:20Nah, kalau itu tidak dilakukan, ya, memang wajar kemudian nanti bisa ada...
04:24Kenapa tidak dilakukan?
04:26Kalau itu tidak dilakukan, wajar kemudian tidak, nanti bisa terjadi ada diskoneksitas tadi itu.
04:34Nah, oleh karena itu, nah, tapi saya setuju bahwa memang kalaupun tugas DPR itu, tugas kami ini ada bicara,
04:40nggak boleh juga asal bicara, harus substantif.
04:43Nggak boleh asal beda, nggak boleh asal kritik yang tidak punya landasannya.
04:48Nah, itu yang membuat kemudian demokrasi kita ini bisa berkualitas.
04:52Oke, Bang Fahri, betul nggak sih sinyalemen yang mengatakan ada disconnected sebetulnya?
04:57Ya, benar.
04:58Berrakyat dengan wakil rakyat dan partai politik?
05:00Benar, benar itu.
05:01Benar, disconnected itu.
05:03Jadi, apa yang dikatakan Dolly tadi, itu benar, gitu.
05:08Nah, jadi jalannya, ya, pertama, bikinlah parlemen itu parle.
05:13Parley, bicara.
05:14Bicara.
05:14Bicara, tetapi yang kedua, dan ini yang paling langsung, usahakanlah, ya, penangkapan terhadap orang yang mengirim kepala babi.
05:26Nah, ketika kemudian, apa namanya, parlemen tidak parle, gitu, partai-partai politik kemudian lebih berusaha menyelamatkan diri,
05:36maka pandangan atau harapan kita terhadap munculnya dan berkembangnya demokrasi, itu adalah pada kekuatan-kekuatan di luar partai politik.
05:48Nah, di sini pers menjadi sangat penting.
05:51Lalu civil society dan segala macam yang ada, gitu.
05:54Nah, jadi, salah satu yang paling praktis dilakukan itu, ungkaplah siapa yang mengirim kepala babi ke tempo pada waktu itu.
06:04Yang belum terungkap sampai sekarang?
06:06Sampai sekarang tidak ada, gitu.
06:07Oke.
06:08Nah, menurut saya ini adalah salah satu, apa namanya, indikasi yang mengembirakan kalau misalnya pengirim kepala babi itu terungkap, gitu.
06:20Lalu kemudian, ya, para pejabat negara itu punya empati terhadap pers, ya, empati kepada pers, empati kepada kelompok-kelompok civil society, dan empati kepada mahasiswa.
06:36Oke.
06:36Inilah yang kemudian akan membangun sebuah proses demokrasi yang lebih praktikal, yang sehari-hari berlangsung di tengah-tengah masyarakat.
06:45Baik, Mas Muni, Bang Fahri, Bang Doli, dan Dede Prajidin.
06:50Terima kasih.