00:00Saya masih bersama dengan Ketua Dewan Pimpinan Partai Nasdem yang juga anggota DPR RI fraksi Nasdem Sugeng Superwoto dan kreator konten lawan buta politik Firdian Aurelio.
00:09Tadi kan ada banyak ketidakadilan yang keadilan kelembagaan yang dikejar oleh Firdian dan kawan-kawan yang merasa sampai sekarang tidak didapatkan itu.
00:18Apa-apa kalau gitu realnya yang bisa dilakukan?
00:20Iya, jadi sekali lagi bahwa proses-proses yang ada di DPR RI pada dasarnya juga penuh dengan dinamika yang luar biasa.
00:30Hanya saja tidak terpotret secara baik, bahkan yang lebih menonjol seperti tadi kita garisbawai berkali-kali adalah yang muncul adalah sifatnya stigmatik.
00:39Meskipun tadi Firdian menyampaikan, ya habis tuntutan yang sifatnya realisasi tidak bisa dilakukan.
00:45Ingat reformasi kelembagaan apapun tidak bisa berdiri DPR itu selalu bersama pemerintah termasuk dalam membuat undang-undang.
00:53Konstitusi memerintahkan bahwa DPR bersama pemerintah membuat undang-undang itu misalnya begitu.
00:59Banyak sekali contoh bagaimana misalnya nih undang-undang tertentu kami sudah tuntas baik naskah akademiknya dan lain-lain.
01:07Tetapi dari pemerintah tidak juga kunjung hadir gitu loh apa yang sebetulnya dim daftar inventarisasi masalah.
01:15Itu berkali-kali, saya mengalami berkali-kali.
01:19Untuk sesuatu yang strategis yang bahkan itu merupakan komitmen pemerintah misalnya apa, energi transisi misalnya.
01:25Kan perlu namanya undang-undang energi baru, energi terbarukan agar menjadi payung, agar tetapi faktanya apa, lambat bahkan dimentahkan sendiri oleh, mohon maaf ya, oleh pemerintah.
01:36Bayangkan tuh sebagai contoh itu ya, betapa kalau salah satu fungsi legislasi itu juga tidak berdiri sendiri DPR tapi bersama dengan pemerintah.
01:46Hal-hal lain juga menyangkut tentang mengatur tata kelembagaan, hal yang dituntut istilahnya 17-8 itu tidak bisa-bisa berdiri sendiri DPR.
01:57Tapi betul ada otoritas DPR yang mestinya bisa berbuat lebih dari sekedar apa yang terjadi hari ini sehingga memunculkan apa yang disebut keadilan kelembagaan.
02:10Disubstantifkan, itu yang dikatakan.
02:11Nah, kalau tadi bicara soal transparansi salah satunya, kanal apa sebenarnya yang dituntut oleh kawan-kawan secara real agar tuntutan tadi bisa ada salurannya dan bisa didengarkan, gak cuma didengarkan tapi dilakukan?
02:26Ya kalau ngomongin soal tech quiz, kita bahkan sempat ngomongin suku dashboard digital, website real time, seperti negara-negara parlemen yang lain.
02:33Jadi itu sudah disampaikan secara langsung?
02:34Ya, maksudnya kita sudah pernah menyampaikan ke beberapa anggota dewan termasuk ke orang-orang yang menjadi perwakilan gitu.
02:38Tapi kan itu jadi anggota DPR silahkan bereksplorasi ya, kita punya tuntutan strategis setelah transparansi total.
02:45Sekarang gini, ketika tadi bicara soal ya DPR gak sendiri, dia ada presiden.
02:53Betul, makanya kami gak hanya marah ketika melihat DPR tunjangan dan reses atau fasilitasnya besar.
03:00Kami juga marah kok ke pemerintah karena fasilitasnya begitu besar, di tengah efisiensi, tetap bisa rapat di hotel.
03:08Gak dimarahin sendiri yang begitu ya, Merdian.
03:10Iya, jadi jangan paling penting. Ketika kita marah karena DPR misalnya tidak melibatkan kami secara undang-undang, kami juga marah kok ke pemerintah.
03:19Ketika memangkas anggaran pendidikan untuk satu program dan kita yang tidak dilibatkan setuju apa enggak, kita marah kok.
03:26Jadi ini sepaket, tapi kan perbedaannya. Kita tahu pemerintahnya bebal.
03:31Nah DPR kan yang punya kekuatan untuk mengawasi dan memberikan punishment atau sanksi kepada eksekutif.
03:37Inilah yang terjadi ketika DPR jadi, kalau kata Iwan Fals nyanyian lagu setuju.
03:41Karena dalam sistem politik kita, hari ini menjadi koalisi gemuk yang hilanglah kemudian check and balance gitu.
03:49Makanya dalam tujutan 178 yang kita inginkan juga adalah reformasi sistem pemilu dan partai politik.
03:53Karena hari ini kartelisasi partai politik.
03:56Siapa yang menang presiden ikut semua.
03:57Makanya hilang oposisi.
03:59Ujung-ujung oposisinya masyarakat.
04:00Ojek online, pelajar, mahasiswa, kelas menengah, pekerja kantoran.
04:04Yang harusnya kita fokus bekerja nyari uang, mendapatkan fasilitas hasil pajak.
04:08Karena menjalankan fungsi itu.
04:10Kita jadi double job.
04:11Jadi double job bukan cuma wamen sama komisaris, kita juga double job nih.
04:15Bekerja dan juga menjadi seorang aktivis gitu.
04:18Karena ada fungsi dari DPR yang kemudian hilang bagi kami.
04:22Ya, apa yang jadi kritik Ferdian tadi, sekarang juga telah diterima banyak hal.
04:28Misalnya soal tunjangan dan sebagainya.
04:30Jauh sekali sekarang.
04:30Mungkin bisa diumumkan di publik, kita tinggal kurang lebih 500 juta saja untuk sekian waktu ya.
04:36Yang semula dikatakan 700 dan sebagainya, sebagainya.
04:40Itu dipotong habis.
04:41Termasuk kita akan ada platform resmi tentang aktivitas DPR.
04:46Yang dimaksud reses harus betul-betul bisa diunggah, bisa diunduh.
04:50Apa sih yang dilakukan reses?
04:52Apakah sekedar ketemu bertamu lantas dianggap sebagai kunjungan dapil dan sebagainya.
04:57Ini semuanya sudah disiapkan.
04:58Ini keputusan pimpinan DPR dalam sebulan terakhir, setidaknya, bukan sekedar mengakomodasi.
05:06Memang itulah yang namanya kita ya, saling koreksi diantara kita, masyarakat mengkoreksi kita, kita terima.
05:12Bahwa dianggap berlebihan misalnya kemarin secara keuangan, maka kita koreksi.
05:17Meskipun, ya kalau kita lihat seperti tadi, bagaimana merasa kita jadi anggota DPR, banyak kurang, sedikit tidak cukup.
05:26Itulah hari ini terjadi.
05:27Itulah faktanya.
05:28Memang dunia sudah mengalami apa yang sebenarnya zaman ekonomisme.
05:33Semua jalan dengan ekonomi.
05:34Misalnya kita kumpul warga.
05:36Kalau tidak ada uang transfer, ya tidak mungkin.
05:37Padahal kita misalnya mensosialisasi sesuatu, atau ada semacam pemahaman.
05:44Bukan semacam transaksional, ada berapa fee, dan sebagainya.
05:48Itulah fakta hari ini.
05:49Tetapi inilah yang akan kita perbaiki bersama.
05:52Sehingga apa yang dimaksud dengan partisipasi dalam konteks politik itu,
05:57betul-betul purely menyangkut tentang peran serta secara substantif.
06:01Tidak karena aspek yang sifatnya transaksional atau apapun.
06:05Saya kira ini kepedulian kita bersama.
06:08Saya sangat concern dengan kayak begitu setidaknya kami di Nasdem,
06:12bagaimana politik gagasan misalnya, politik tanpa mahar misalnya,
06:16itu adalah bentuk-bentuk bagaimana kita akan membangun,
06:19bagaimana politisi atau yang mewakili politisi yang ada duduk di DPR,
06:23betul-betul dapat menjalankan perannya secara politik dan secara teknokratis sekaligus.
06:29Karena tidak bisa tidak hari ini kita harus mampu juga bicara tentang aspek-aspek
06:34yang sifatnya teknis dan strategis.
06:37Dan ada aspek yang sifatnya politis,
06:39karena politis itu kan menyangkut tentang kebijakan,
06:42yang menyangkut tidak saja ansih sebuah keputusan yang secara matematis,
06:46secara linier, secara teknokratis,
06:49tapi kita bisa baca dalam perspektif yang lebih luas.
06:52Itulah politisi hari ini, dituntut itu kedua-duanya.
06:54Tentu itu tuntutannya.
06:56Dan meaningful participation, apa yang saat ini masih jauh panggang dari api?
07:00Saya sekali lagi pengen bilang, negara harusnya bersyukur.
07:07Kemarin ada yang bilang bubarin DPR,
07:09publik debat akhirnya kita nggak jadi bubarin DPR.
07:11Kita rasa DPR perlu ada, tapi di reformasi.
07:14Negara harus bersyukur.
07:15Kita tidak menepalkan negara ini.
07:17Kita cinta bangsa ini.
07:18Kita mau ada keadilan, bukan kerusuhan.
07:22Tapi ketika ada sense of injustice, itu tidak berlebihan.
07:28Balik lagi, kita minta partisipasi bermakna,
07:32bukan tanpa sebab.
07:34Gimana kita nggak marah ketika melihat,
07:37sekali lagi ada 10 kawan kita meninggal,
07:39900 tersangka, puluhan di penjara,
07:44penabrak afan cuma minta maaf.
07:46Pegangsaan itu tidak terjawab.
07:47Polri semakin naik anggarannya.
07:49Bukan di reformasi, Kapolri masih sama.
07:52TNI masih ngisi pos-pos sipil.
07:54Kabinet masih gemuk.
07:56DPR masih tidak partisipatif dan tidak transparan.
07:59Eksekutifnya juga masih tuduh antek asing.
08:04Anggarannya boros.
08:06Tidak sesuai yang kami inginkan.
08:07Misalnya pendidikan tapi diboros ini di mana.
08:10Gimana kami tidak merasa ada sense of injustice
08:11di tengah pengangguran jutaan.
08:13Kemiskinan 190 juta versi BPS.
08:15Jadi, partisipasi bermakna itu tidak
08:18ingin kita dorong menjadi
08:20instrumental doang, Mbak.
08:23Tapi dia harus jadi gaya hidup.
08:25Dia harus jadi gaya hidup berpolitik kita.
08:27Bahwa ketika ada tuntutan,
08:30dia nggak harus jadi hal yang besar dulu
08:32kayak kemarin, Agus-September,
08:34baru
08:35Ketua Umum DPR-nya ngundang audiensi.
08:40Ada sensitivitas sebelum ada teriakan
08:42dari masyarakat itu yang diinginkan.
08:44Saya pengen bilang,
08:4510 orang meninggal itu mengerikan, Mbak.
08:48Kebanyakan, Mbak.
08:49Satu aja udah banyak banget.
08:50Makanya,
08:52ini jangan sampai terulang lagi.
08:53Kemarahan yang kemudian dirawat,
08:54kemudian meledak.
08:55Itulah kenapa kita masih ada,
08:59kita masih menginginkan penyelangan negara itu tetap ada.
09:02Tapi di-reform, dong.
09:04Ini harus bersyukur nih,
09:05orang-orang muda, Gen Z ini masih bisa
09:07nahan realnya.
09:09Iya, kita masih peduli.
09:10Oke.
09:11Sikasnya terakhir,
09:12apa jawaban untuk gelisahan publik
09:15agar tidak terjadi hal demikian lagi?
09:17Tentu ini semuanya dari bahan koreksi terdalam ya.
09:20Ini bukan berarti lip service ya.
09:22Wah, itu sekedar itu lantas dengan saya.
09:23Enggak.
09:24Bagi kami, DPR,
09:26saya kira sepakat bahwa
09:27ini pelajaran yang sangat pahit bagi kami.
09:30Artinya apa?
09:31Ekspresi kami yang kadang-kadang tidak empati itu
09:34bisa melecut sesuatu
09:36di tengah-tengah ketidakadilan
09:38yang sedang dirasakan oleh masyarakat.
09:41Dan kami sangat,
09:42ini menjadi bahan koreksi kami.
09:44Tentunya ke depan kita,
09:46kami dipastikan harus lebih baik.
09:49Itu harus.
09:50Tidak ada lagi tawar-menawar.
09:51Dalam hal kinerja,
09:53dan ada parameter-parameter tingkat produktivitasnya
09:56bagaimana misalnya undang-undang secara kuantitatif
09:59dan sekaligus kualitatif.
10:01Karena apa?
10:02Ya, percuma juga undang-undang sebanyak-banyaknya
10:05kalau tidak bisa diimplementasikan secara baik
10:07atau justru tidak menjamin
10:09bagaimana tujuan bernegara ini tercapai dengan baik dengan undang-undang.
10:12Itu salah juga DPR
10:13kalau hanya menghasilkan produktivitas undang-undang
10:16tetapi tidak kualitatif.
10:18Hal dalam menjalankan tugas mengawasi jalannya pemerintah,
10:22saya kira masing-masing kami,
10:24karena dibagi masing-masing komisi ya,
10:26kayak kami misalnya,
10:27mengawasi betul bagaimana jalannya proses dunia pertambangan misalnya,
10:31bagaimana hari ini terlalu luar biasa eksplorasi kita
10:36dan eksploitasi kita di sumber daya alam
10:38sehingga kerusakan lingkungan sedemikian
10:41dan seterusnya kita akan jalankan secara baik.
10:44Yang kita harapkan semoga dialog ini bisa mendudukan soal.
10:48Kita harus terus mengoreksi
10:50dan semoga apa yang terjadi bisa jadi koreksi nyata.
10:53Untuk DPR RI kita boleh kesal juga melulapkannya
10:55tapi tidak dengan melulapkan secara berlebihan
10:57harus sesuai dengan koridor hukum itu kita setuju.
11:00Dan tentunya kita harus tetap punya harapan
11:02dan menagih janji anggota DPR RI yang menjadi wakil kita di Senayan.
11:06Terima kasih telah menyaksikan Rosy.
11:08Saya Friska Klarissa, terima kasih Pak Sugeng.
11:09Terima kasih juga Mas Firdian sudah hadir.
11:12Kita jumpa lagi Kamis depan.
11:14Tetaplah di Kompas TV, independen dan terpercaya.
11:16Selamat malam, sampai jumpa.