Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
TAPANULI TENGAH, KOMPAS.TV - Dua pekan pascabanjir bandang yang menerjang wilayah Tapanuli Tengah, nyatanya masih ada desa yang terisolasi dan sulit mendapat bantuan.

Bersama TNI, jurnalis Kompas TV, Nanda Aprilia, berjalan menembus jalur terisolasi demi bisa mengirimkan bantuan untuk warga.

Perjalanan yang panjang dan tak mudah menuju ke Desa Mardame Tapanuli Tengah. Desa yang masih terisolasi dan minim bantuan.

Perlanaan kami mulai dari Kelurahan Nauri yang sudah bisa diakses sebelumnya. Bersama pasukan Yonif 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimba Raya Kodam 1 Bukit Barisan, saya dan juru kamera Andika Ahadiat berjalan kaki menuju ke Desa Mardame.

Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan salah satu warga Desa Mardame yang harus berjalan ke desa lain demi mendapatkan bantuan.

Butuh waktu hampir satu hari agar kami bisa tiba di Desa Mardame. Kami pun harus bermalam di desa ini.

Pagi saya di Desa Mardame diawali dengan cerita yang mengharukan, mendegar cerita warga yang belum mendapat bantuan sejak bencana terjadi.

Pasukan Yonif 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimba Raya Kodam 1 Bukit Barisan pun langsung membuat landasan darurat agar helikopter bisa mendarat dan menyalurkan bantuan.

Setelah menunggu, akhirnya helikopter yang membawa bantuan pun tiba. Kebahagiaan warga Desa Mardame di Tapanuli Tengah tak terbendung, tak sedikit warga yang menitikkan air mata karena akhirnya bantuan datang ke desa mereka.

Kebahagiaan warga Desa Mardame tentu jadi kebahagiaan tersendiri bagi saya, juru kamera Andika Ahadiat, dan pasukan Yonif 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimba Raya Kodam 1 Bukit Barisan. Perjuangan kami menembus jalur terisolasi berbuah bahagia bagi warga desa yang akhirnya mendapat bantuan.

Baca Juga Bupati Aceh Selatan Minta Maaf Usai Umrah Pascabencana di Daerahnya, Janji Tak Akan Terulang di https://www.kompas.tv/regional/636268/bupati-aceh-selatan-minta-maaf-usai-umrah-pascabencana-di-daerahnya-janji-tak-akan-terulang

#bencanacumatera #banjir #tapanulitengah #bantuan

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/636278/bersama-tni-jurnalis-kompastv-berjalan-menembus-desa-terisolasi-di-tapteng-demi-salurkan-bantuan
Transkrip
00:00Terima kasih masih di Sahapan Indonesia Pagi bersama saya Mario Sarong.
00:02Saudara dua pekan pasca banjir bandang yang menerjang wilayah Tapanuli Tengah.
00:07Nyatanya masih ada desa yang terisolasi dan sulit mendapat bantuan.
00:11Bersama TNI, Jurnalis Kompas TV, Nanda Aprilia.
00:14Berjalan menembus jalur terisolasi demi bisa mengirimkan bantuan untuk warga.
00:22Sepanjang jalan beginilah kondisi yang kami lewati.
00:24Perjalanan yang panjang dan tak mudah menuju ke desa Mardame Tapanuli Tengah.
00:34Desa yang masih terisolasi dan minim bantuan.
00:37Dan saya akan ikut untuk menembus ke jalur selanjutnya.
00:43Karena tidak hanya di Nauli ini saja saudara, saya akan bergerak menuju ke Mardame.
00:49Kemudian ke titik lainnya, untuk kemudian menuju titik akhirnya ke Sibolga.
00:54melalui jelur darat dan dibuka melalui jelur darat.
00:57Ikuti perjalanan saya.
01:00Perjalanan kami mulai dari Kelurahan Nauli yang sudah bisa diakses sebelumnya.
01:06Bersama pasukan UNIF 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimbar Raya Kodam 1 Bukit Barisan,
01:12saya dan juru kamera Andika Ahadian berjalan kaki menuju ke desa Mardame.
01:18Kurang lebih sudah 2 km kami berjalan dari Kelurahan Nauli.
01:23Sekarang sudah masuk ke desa Mardame.
01:28Sepanjang jalan beginilah kondisi yang kami lewati saudara.
01:33Sekalinya ada jalan setapak ataupun begini, jalan benar-benar tertutup oleh material longsor.
01:41Bahkan tadi butuh perjuangan sekali.
01:45Bahkan kalau keadaannya hujan seperti ini sangat licin,
01:50masyarakat bergerak ke sana kemari tentunya sangat membahayakan.
01:53Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan salah satu warga desa Mardame
02:00yang harus berjalan ke desa lain demi mendapatkan bantuan.
02:04Bantuan makanan sudah didapatkan?
02:07Apa ibu mesti jalan dulu ke makanan?
02:09Harus jalan ke Persikaman.
02:10Harus jalan ke Persikaman.
02:11Dari Mardame?
02:12Dari Mardame.
02:13Karena kalau di Lampa kan sudah ini,
02:15sudah berapa kali heli di situ berhenti.
02:19Tapi kalau di kami, mungkin karena lapangannya nggak ada,
02:22jadi nggak ada yang pernah di sini.
02:24Di sini pengalim susah.
02:27Butuh waktu hampir satu hari agar kami bisa tiba di desa Mardame.
02:32Kami pun harus bermalam di desa ini.
02:398 Desember 2025,
02:42saudara saya melaporkan dari salah satu desa yang masih terisolir di Tapanuli Tengah,
02:46tepatnya di desa Mardame.
02:47Pagi saya di desa Mardame diawali dengan cerita yang mengharukan.
02:53Mendengar cerita warga yang belum mendapat bantuan sejak bencana terjadi.
02:59Rumah tidak bisa ditempat ibu karena bencana yang menimpa daerah kami.
03:04Dan kami berharap secepat mungkin bisa pulih kembali.
03:09Dan kami berterima kasih kepada yang turun serta membantu daerah kami ini.
03:14Dan mudah-mudahan kami bisa kembali ke rumah kami.
03:18Kami terima kasih banyak atas bantu-bantuan dari pihak yang berkaitan untuk pada kami.
03:27Kami sangat mengharapkan.
03:30Pasukan Yonif 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimbar Raya Kodam 1 Bukit Barisan pun
03:38langsung membuat landasan darurat agar helikopter bisa mendarat dan menyalurkan bantuan.
03:45Di desa ini, namanya desa Mardame, berdasarkan keterangan dari kepala desa maupun warga,
03:51di sini belum pernah diturunkan bantuan melalui heli.
03:55Karena memang di sini termasuk susah untuk mencari area yang standar untuk pendaratan heli.
04:03Setelah menunggu, akhirnya helikopter yang membawa bantuan pun tiba.
04:17Kebahagiaan warga desa Mardame di Tapanuli Tengah tak terbendung.
04:21Tak sedikit warga yang menitikan air mata, karena akhirnya bantuan datang ke desa mereka.
04:27Bukan terbantu ya.
04:57Kebahagiaan warga desa Mardame tentu jadi kebahagiaan tersendiri bagi saya.
05:11Juru kamera Andika Hadiat dan pasukan Yonif 122 Tombak Sakti Brigif 7 Rimbar Raya Kodam 1 Bukit Barisan.
05:19Perjuangan kami menembus jalur terisolasi berbuah bahagia bagi warga desa yang akhirnya mendapat bantuan.
05:28Nanda Aprilia, Andika Hadiat, Kompas TV, Tapanuli Tengah.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan