Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar hukum tata negara, Refly Harun menilai jika kasus ijazah Jokowi-Gibran terungkap maka dinasti Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) berakhir.

Ia mengatakan bahwa hal itu yang menjadikan Jokowi masih mempertahankan relawannya agar masa depan politiknya cerah.

"Buat apalagi ada relawan, maka saya mengatakan dia (Jokowi) sedang memegang relawannya dan sedang berusaha memegang Prabowo agar masa depan politiknya masih cerah. Tapi persoalannya adalah jika kasus ijazah terungkap, juga termasuk ijazah Gibran terungkap, maka saya mengatakan end game," ujar Refly, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Baca Juga Blak-blakan! Pakar Nilai Jokowi Lakukan Siasat Politik usai Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode di https://www.kompas.tv/nasional/619783/blak-blakan-pakar-nilai-jokowi-lakukan-siasat-politik-usai-dukung-prabowo-gibran-2-periode

#jokowi #reflyharun #prabowo

Produser: Ikbal Maulana
Thumbnail: Lintang

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/619784/analisa-menohok-refly-harun-vs-relawan-jokowi-soal-dukungan-prabowo-gibran-2-periode
Transkrip
00:00Satu kalimat yang keluar dari seorang Jokowi.
00:02Oke, Bang Refli, pernyataan dari Pak Jokowi dianggap normatif dan kayaknya nggak perlu ditakutin, nggak perlu heboh gitu lah.
00:09Yang takut siapa?
00:12Jangan-jangan yang takut Kompas TV ya kan?
00:15Nggak.
00:15Karena kita diundang di sini untuk membahas ya, maka saya menghormati Kompas TV yang melihat ini adalah sebuah bahasan politik yang menarik untuk dibahas, kan itu.
00:26Jadi ada pernyataan dari seorang Jokowi.
00:30Saya hormati dia sebagai mantan presiden, pernyataan dari Buk Mega, dari Jokowi, dari SBY, itu kan pernyataan-pernyataan yang tentu akan jadi highlight, ya kan.
00:41Jadi biasa saja, tetapi begini, kita harus melihatnya dari sisi analisis politiknya.
00:47Nah, analisis politiknya begini, apakah ketika Jokowi menyampaikan ini, dia dalam kondisi yang pede atau dalam kondisi yang tidak yakin sesungguhnya?
00:57Kan itu yang paling penting, psikologi dibalik itu.
01:01Kalau dikembali kepada Andres Pereira, wah ini kelihatannya dia mau menghindari masalah, ya kan, dengan tetap memegang atau memeluk Prabowo Subianto.
01:10Maka kita harus melihat itu, apakah dia cukup pede, sehingga dia ngomong, saya minta, kalau bahasanya begitu kan, Prabowo tetap dengan Gibran,
01:22atau dia mengharap, wah mudah-mudahan Prabowo tetap memakai anak saya dan lain sebagainya, misalnya begitu.
01:27Nah, saya melihat ada dua hal, ya.
01:31Pertama, bahwa yang tidak bisa dimungkiri adalah penguasa yang tidak berkuasa lagi, kekuasanya itu makin lama akan makin surut.
01:40Itu tidak bisa dimungkiri, itu kan sudah hukum alam.
01:43Maka kita lihat resafel, misalnya, walaupun resafel tersebut ada kontroversinya, misalnya, setelah dicopot, eh diangkat lagi jadi komisaris, misalnya.
01:54Hari ini berkunjung ke Solo, misalnya, untuk melapor dan lain sebagainya.
01:58Tapi kita melihat bahwa Prabowo sudah mulai, sedikit demi sedikit, melakukan pergeseran-pergeseran.
02:06Yang paling kentara adalah bagaimana pengelolaan dan penguasaan BUMN di situ.
02:12Karena itulah yang namanya pundi-pundi uang negara.
02:16Jadi, dia tidak ingin lagi ada dualisme, ya kan?
02:21Dualisme pengaruh.
02:22Dia pengen satu, satu pintu, dan itu adalah dana antara BUMN.
02:26Saya bayangkan nanti jangan-jangan kementerian BUMN dibubarkan, jangan-jangan.
02:29Cuma ada dana antara saja.
02:30Nah, di sisi lain, Jokowi tentu melihat ini.
02:36Kalau dia tidak perintahkan relawannya dari awal-awal untuk konsolidatif,
02:42jangan-jangan bubar satu demi satu, kan?
02:44Kan kita juga lucu mengatakan, kok ada relawan Jokowi?
02:49Padahal sudah dua periode tidak lagi bisa mencalonkan diri sebagai presiden,
02:54dan juga wakil presiden, karena dilarang oleh putusan Mahkamah Konstitusi, kan?
02:58Jadi, buat apa lagi ada relawan seperti itu?
03:01Maka, saya mengatakan, dia sedang memegang relawannya,
03:05dan sedang berusaha tetap memegang Prabowo,
03:09agar masa depan politiknya itu masih cerah.
03:12Tetapi persoalannya adalah,
03:15kalau misalnya kasus ijasa terungkap, misalnya,
03:18kemudian termasuk juga kasus ijasa Gibran terungkap,
03:22maka saya mengatakan ya endgame bagi Jokowi dan katakanlah dinasti politiknya.
03:30Dan itu, saya kira, akan mengubah konsolasi politik.
03:35Nah, tambahan yang kedua adalah begini,
03:38politik itu, uncertainty-nya tinggi sekali.
03:42Jadi, walaupun Anda bikin statement yang menurut sebagian orang tidak etis,
03:48Belanda masih jauh, kan begitu,
03:49Tetapi, kan, dia juga pasti menghitung.
03:53Tidak mungkin SBY tidak ingin memajukan AHY.
03:56Tidak mungkin Zulkifli Hasan tidak pernah tertarik dan lain sebagainya.
03:59Tandul di situ, Bang.
04:00Saya ke Bang Nyo dulu.
04:01Banyak problem.
04:02Ada tanda-tanda endgame,
04:04sehingga keluarlah pernyataan seorang Jokowi.
04:08Saya, Mbak.
04:08Iya, dong.
04:08Iya, saya pikir itu hayalan Bung Revli aja, kan.
04:17Jadi, yang harus dicermati begini,
04:21yang tadi saya katakan bahwa
04:22Jokowi batuk aja itu selalu direspon oleh
04:26baik itu pengamat maupun
04:28orang-orang yang akan masuk pada kontes tasu di 2029.
04:33Sehingga setiap langkah geliat statement-statement Jokowi itu
04:37selalu diikuti secara cermat,
04:39bahkan cenderung untuk dimanipulasi.
04:42Supaya, pertama, mendelegitimasi
04:44sosok integritas dan pengaruh Jokowi yang luar biasa itu,
04:50kalau kita lihat semua sampai hari ini,
04:51hampir setiap hari digang sempit rumah Jokowi itu
04:54penuh sesak dengan orang.
04:56Tidak ada seorang mantan presiden
04:59yang sudah turun,
05:00yang orang terus berbondong-bondong.
05:02itu bukan sebuah rekayasa.
05:04Datang dari Papua sampai Medan,
05:06sampai Aceh itu datang ke sana setiap hari.
05:08Dan saya pikir sering disiarkan oleh media-media nasional juga.
05:11Jadi, itu bukan sebuah rekayasa.
05:13Yang berikut yang saya mau katakan adalah,
05:16pertama begini,
05:20setiap kontestasi,
05:22itu kan ujiannya ada pada uji publik ya.
05:25Uji publik itu ada pada eleksion.
05:28Pencoblosan hari H.
05:29Jadi, mungkin kita juga mengingatkan
05:32kepada semua teman-teman ya,
05:34yang punya jagoan 2029,
05:37membangun sebuah opini,
05:39sebuah narasi untuk misalnya
05:40memarketing figur-figur terbaik
05:42anak bangsa ini.
05:44Saya mau katakan gini,
05:45ada dua syarat ya,
05:46ketika kita teori marketing itu.
05:49Tawarkanlah produk-produk
05:51yang punya nilai komparatif,
05:53yang kedua yang punya nilai kompetitif,
05:55maka pasar akan merespon.
05:57Oke, baik.
05:58Saya ke Bang Adian.
05:59Lalu dulu sedih, satu menit.
06:01Apa dulu?
06:02Sekarang aja,
06:03saya punya pertanyaan.
06:04Kalau setiap saat,
06:04kita hanya bicara mengenai kontestasi politik,
06:08baru setahun pemerintahan,
06:09kapan kita membangunnya?
06:10Kapan pesan konstitusi itu
06:12akan terjawantakan,
06:14memajukan kesejahteraan umum,
06:15dan lain sebagainya,
06:16ketika Anda baru bekerja berapa bulan?
06:19Belum setahun.
06:20Tiba-tiba sudah berpikir kontestasi.
06:21Oke, terlalu dini.
06:22Terlalu dini, bro.
06:24Jadi kapan,
06:26ini yang kita lihat bahwa
06:27arahan dari Jokowi,
06:29ini apakah memang untuk menyelamatkan keluarganya
06:32dari isu ijazah,
06:33dan juga kita lihat pemakzulan,
06:36nanti Bang Adian jawab,
06:37boleh lihat.
06:38Sekarang kembali, saudara.

Dianjurkan