00:00Baik, terima kasih Ibu Ketua.
00:04Pak Menteri Kesehatan, Pak Menteri Kemenduk Bangga,
00:08Pak Kepala Bepom, Pak Kepala BGN beserta jajaran,
00:12Bapak-Ibu pimpinan dan anggota Komisi 9 DPR yang saya hormati.
00:16Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
00:18Salam sejahtera untuk kita semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.
00:23Bapak-Ibu, saya rasa di sini tidak ada yang meragukan tujuan dan niat baik
00:29dari program ini.
00:31Dan saya rasa semua, kita semua setuju tujuan dari program ini
00:37bagaimana ke depan kita harus bisa mengentaskan gizi buruk di Indonesia.
00:43Namun tentunya niat baik dan tujuan baik harus diikuti juga dengan pelaksanaan yang baik,
00:49koordinasi yang baik.
00:52Kami di Komisi 9, saya rasa Bapak-Ibu semua kita ingat ya,
00:55dari awal sudah mengingatkan kepada BGN untuk bisa berkoordinasi dengan baik
01:00dengan lembaga-lembaga lainnya.
01:04Bahkan dengan badan POM itu kita masukkan dalam kesimpulan rapat, Pak.
01:08Kesimpulan kita masukkan bahwa harus ada kerjasama,
01:11tetapi kesimpulan dimasukkan beberapa minggu berjalan juga kerjasamanya
01:16hanya sebatas mengizinkan badan POM untuk memberikan pelatihan.
01:19Sampai kejadian, kasus keracunan, kasus keracunan, kasus keracunan.
01:25Nah sekarang ini kan kalau saya lihat dari press conference yang terjadi kemarin,
01:29yang dipimpin oleh Pak Menko, sepertinya sudah ada kesepakatan,
01:32ada kesepahaman bahwa lembaga-lembaga ini harus bisa bekerjasama dengan baik
01:38untuk memastikan program ini bisa sukses.
01:42Saya berharap hal ini bisa terjadi, walaupun kalau kita lihat hari ini saja
01:48angka keracunan pangan, angkanya saja tidak bisa sepakat, Pak.
01:54Angkanya Kemenkes 9.492, angkanya Badan POM 9.089,
02:02angkanya BGN 6.457.
02:06Angka saja tidak bisa seragam.
02:09Oh mohon maaf, kalau dari BGN bukan keracunan makanan lagi,
02:13tapi terminologinya apa tadi?
02:16Gangguan pencernaan, mohon maaf.
02:20Jadi saya berharap itu.
02:22Kalau kerjasama tidak bisa dibangun dengan baik,
02:25maka public trust terhadap program ini akan semakin turun, Pak.
02:31Saya rasa kita semua punya media sosial ya.
02:34Kalau kita buka sosmed hari-hari ini, ini seperti yang disampaikan Ibu Em tadi ya.
02:40Banyak itu berseliuran konten-konten, ya termasuk ajakan untuk menolak MBG.
02:48Ini buat saya sangat-sangat menyedihkan.
02:51Kita kan mau program ini berhasil.
02:53Tapi kalau ini dibiarkan, maka tanpa ada kampanye negatif pun,
02:58masyarakat bisa saja sudah takut untuk mengizinkan anaknya mengkonsumsi MBG.
03:05Konten-kontennya banyak, Pak. Lucu-lucu.
03:08MBG itu sekarang dipelesetin.
03:10Bukan makan bergizi gratis,
03:12tapi makan beracun gratis,
03:14makan belatung gratis,
03:16makanan apa lagi?
03:17Makanan berbahaya dan lain-lain lah.
03:20Pada dan ini lumayan populer loh, Pak, sekarang di media sosial.
03:23Fotonya banyak beredar gitu kan, ada teksnya kepala BGN, ahli, serangga,
03:30makanya bisa ada belatung gitu kan, di nasi MBG.
03:35Lucu-lucu.
03:36Tapi ini sedih, saya sedih melihat ini.
03:39Jadi harus ada hal besar yang dirubah,
03:42harus ada langkah-langkah besar yang dilakukan
03:45untuk bisa mengembalikan kepercayaan publik, Pak, terhadap program MBG ini.
03:50Oke, yang pertama dari saya.
03:53Untuk Pak Menkes,
03:55saya menyimak,
03:56saya menyimak apa yang Bapak sampaikan
03:59terkait dengan SLHS,
04:03bahwa Kementerian Kesehatan
04:05akan mempercepat proses SLHS.
04:10Ini bagus sih.
04:11Sebetulnya buat saya bahwa ada keinginan
04:13untuk memastikan semua dapur sekarang punya SLHS.
04:17Tapi kalimatnya Pak Bapak ini membuat saya juga menjadi was-was.
04:21mempercepat jangan sampai mengurangi kualitas, Pak.
04:25Saya punya dua dokumen nih, Pak.
04:29Yang pertama adalah
04:30Inspeksi Kesehatan Lingkungan SPPG,
04:34ini yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Lingkungan,
04:38kesehatan lingkungan yang biasa digunakan untuk jasa boga.
04:41Dan dua dokumen ini ternyata tidak sama.
04:44Banyak yang kalau dalam industri makanan biasa itu ada,
04:48kalau untuk SPPG dihilangkan, tidak ada.
04:51Contoh, persyaratan tentang sistem drainase di area luar bangunan,
04:57lalu persyaratan apa ini, teknis lah, banyak sekali teknis.
05:01Penggunaan APD, pencahayaan ruangan,
05:03terdapat tempat sampah di penyimpanan umum,
05:06lalu pencucian peralatan terpisah dengan area,
05:08dan lain-lain, dan lain-lain.
05:10Jadi banyak yang ada di industri makanan,
05:13atau di dapur pada umumnya,
05:15tetapi kenapa SPPG tidak ada hal-hal yang seperti ini.
05:17Jangan sampai kualitas dari SLHS yang dikeluarkan
05:23diburu-buru dan juga akhirnya dibuat lebih tidak ketat.
05:29Sehingga ke depan bisa saja keracunan terjadi kembali.
05:32Karena apa Pak?
05:33Saya hari-hari ini kok merasa seperti kembali ke zaman pandemi COVID Pak.
05:38Kalau dulu itu kita melihat setiap hari nungguin angka,
05:42angka yang bertambah setiap harinya terkena infeksi COVID berapa banyak.
05:47Hari-hari ini, setiap hari kita nungguin hari ini kejadian keracunan di mana lagi.
05:53Dua hari lalu di Ciamis, sama di Lampung,
05:57kemarin di Jakarta, sama di Garut.
06:00Hari ini mau di mana lagi Pak?
06:02Maka dari itu Pak, SLHS jangan diterbitkan asal-asalan.
06:06Saya minta SLHS dibuat ketat, sehingga dapur-dapur juga mengikutinya dengan baik.
06:13Selanjutnya terkait dengan UPF, Ultra Process Food.
06:18Minggu lalu ketika kita mengundang teman-teman ahli gizi dan pemerhati MBG,
06:24banyak masukan terkait dengan UPF, Ultra Process Food.
06:26Saya sangat semangat sebetulnya ketika mendengarkan Ibu Nani mewawancar di media,
06:32bahwa BGN akan melarang Ultra Process Food untuk disajikan kepada anak-anak.
06:38Tetapi tiba-tiba keluar lagi surat dari Bapak Dr. Tigor,
06:44Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola,
06:48bahwa, ini saya bacakan ya,
06:51merespons masukan dan pendapat dari DPR, pengamat maupun masyarakat
06:56mengenai penggunaan Ultra Process Food dalam menu MBG.
06:59Dengan ini disampaikan beberapa ketentuan sebagai berikut,
07:02bahwa penggunaan produk biskuit, roti, cereal, sosis, nugget mengutamakan produk lokal.
07:09Olahan daging, sosis, nugget, burger mengutamakan produk lokal atau UMKM.
07:14Maksud saya gini Pak, Bapak Ibu di BGN ngerti gak sih Ultra Process Food itu apa?
07:19Berarti kan ini bukan melarang penggunaan Ultra Process Food,
07:23tetapi Ultra Process Foodnya harus dibeli lewat UMKM gitu kan.
07:29Yang kita inginkan adalah tidak lagi menggunakan Ultra Process Food Pak.
07:34Saya minta Bapak menanggap ini nih, ada komitmen gak dari BGN ke depan,
07:39bahwa Ultra Process Food harus hilang dari menu yang kita sajikan buat anak-anak kita.
07:45Karena Ultra Process Food mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi.
07:49Bapak mungkin konsultasi ini sama sebelahnya nih,
07:52sama Kepala Badan POM dan dari Kementerian Kesehatan.
07:55Yang saya tahu memang kan, tadi Pak Menkes juga sudah presentasikan,
08:00ada standarisasi gizi dan makanan yang dibuat oleh Dirjen Kesmas.
08:12Oke, berikutnya terkait dengan, tadi sudah disampaikan beberapa anggota,
08:18kita berharap bahwa masyarakat bisa melakukan, menyampaikan laporan dengan mudah.
08:27Saya mengikuti bahwa Bu Nani juga menyampaikan ke publik bahwa BGN sekarang sudah punya hotline.
08:33Yes, ini langkah awal yang baik.
08:36Tapi saya berharap bahwa BGN mungkin bersama-sama dengan Badan POM dan Kementerian Kesehatan
08:42bisa membuat tempat pengaduan bisa web-based, bisa juga menggunakan aplikasi
08:48yang bisa diakses secara real-time oleh publik.
08:53Contoh, saya adalah guru atau orang tua murid,
08:56saya menemukan makanan yang menurut saya tidak layak,
08:59saya foto, segera langsung saya upload dan bisa dilihat di web atau di aplikasi.
09:06Sehingga kita, teman-teman di DPR, masyarakat umum,
09:10bisa ikut melakukan pengawasan.
09:14Dan Bapak-Ibu, saya berharap BGN juga punya SOP.
09:17Begitu laporan masuk, satu kali sekian jam sudah harus diselesaikan.
09:22Termasuk diverifikasi apakah laporan ini verified,
09:26betul-betul memang ada kejadian seperti ini,
09:28atau ini ada hoax nih, masyarakat mungkin mencoba menciptakan hoax.
09:33Dalam hitungan jam, BGN sudah harus memverifikasi.
09:36Artinya apa?
09:36Saya berharap kita bisa semua lebih terbuka dan transparan.
09:42Karena keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat akan membantu BGN untuk mensukseskan program MBG ini.
09:49Gitu ya.
09:52Selanjutnya,
09:54terkait dengan ini.
09:57Saya melihat alur, tadi presentasinya bagus-bagus ya.
10:00Tapi alur penyediaan makanannya saya masih merasa ini masih panjang.
10:05Masih panjang.
10:06Jadi kalau tadi Bu Em bilang,
10:08bisa nggak kita punya alat tes yang kita taruh di dapur untuk mengecek apakah makanan tersebut mengandung bakteri atau tidak.
10:15Masalahnya titik potensi kontaminasinya banyak Pak.
10:21Lebih dari satu.
10:22Bisa di dapur, bisa di kendaraan, bisa ketika makanan menunggu di sekolah, bisa juga ketika di meja anak.
10:31Titik potensi kontaminasinya banyak.
10:34Sehingga saya tetap masih merasa pola yang tadi disampaikan Dr. Gamal itu mungkin terbaik ya.
10:44School kitchen, jurnalnya juga sudah ada.
10:49Saya ingin spesifik menanyakan ini kepada Pak Menkes dan Pak Kepala Badan POM.
10:56Kalau kita menerapkan school based kitchen, keuntungan dan kelemahannya apa Pak?
11:03Khusus Pak Menkes kan punya teman-teman nih, punya pembantu-pembantu yang memang ahli-ahli kesehatan dan ahli gizi.
11:10Bapak bisa menjawab kepada kita.
11:11Sehingga ini bisa menjadi sesuatu yang kita pertimbangkan.
11:14Saya nggak akan berceramah soal ini, karena ini sudah saya sampaikan berulang kali di forum ini dan berbagai forum di luar sana.
11:20Tetapi saya ingin pendapat yang jujur dari seorang Menteri Kesehatan dan Kepala Badan POM terkait penerapan pola ini.
11:27Karena kalau menurut saya, kita tinggal tiru saja kok negara-negara yang sudah berhasil menjalankan program seperti ini selama puluhan tahun.
11:36Jepang itu dimasak dan disajikan di sekolah, di China juga sama, dan di beberapa negara lain juga sama.
11:43Terakhir, saya ingin mengutip Bapak Presiden yang disampaikan beberapa hari lalu.
11:53Bahwa tidak sedikit ada banyak anak-anak kita yang masih makan nasi dengan garam.
12:00Jadi dari kalimat ini, saya paham betul bahwa niat mulia Bapak Presiden adalah bagaimana kita mengentaskan gizi buruk.
12:10Namun, dari sebaran dapur yang ada, saya belum melihat bahwa ini adalah prioritas dari program MBG saat ini.
12:20Saya berharap ke depan, atau mungkin segini, Bapak bisa enggak sampaikan ke kita,
12:27sebaran dapur-dapur yang sudah ada, apakah sudah merefleksikan yang disampaikan Bapak Presiden?
12:34Dalam arti begini, apakah sebaran dapur sudah banyak di wilayah 3T dan di daerah-daerah yang memiliki kerentanan terhadap gizi buruk?
12:42Karena kalau tidak, kalau hanya berpusat di kota-kota besar, maka tujuan niat mulia ini sulit untuk dicapai, Pak.
12:54Kalau ini belum, berarti ke depan saya berharap kita harus fokus membangun dapur-dapur dan menyediakan makanan
13:01untuk anak-anak kita yang ada di 3T, yang memang wilayah-wilayahnya rentan terhadap gizi buruk.
13:07Pak Menkes punya datanya tuh, se-Indonesia, wilayah mana saja yang ekstrim, kemiskinan ekstrim dan rentan terhadap gizi buruk.
13:17Fokus di sana, bukan fokus di tempat-tempat yang orangnya mungkin banyak yang mampu,
13:23hanya karena infrastrukturnya lebih siap untuk mendirikan dapur.
13:27Tapi saya berharap ke depan prioritas seperti itu.
13:29Saya kaget sih kemarin tiba-tiba dapat berita, cucunya Prof. Mahfud terkena keracunan juga.
13:38Kan harusnya orang mampu ya, bukan menjadi prioritas penerima manfaat untuk program MBG.
13:45Itu dari saya Bapak-Ibu, sekali lagi Pak Dadan, Pak Menkes, Pak Kepala Bepom, Pak Kementeri Kemenduk Bangga,
13:54kita semua pasti mendukung kok, program ini akan dan harus berhasil.
13:59Dan jangan alergi terhadap kritik, karena dengan mengkritik kita ini sayang sama program MBG.
14:07Karena kita semua punya tujuan yang sama, memastikan ke depan Indonesia, generasi muda Indonesia harus lebih baik lagi.
14:13Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.