Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
JAKARTA, KOMPAS.TV - Usai pengesahan APBN 2026, Menkeu Purbaya mengatakan pertambahan utang negara nantinya tidak akan besar, karena ia fokus mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.

Sebelumnya, DPR mengesahkan APBN 2026 Rancangan Menkeu Purbaya di Ruang Rapat Paripurna DPR pada Selasa (23/9/2025).

Ketua DPR Puan Maharani mengesahkan APBN 2026 rancangan Menkeu Purbaya.

Menkeu Purbaya mengatakan APBN 2026 didesain untuk mendorong aktivitas ekonomi berputar lebih cepat dan tumbuh lebih tinggi.

Baca Juga Menkeu Purbaya Minta DPR Bantu Awasi APBN 2026: Jangan Ekonomi Mau Runtuh, Baru Kita Tahu di https://www.kompas.tv/nasional/619072/menkeu-purbaya-minta-dpr-bantu-awasi-apbn-2026-jangan-ekonomi-mau-runtuh-baru-kita-tahu

#menkeupurbaya #apbn2026 #dpr
_

Sahabat KompasTV, apa pendapat kalian soal berita ini? Komentar di bawah ya!

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/619142/apbn-2026-disahkan-menkeu-purbaya-yakin-utang-negara-tak-akan-bertambah-terlalu-besar
Transkrip
00:00Artinya, antaranya saya bilang harus dimanage secara kontrasi kebijak dan kontrasi kekal dalam penelitian gini.
00:07Kalau ekonomi kekencengan ya gak usah kebanyakan utangnya, tapi kalau ekonomi butuh stimulus ya kita kasih stimulus dari ekonomi
00:14dan mungkin dalam hal itu akan harus menambah utang.
00:18Jadi itu utamanya, jadi batas-batas utang itu harusnya gak rigid, tapi tergantung pada kondisi ekonomi.
00:28Tapi kalau saya lihat ke depan, harusnya kita gak akan terpaksa menambahkan utang lebih.
00:34Karena saya akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat, sehingga dengan kondisi yang dengan APB yang sama,
00:41saya akan mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan pendapatan pajak yang lebih tinggi.
00:46Jadi harusnya saya tidak akan utang terlalu besar.
00:49Mungkin saya pikirkan ada kemungkinan utang yang saya isu, yang saya terbitkan tidak akan sebesar yang ada di APBN.
01:00Nanti kita lihat semester pertama tahun depan, bagaimana realisasi pertumbuhan ekonominya.
01:06Saya pikir dengan memanage uang yang betul, yang baik, di mana uang pemerintah tidak mengganggu ekonomi,
01:14itu aja udah tambahan sedikit yang sublifikan ke pertumbuhan ekonomi, dan otomatis ke pendapatan pajak kita.
01:22Kalau saya gak salah hitung, setiap tumbuh 1%, tambahan tumbuh 1% ekonomi,
01:27saya dapat tambahan income sekitar Rp220 triliun atau lebih.
01:30Jadi itu yang kita kejar buat tambah setengah persen, income saya tambah Rp110 triliun.
01:38Jadi itu yang kita kejar nanti.
01:55Angkanya justru naik dari 2,48 jadi 2,68.
01:59Nah ini gimana caranya supaya bridgingnya nanti bisa 0% Pak, karena market juga butuh kepastian kan soal itu.
02:06Anda tadi dengar demokrat usulnya apa dari Pak Said, biaya kesan dan kontrol siklikal.
02:13Itu tadi.
02:15Kalau lagi butuh kita dorong, tapi kalau yang gak butuh kita kurangi.
02:18Kalau seperti sekarang, karena seperti sekarang, saya potong semua, saya belanja daerah gak saya tambah.
02:23Yang lain-lain saya potong, ketika ekonomi lagi melambat, akibatnya apa?
02:27Anda udah lihat kan beberapa yang lalu ada yang mau besar-besaran.
02:30Anda mau itu.
02:31Jadi si pemeringkat harus memikirkan itu juga.
02:35SNP dan lain-lain.
02:36Kita butuh stabilitas makron ekonomi dan sosial politik untuk membiayai pertumbuhan yang lebih cepat.
02:43Untuk memberi ruang bagi ekonomi untuk tumbuh lebih cepat.
02:49Kita harus lebih sedikit sekarang gak apa-apa.
02:51Toh masih di bawah 3%, kita jaga 3% kan.
02:54Jadi masih amat prudent.
02:57Kalau anda lihat ya, mana pelan pelajar ekonomi gak?
03:003% dan 60% itu berasal dari Maastricht Treaty, ikutan dari Eropa ya.
03:05Katanya itu adalah pegangan yang paling strik di dunia.
03:09Rasio utang ke PDB gak boleh dari 60%.
03:12Rasio defisit ke PDB setiap tahun gak boleh di atas 3%.
03:17Kita masih memegang itu dengan baik sekali walaupun keadaan seperti sekarang ya.
03:21Dengan masukan Pak Syed dan Pak Yhadi juga.
03:25Seperti itu.
03:26Kalau anda bandingkan dengan Eropa gimana?
03:28Jerman aja udah ambil 100% ke PDB.
03:31Amerika 120% lebih.
03:33Jepang 250% negara.
03:35Kita amat prudent.
03:37Jadi kalau nanti ada rating agency yang mempertanyakan itu,
03:43suruh bandingkan negara-negara yang lain, yang maju, yang jadi acuan dia.
03:49Habis itu suruh bawa cermin.
03:51Tapi target 0%-nya ya Pak?
03:53Ya.
03:54Tapi kalau target 0% yang diarahkan Presiden itu cara bridging.
03:58Kita lihat keadaan kalau mungkin ya mungkin.
04:01Saya sedang mencoba mengefisienkan, mengefektifkan pajak dan lain-lain.
04:08Dalam satu tahun ke depan penggelapan segala macem akan kita coba hilangin dengan secara sikir.
04:14Jadi kan, nanti kita lihat berapa langkah.
04:17Kalau udah efisien bener, berapa sih pendapatan pajak kita?
04:22Kamu bayar pajak nggak?
04:23Bayar.
04:23Bayar, bagus.
04:24Jadi gitu.
04:25Jadi rencana itu nggak rencana.
04:26Kalau nggak bisa dijalankan setelah tahun, ya nggak apa-apa.
04:32Kita geser pelan-pelan, tapi kita jelas arah kita menuju ke sana.
04:38Tapi kalau meleset dikit, ya nggak apa-apa.
04:40Kenapa?
04:40Lihat tuh negara-negara dunia lain semuanya.
04:42Lagi susah kan?
04:42Memang kita mau beda sendiri ya, terus hancur.
04:48Anda maunya apa?
04:49Kalau Anda pilih apa?
04:51Nah, gitu kan.
04:52Jadi harus dukung ya.
04:54Sekiranya.
04:55Selamat datang, Pak.
04:55Buang dapatin, Pak.
04:58Boleh, ngomongin ya, Pak.
04:59Pak Purbaya, Stefan Reuters, Pak.
05:02Pak, Anda di mana-mana ya?
05:04Kerja, Pak.
05:05Di istana, di Forkamp, di sini.
05:09Reuters, ya.
05:10Di mana-mana juga.
05:11Di mana-mana juga.
05:11Oh, gitu ya.
05:12Pak, ada dua pertanyaan, Pak.
05:14Pertama, Pak bilang kan ada peningkatan di TKD ya, Pak, untuk menjaga stabilitas.
05:17Tapi itu kan tetap lebih rendah dari 2025.
05:19Ada upaya lain nggak, Pak, untuk tetap, mereka merasakan hal yang sama seperti sebelumnya,
05:25supaya stabilitas tetap menjaga.
05:27Itu yang pertama, Pak.
05:28Yang kedua, Pak.
05:29Yang terakhir, Pak.
05:30Yang terakhir, Pak.
05:30Yang terakhir, Pak.
05:31Nanti gue lupa.
05:32Iya, nanti gue lupa.
05:33Gini, ada hal yang mungkin belum disadari oleh teman-teman semua.
05:40TKD turun, tapi belanja ke daerahnya nggak turun, naik.
05:46Jadi dialihkan ke program pemerintah pusat yang dibelanjakan di daerah.
05:51Tugas perbantuan namanya.
05:56Itu totalnya mencapai 1.300 triliun.
06:00Dibandingkan tahun Allah berapa?
06:011.300 triliun.
06:01Tahun Allah berapa?
06:03Tahun Allah berapa?
06:03Tahun lalu, tahunnya sejarah.
06:05Nah, tahun Allah 900, sekarang 1.367.
06:09Jadi naiknya 400 triliun, sebetulnya secara total di daerah nggak kurang.
06:13Cuma kan tetap aja ketika pemuda, atau desa, kabupaten, dan daerah susah menjalankan program,
06:23ya mereka agak terganggu seperti kemarin.
06:25Tapi secara manfaat, tidak kita kurangin.
06:28Yang saya lakukan ke depan adalah memastikan yang 1.367 tadi,
06:32betul-betul dibelanjakan tepat waktu.
06:34Jadi kita tidak melupakan ekonomi daerah.
06:38Pak Said memastikan saya memperhatikan itu.
06:41Jadi bos saya, awal saya terus.
06:44Jadi amin lah.
06:45Siapa ya?
06:47Yang kedua, itu Pak mengenai...
06:50Berbagi dulu deh sama kawan-kawan.
06:52Melayu deh.
06:52Yuk, yuk, yuk, yuk, yuk.
06:55Dari saya apa sih ya?
06:56Kemarin kan rakar sudah kemarin.
07:00Kawan-kawan semua, terima kasih.
07:03Hari ini ABBN kita untuk tahun 2026 sudah selesai,
07:07disetujui dalam sidang Dewan Paripurna.
07:11Yang paling penting sesungguhnya, Pak,
07:14ketika pemerintah dengan badan anggaran DPR bersepakat pertumbuhan di 5,4 persen,
07:20bagi kami itu adalah fondasi penting
07:22untuk terus mengawal visi, mimpi,
07:28dan termasuk yang disampaikan oleh Menteri Kawan kita,
07:32kedepannya bisa 6, 7.
07:34Terima kasih telah menonton!

Dianjurkan