Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
  • 1 hari yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris mengaku terkejut saat mendengar kabar bahwa cucu dari eks Menko Polhukam, Mahfud MD, mengalami keracunan usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurut Charles, seharusnya cucu Mahfud MD bukanlah prioritas penerima manfaat MBG.

"Saya kaget sih kemarin tiba-tiba dapat berita cucunya Prof. Mahfud terkena keracunan juga. Kan harusnya orang mampu ya? Bukan menjadi prioritas penerima manfaat untuk program MBG," kata Charles saat rapat kerja bersama Kepala BGN Dadan Hindayana hingga Menkes Budi Gunadi Sadikin, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga Kepala BGN Jawab Usulan Anggota DPR Hapus Kata Gratis pada MBG di https://www.kompas.tv/nasional/620713/kepala-bgn-jawab-usulan-anggota-dpr-hapus-kata-gratis-pada-mbg



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/620715/anggota-dpr-ke-kepala-bgn-saya-kaget-cucu-mahfud-md-juga-keracunan-mbg
Transkrip
00:00Baik, terima kasih Ibu Ketua.
00:04Pak Menteri Kesehatan, Pak Menteri Kemenduk Bangga,
00:08Pak Kepala Bepom, Pak Kepala BGN beserta jajaran,
00:12Bapak-Ibu pimpinan dan anggota Komisi 9 DPR yang saya hormati.
00:16Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
00:18Salam sejahtera untuk kita semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.
00:23Bapak-Ibu, saya rasa di sini tidak ada yang meragukan tujuan dan niat baik
00:29dari program ini.
00:31Dan saya rasa semua, kita semua setuju tujuan dari program ini
00:37bagaimana ke depan kita harus bisa mengentaskan gizi buruk di Indonesia.
00:43Namun tentunya niat baik dan tujuan baik harus diikuti juga dengan pelaksanaan yang baik,
00:49koordinasi yang baik.
00:52Kami di Komisi 9, saya rasa Bapak-Ibu semua kita ingat ya,
00:55dari awal sudah mengingatkan kepada BGN untuk bisa berkoordinasi dengan baik
01:00dengan lembaga-lembaga lainnya.
01:04Bahkan dengan badan POM itu kita masukkan dalam kesimpulan rapat, Pak.
01:08Kesimpulan kita masukkan bahwa harus ada kerjasama,
01:11tetapi kesimpulan dimasukkan beberapa minggu berjalan juga kerjasamanya
01:16hanya sebatas mengizinkan badan POM untuk memberikan pelatihan.
01:19Sampai kejadian, kasus keracunan, kasus keracunan, kasus keracunan.
01:25Nah sekarang ini kan kalau saya lihat dari press conference yang terjadi kemarin,
01:29yang dipimpin oleh Pak Menko, sepertinya sudah ada kesepakatan,
01:32ada kesepahaman bahwa lembaga-lembaga ini harus bisa bekerjasama dengan baik
01:38untuk memastikan program ini bisa sukses.
01:42Saya berharap hal ini bisa terjadi, walaupun kalau kita lihat hari ini saja
01:48angka keracunan pangan, angkanya saja tidak bisa sepakat, Pak.
01:54Angkanya Kemenkes 9.492, angkanya Badan POM 9.089,
02:02angkanya BGN 6.457.
02:06Angka saja tidak bisa seragam.
02:09Oh mohon maaf, kalau dari BGN bukan keracunan makanan lagi,
02:13tapi terminologinya apa tadi?
02:16Gangguan pencernaan, mohon maaf.
02:20Jadi saya berharap itu.
02:22Kalau kerjasama tidak bisa dibangun dengan baik,
02:25maka public trust terhadap program ini akan semakin turun, Pak.
02:31Saya rasa kita semua punya media sosial ya.
02:34Kalau kita buka sosmed hari-hari ini, ini seperti yang disampaikan Ibu Em tadi ya.
02:40Banyak itu berseliuran konten-konten, ya termasuk ajakan untuk menolak MBG.
02:48Ini buat saya sangat-sangat menyedihkan.
02:51Kita kan mau program ini berhasil.
02:53Tapi kalau ini dibiarkan, maka tanpa ada kampanye negatif pun,
02:58masyarakat bisa saja sudah takut untuk mengizinkan anaknya mengkonsumsi MBG.
03:05Konten-kontennya banyak, Pak. Lucu-lucu.
03:08MBG itu sekarang dipelesetin.
03:10Bukan makan bergizi gratis,
03:12tapi makan beracun gratis,
03:14makan belatung gratis,
03:16makanan apa lagi?
03:17Makanan berbahaya dan lain-lain lah.
03:20Pada dan ini lumayan populer loh, Pak, sekarang di media sosial.
03:23Fotonya banyak beredar gitu kan, ada teksnya kepala BGN, ahli, serangga,
03:30makanya bisa ada belatung gitu kan, di nasi MBG.
03:35Lucu-lucu.
03:36Tapi ini sedih, saya sedih melihat ini.
03:39Jadi harus ada hal besar yang dirubah,
03:42harus ada langkah-langkah besar yang dilakukan
03:45untuk bisa mengembalikan kepercayaan publik, Pak, terhadap program MBG ini.
03:50Oke, yang pertama dari saya.
03:53Untuk Pak Menkes,
03:55saya menyimak,
03:56saya menyimak apa yang Bapak sampaikan
03:59terkait dengan SLHS,
04:03bahwa Kementerian Kesehatan
04:05akan mempercepat proses SLHS.
04:10Ini bagus sih.
04:11Sebetulnya buat saya bahwa ada keinginan
04:13untuk memastikan semua dapur sekarang punya SLHS.
04:17Tapi kalimatnya Pak Bapak ini membuat saya juga menjadi was-was.
04:21mempercepat jangan sampai mengurangi kualitas, Pak.
04:25Saya punya dua dokumen nih, Pak.
04:29Yang pertama adalah
04:30Inspeksi Kesehatan Lingkungan SPPG,
04:34ini yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Lingkungan,
04:38kesehatan lingkungan yang biasa digunakan untuk jasa boga.
04:41Dan dua dokumen ini ternyata tidak sama.
04:44Banyak yang kalau dalam industri makanan biasa itu ada,
04:48kalau untuk SPPG dihilangkan, tidak ada.
04:51Contoh, persyaratan tentang sistem drainase di area luar bangunan,
04:57lalu persyaratan apa ini, teknis lah, banyak sekali teknis.
05:01Penggunaan APD, pencahayaan ruangan,
05:03terdapat tempat sampah di penyimpanan umum,
05:06lalu pencucian peralatan terpisah dengan area,
05:08dan lain-lain, dan lain-lain.
05:10Jadi banyak yang ada di industri makanan,
05:13atau di dapur pada umumnya,
05:15tetapi kenapa SPPG tidak ada hal-hal yang seperti ini.
05:17Jangan sampai kualitas dari SLHS yang dikeluarkan
05:23diburu-buru dan juga akhirnya dibuat lebih tidak ketat.
05:29Sehingga ke depan bisa saja keracunan terjadi kembali.
05:32Karena apa Pak?
05:33Saya hari-hari ini kok merasa seperti kembali ke zaman pandemi COVID Pak.
05:38Kalau dulu itu kita melihat setiap hari nungguin angka,
05:42angka yang bertambah setiap harinya terkena infeksi COVID berapa banyak.
05:47Hari-hari ini, setiap hari kita nungguin hari ini kejadian keracunan di mana lagi.
05:53Dua hari lalu di Ciamis, sama di Lampung,
05:57kemarin di Jakarta, sama di Garut.
06:00Hari ini mau di mana lagi Pak?
06:02Maka dari itu Pak, SLHS jangan diterbitkan asal-asalan.
06:06Saya minta SLHS dibuat ketat, sehingga dapur-dapur juga mengikutinya dengan baik.
06:13Selanjutnya terkait dengan UPF, Ultra Process Food.
06:18Minggu lalu ketika kita mengundang teman-teman ahli gizi dan pemerhati MBG,
06:24banyak masukan terkait dengan UPF, Ultra Process Food.
06:26Saya sangat semangat sebetulnya ketika mendengarkan Ibu Nani mewawancar di media,
06:32bahwa BGN akan melarang Ultra Process Food untuk disajikan kepada anak-anak.
06:38Tetapi tiba-tiba keluar lagi surat dari Bapak Dr. Tigor,
06:44Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola,
06:48bahwa, ini saya bacakan ya,
06:51merespons masukan dan pendapat dari DPR, pengamat maupun masyarakat
06:56mengenai penggunaan Ultra Process Food dalam menu MBG.
06:59Dengan ini disampaikan beberapa ketentuan sebagai berikut,
07:02bahwa penggunaan produk biskuit, roti, cereal, sosis, nugget mengutamakan produk lokal.
07:09Olahan daging, sosis, nugget, burger mengutamakan produk lokal atau UMKM.
07:14Maksud saya gini Pak, Bapak Ibu di BGN ngerti gak sih Ultra Process Food itu apa?
07:19Berarti kan ini bukan melarang penggunaan Ultra Process Food,
07:23tetapi Ultra Process Foodnya harus dibeli lewat UMKM gitu kan.
07:29Yang kita inginkan adalah tidak lagi menggunakan Ultra Process Food Pak.
07:34Saya minta Bapak menanggap ini nih, ada komitmen gak dari BGN ke depan,
07:39bahwa Ultra Process Food harus hilang dari menu yang kita sajikan buat anak-anak kita.
07:45Karena Ultra Process Food mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi.
07:49Bapak mungkin konsultasi ini sama sebelahnya nih,
07:52sama Kepala Badan POM dan dari Kementerian Kesehatan.
07:55Yang saya tahu memang kan, tadi Pak Menkes juga sudah presentasikan,
08:00ada standarisasi gizi dan makanan yang dibuat oleh Dirjen Kesmas.
08:12Oke, berikutnya terkait dengan, tadi sudah disampaikan beberapa anggota,
08:18kita berharap bahwa masyarakat bisa melakukan, menyampaikan laporan dengan mudah.
08:27Saya mengikuti bahwa Bu Nani juga menyampaikan ke publik bahwa BGN sekarang sudah punya hotline.
08:33Yes, ini langkah awal yang baik.
08:36Tapi saya berharap bahwa BGN mungkin bersama-sama dengan Badan POM dan Kementerian Kesehatan
08:42bisa membuat tempat pengaduan bisa web-based, bisa juga menggunakan aplikasi
08:48yang bisa diakses secara real-time oleh publik.
08:53Contoh, saya adalah guru atau orang tua murid,
08:56saya menemukan makanan yang menurut saya tidak layak,
08:59saya foto, segera langsung saya upload dan bisa dilihat di web atau di aplikasi.
09:06Sehingga kita, teman-teman di DPR, masyarakat umum,
09:10bisa ikut melakukan pengawasan.
09:14Dan Bapak-Ibu, saya berharap BGN juga punya SOP.
09:17Begitu laporan masuk, satu kali sekian jam sudah harus diselesaikan.
09:22Termasuk diverifikasi apakah laporan ini verified,
09:26betul-betul memang ada kejadian seperti ini,
09:28atau ini ada hoax nih, masyarakat mungkin mencoba menciptakan hoax.
09:33Dalam hitungan jam, BGN sudah harus memverifikasi.
09:36Artinya apa?
09:36Saya berharap kita bisa semua lebih terbuka dan transparan.
09:42Karena keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat akan membantu BGN untuk mensukseskan program MBG ini.
09:49Gitu ya.
09:52Selanjutnya,
09:54terkait dengan ini.
09:57Saya melihat alur, tadi presentasinya bagus-bagus ya.
10:00Tapi alur penyediaan makanannya saya masih merasa ini masih panjang.
10:05Masih panjang.
10:06Jadi kalau tadi Bu Em bilang,
10:08bisa nggak kita punya alat tes yang kita taruh di dapur untuk mengecek apakah makanan tersebut mengandung bakteri atau tidak.
10:15Masalahnya titik potensi kontaminasinya banyak Pak.
10:21Lebih dari satu.
10:22Bisa di dapur, bisa di kendaraan, bisa ketika makanan menunggu di sekolah, bisa juga ketika di meja anak.
10:31Titik potensi kontaminasinya banyak.
10:34Sehingga saya tetap masih merasa pola yang tadi disampaikan Dr. Gamal itu mungkin terbaik ya.
10:44School kitchen, jurnalnya juga sudah ada.
10:49Saya ingin spesifik menanyakan ini kepada Pak Menkes dan Pak Kepala Badan POM.
10:56Kalau kita menerapkan school based kitchen, keuntungan dan kelemahannya apa Pak?
11:03Khusus Pak Menkes kan punya teman-teman nih, punya pembantu-pembantu yang memang ahli-ahli kesehatan dan ahli gizi.
11:10Bapak bisa menjawab kepada kita.
11:11Sehingga ini bisa menjadi sesuatu yang kita pertimbangkan.
11:14Saya nggak akan berceramah soal ini, karena ini sudah saya sampaikan berulang kali di forum ini dan berbagai forum di luar sana.
11:20Tetapi saya ingin pendapat yang jujur dari seorang Menteri Kesehatan dan Kepala Badan POM terkait penerapan pola ini.
11:27Karena kalau menurut saya, kita tinggal tiru saja kok negara-negara yang sudah berhasil menjalankan program seperti ini selama puluhan tahun.
11:36Jepang itu dimasak dan disajikan di sekolah, di China juga sama, dan di beberapa negara lain juga sama.
11:43Terakhir, saya ingin mengutip Bapak Presiden yang disampaikan beberapa hari lalu.
11:53Bahwa tidak sedikit ada banyak anak-anak kita yang masih makan nasi dengan garam.
12:00Jadi dari kalimat ini, saya paham betul bahwa niat mulia Bapak Presiden adalah bagaimana kita mengentaskan gizi buruk.
12:10Namun, dari sebaran dapur yang ada, saya belum melihat bahwa ini adalah prioritas dari program MBG saat ini.
12:20Saya berharap ke depan, atau mungkin segini, Bapak bisa enggak sampaikan ke kita,
12:27sebaran dapur-dapur yang sudah ada, apakah sudah merefleksikan yang disampaikan Bapak Presiden?
12:34Dalam arti begini, apakah sebaran dapur sudah banyak di wilayah 3T dan di daerah-daerah yang memiliki kerentanan terhadap gizi buruk?
12:42Karena kalau tidak, kalau hanya berpusat di kota-kota besar, maka tujuan niat mulia ini sulit untuk dicapai, Pak.
12:54Kalau ini belum, berarti ke depan saya berharap kita harus fokus membangun dapur-dapur dan menyediakan makanan
13:01untuk anak-anak kita yang ada di 3T, yang memang wilayah-wilayahnya rentan terhadap gizi buruk.
13:07Pak Menkes punya datanya tuh, se-Indonesia, wilayah mana saja yang ekstrim, kemiskinan ekstrim dan rentan terhadap gizi buruk.
13:17Fokus di sana, bukan fokus di tempat-tempat yang orangnya mungkin banyak yang mampu,
13:23hanya karena infrastrukturnya lebih siap untuk mendirikan dapur.
13:27Tapi saya berharap ke depan prioritas seperti itu.
13:29Saya kaget sih kemarin tiba-tiba dapat berita, cucunya Prof. Mahfud terkena keracunan juga.
13:38Kan harusnya orang mampu ya, bukan menjadi prioritas penerima manfaat untuk program MBG.
13:45Itu dari saya Bapak-Ibu, sekali lagi Pak Dadan, Pak Menkes, Pak Kepala Bepom, Pak Kementeri Kemenduk Bangga,
13:54kita semua pasti mendukung kok, program ini akan dan harus berhasil.
13:59Dan jangan alergi terhadap kritik, karena dengan mengkritik kita ini sayang sama program MBG.
14:07Karena kita semua punya tujuan yang sama, memastikan ke depan Indonesia, generasi muda Indonesia harus lebih baik lagi.
14:13Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dianjurkan

2:02
Selanjutnya