Skip to playerSkip to main content
  • 16 hours ago
Bencana banjir dan tanah runtuh yang melanda Sumatera, Indonesia pada November lalu telah meninggalkan kesan mendalam terhadap kehidupan rakyat dan ekonomi republik itu. Di sebalik kesan sosial yang besar ini, laporan rasmi menganggarkan kerugian ekonomi keseluruhan mencecah antara 28.8 trilion hingga 37.1 trilion rupiah, menjadikannya salah satu bencana paling mahal dalam sejarah Indonesia.
Transcript
00:00Bencana banjir dan tanah runtuh yang melanda Sumatera, Indonesia pada November lalu telah meninggalkan kesan mendalam terhadap kehidupan rakyat dan ekonomi Republik itu.
00:09Ribuan keluarga terpaksa berpindah sektor pelancongan dan pengangkutan lumpuh dan ratusan ribu pekerja kehilangan pendapatan.
00:17Di sebalik kesan sosial yang besar ini, laporan rasmi menganggarkan kerugian ekonomi keseluruhan mencecah antara 28.8 triliun hingga 37.1 triliun rupiah
00:27menjadikannya salah satu bencana paling mahal dalam sejarah Indonesia.
00:31Dan bersama kita hari ini ialah Juru Cakap Jabat Komunikasi Presiden Indonesia, Dr. Fitrah Faisal Hasyadi
00:36untuk membincangkan skala impak cabaran pemulihan dan peluang membina semula dengan lebih baik.
00:42Doktor, saya nak ucapkan terima kasih daripada perspektif Dr. Fitrah.
00:45Apa yang menjadikan kesan ekonomi bencana ini begitu signifikan berbanding bencana alam yang pernah berlaku di Indonesia sebelum ini?
00:52Iya Nina, jadi pada tanggal 29 November saya membuat assessment ya sebagai bagian dari tanggung jawab saya sebagai akademisi dari Universitas Indonesia
01:06dan kemudian saya serahkan kajiannya ke beberapa pihak tanggal 1 Desember.
01:11Nah, dalam kajian itu saya menggunakan data-data dari bencana-bencana sebelumnya untuk dikalibrasikan
01:20sehingga kita bisa menghitung dampak ekonomi dari bencana sekarang.
01:25Nah, beberapa di antara bencana yang coba saya masukkan ke dalam model penghitungan dampak
01:31yang pertama adalah bencana tsunami tahun 2004 di Aceh, kemudian ada bencana gempa bumi Jogja tahun 2008,
01:39kemudian ada bencana likuifikasi palu ya, gempa bumi, dan kemudian ada likuifikasi di tahun 2018.
01:47Nah, ditambah juga dengan beberapa data asesmen asuransi, kemudian saya melakukan kajian cepat
01:53dan hasilnya keluar bahwa di lower bound-nya itu 28,8 triliun rupiah dan upper bound-nya itu di 37,1 triliun rupiah
02:03dengan beberapa pembagian yang ada dari sisi infrastruktur, production losses, dan kemudian household income losses.
02:11Jadi ada beban pendapatan rumah tangga yang hilang juga yang kemudian saya hitung.
02:16Kemudian untuk dana recovery-nya, ada beberapa scenario yang paling atas,
02:23itu saya merancang 51 triliun rupiah untuk kemudian menambal luka akibat bencana tersebut.
02:31Nah, sebagai bandingan di tahun 2004, bencana Aceh, nilainya dalam rupiah itu 41 triliun rupiah berdasarkan data dari Brookings.
02:43Nah, kemudian kalau kita ukur pakai nilai sekarang, ditambah inflasi, nilai tukar, dan seterusnya,
02:49itu nilainya setara dengan 120 sampai 150 triliun rupiah.
02:54Artinya bencana yang terjadi di Sumatera ini besar, tetapi ini sepertiga atau seperempatnya dari bencana yang sebelumnya,
03:01yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia tahun 2004.
03:05Dan meskipun demikian, ini tetap salah satu bencana yang terbesar, karena memang coveragenya itu lumayan luas ya,
03:11antara tiga provinsi sekaligus, Aceh, Sumatera Utara, dan juga Sumatera Barat.
03:17Dan ini berdampak pada kurang lebih, dalam hitungan saya itu 238 ribu orang terdampak,
03:24dan bisa, kemudian bisa ada risiko lebih lanjut ya, berupa hilangnya income, daya beli, pendapatan, dan seterusnya.
03:33Oleh karenanya, dalam hal ini perlu untuk kemudian dilakukan intervensi segera.
03:38Dan dalam hal ini, pemerintah juga sudah menghitung ya, jadi dari apa yang saya hitung,
03:4251 triliun rupiah dana recovery, kemudian pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulan Bencana,
03:49baru kemarin itu sudah keluar angka juga, menjustifikasi angka yang saya sampaikan sebelumnya.
03:54Jadi dalam konteks itu, Badan Nasional Penanggulan Bencana,
03:57bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum tentang Infrastruktur,
04:02itu mengeluarkan angka 51,8 triliun rupiah.
04:05More or less the same dengan angka yang saya keluarkan sebelumnya, 51 triliun rupiah.
04:10Nah, dalam hal ini, dalam beberapa senario ya,
04:14jadi setidaknya dalam 6 bulan ke depan, itu memang minimal dibutuhkan 10 triliun rupiah ya,
04:19untuk kemudian segera digelontorkan dalam konteks cash transfer dan juga perbaikan infrastruktur.
04:25Nah, dalam beberapa perbincangan yang juga saya ketahui ya,
04:30pemerintah juga berencana dalam 6 bulan ke depan,
04:33bahkan tidak hanya 10 triliun, itu bisa sampai 50 triliun,
04:37untuk kemudian segera meluncurkan recovery fund tersebut.
04:42Nah, ini kenapa jeda waktunya 6 bulan?
04:44Karena kalau kita hilang 6 bulan ini tanpa intervensi yang memadai,
04:48akan menimbulkan efek luka atau scaring effect ya,
04:51dari di wilayah-wilayah yang terdampak.
04:54Dan oleh karenanya, ini juga tidak hanya berdampak kepada provinsi yang terdampak,
04:593 provinsi itu, tapi juga keseluruhan Sumatera.
05:01Makanya, kemudian saya memberi semacam heads up ya,
05:05ada potensi pelemahan ekonomi di Sumatera,
05:08itu lower bound-nya minus 0,8%
05:11sampai yang upper bound-nya bisa 2,5% kontraksi ekonomi di Sumatera.
05:17Dan ini merupakan salah satu yang tentunya menjadi concern terbesar.
05:21dan oleh karenanya, untuk menghilangkan atau memitigasi adanya scaring effect tersebut,
05:27itu perlu dilakukan langkah mitigasi segera,
05:30meluncurkan dana recovery secepat-cepatnya,
05:32setidaknya dalam jeda waktu 6 bulan ke depan, Nina.
05:36Baik, Dr. Fitra, sudah tentu kalau kita lihat analis menggariskan 4 senario pemulihan
05:42daripada premise hingga build back better,
05:45senario mana yang Dr. Fitra fikirkan paling realistik,
05:47termasuk mengambil kira-kapasiti fiskal dan tak diurus Indonesia.
05:53Ya, jadi dalam senario yang saya buat,
05:56nah ini sedikit informasi bahwa ini adalah senario yang saya buat,
06:01bukan yang pemerintah buat, jadi bukan versi resmi dari pemerintah.
06:04Tapi dalam hitung-hitungan yang saya buat,
06:06adalah ada beberapa senario memang ya,
06:09Nina ya, daripada yang paling lambat sampai yang paling cepat.
06:13Nah, untuk yang paling lambat ya,
06:16dengan konteks peluncuran dana yang mungkin agak sedikit lambat ya,
06:21ada senario yang pesimis,
06:23itu bisa melakukan recovery,
06:26tetapi masih akan ada scaring effect tadi ya,
06:29jadi bisa ada peak GDP impact-nya,
06:32bahkan tidak hanya 2,5%, bisa sampai 3,2% kontraksinya.
06:35Itu kalau misalnya yang keluar,
06:37angkanya antara 10 sampai 20 triliun rupiah,
06:41tetapi dalam konteks yang melebihi window 6 bulan.
06:44Tetapi juga ada senario yang ideal,
06:47yang tadi 51 triliun rupiah itu bisa dikeluarkan dalam waktu segera,
06:52dan pembagiannya 10 triliun rupiah untuk 6 bulan awal,
06:56itu bisa memitigasi GDP impact ya,
06:59seminimal-minimalnya minus 1,3%,
07:01biar bagaunapun GDP pasti akan terkontraksi ya,
07:04tetapi tinggal bagaimana mengurangi dampaknya menjadi tidak terlalu negatif.
07:09tapi ada juga senario yang lebih ideal lagi,
07:12beyond 51 triliun rupiah,
07:14yaitu kalau ditambah lagi sekitar 10 triliun rupiah,
07:17yang mencapai 59 sampai 60 triliun rupiah,
07:21itu bisa kemudian mengurangi dampak negatif dari GDP-nya,
07:24bahkan lebih kurang lagi ya,
07:26sampai mendekati 0%,
07:28jadi balik lagi ke baseline ya,
07:31jadi dalam kondisi awal mula sebelum becana.
07:34nah ini juga kita bisa melihat dampaknya ya,
07:37ketika dana itu dikelomporkan secara segera,
07:40maka akan mengurangi dampak terhadap poverty ya,
07:44dari peningkatan angka pemiskinan ya,
07:46dan dalam hal ini kita bisa melihat bahwa
07:48yang terdampak paling banyak itu di sektor turism,
07:52dan juga transportasi ya,
07:54dan mana ini menjadi salah satu sektor penggerak ekonomi Sumatera juga secara keseluruhan.
07:59dari sini yang paling besar ya,
08:02turism itu ada potensi pengurangan income sekitar 35%,
08:06yang kedua transportasi ya,
08:08pengurangan income masyarakat sekitar 28%,
08:10nah ini suatu hal yang sebenarnya cukup mengkhawatirkan,
08:13jika tidak ditangani secara segera,
08:16karena dari sisi kontribusi ekonomi,
08:19Sumatera ini berkontribusi pada 20-25% ya,
08:23dari keseluruhan pulau di Indonesia,
08:26paling besar masih Jawa 50% lebih,
08:28tetapi yang kedua adalah Sumatera,
08:30dan ini bisa menghambat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
08:34Dan oleh karena pemerintah sudah melakukan gerak cepat ya,
08:37Presiden sudah berada di daerah becana,
08:39sudah melakukan koordinasi,
08:40sudah melakukan perhitungan,
08:42sudah menanyakan hasil kajian dampak ekonominya,
08:45salah satunya dari BNPB,
08:47yang 51,8 triliun rupiah,
08:49yang ternyata tidak jauh dengan perhitungan saya,
08:52yang 51 triliun rupiah,
08:53dan kabarnya akan segera digelontorkan segera dalam waktu 6 bulan ke depan,
08:57dan dalam hal ini,
08:59ini merupakan skenario yang lebih dari ideal ya,
09:01karena dalam skenario yang kami buat,
09:03yang saya buat sendiri,
09:04itu 6 bulan ke depan,
09:05seminimal-minimalnya 10 triliun rupiah digelontorkan,
09:08tapi kalau misalnya pemerintah,
09:10dalam hal ini bisa mengelontorkan lebih dari itu,
09:12bahkan 51 triliun rupiah itu bisa ditaruh,
09:14dalam jeda waktu 6 bulan tersebut,
09:16itu akan sangat ideal sekali.
09:19Nah pertanyaannya,
09:20apakah dari segi APBN atau state budget kita masih mampu?
09:23masih ya,
09:24karena ada beberapa anggaran-anggaran,
09:26yang memang belum terserap kementerian-kementerian lain,
09:28dan itu akan diarahkan ya,
09:30segera ke wilayah penanggulangan bejana.
09:33Nina.
09:33Dan Dr. Fitra,
09:34laporan itu turut menekankan keperluan untuk menyalurkan,
09:3710.5 triliun rupiah dalam tempoh 60 hari.
09:40Dr. Fitra ada membincangkan 6 bulan ke depan,
09:43tapi ini adalah 60 hari,
09:44untuk mengelakkan kesan ekonomi itu kekal.
09:47Jadi sudah tentu penting untuk kita meliti dan kena pasti,
09:50apakah antara halangan terbesar untuk pastikan pelansunan ini pantas,
09:53dan bagaimana ia boleh diatasi?
09:55Dan bagaimana ia boleh diatasi?
09:57Ya, jadi jeda waktunya antara 3 bulan sampai 6 bulan ya,
10:01jadi window yang paling berat dalam penanggulan bejana adalah yang 60 hari pertama ya,
10:06makanya kemudian saya buat scenario 10 triliun rupiah itu,
10:09untuk bisa digelontorkan segera ya, dalam waktu 3 bulan.
10:13Kenapa? Karena dari sisi displacement ya,
10:16ada potensi job displacement, income displacement, dan seterusnya,
10:20yang pada akhirnya akan kemudian membuat orang-orang di daerah becana ini
10:25akan menjadi rentan miskin, atau bahkan menjadi miskin secara tiba-tiba,
10:29karena asetnya sudah hilang, penghidupannya sudah hilang,
10:32industri-nya juga sudah collapse.
10:34Makanya perlu segera.
10:35Dalam scenario yang paling ideal tadi,
10:37kalau kita lebih tipiskan lagi jeda waktunya,
10:40sebenarnya yang paling ideal adalah bagaimana penanganan misalnya,
10:43ada orang kena stroke ya, itu 24,
10:45atau 4 jam pertama itu adalah wilayah yang window yang paling utama.
10:51Nah, dalam hal ini, dalam penanggulan becana,
10:52dalam beberapa scenario yang saya buat dalam modeling ekonomi tersebut,
10:56itu 30 sampai 60 hari pertama,
11:00itu adalah hal yang paling krusial.
11:02Dalam hal ini,
11:03pemerintah setidak-tidaknya bisa segera menyalurkan dana yang minimal 10 triliun rupiah tadi.
11:09Tetapi dalam diskusi-diskusi lebih lanjut,
11:13saya mendengar bahwa pemerintah juga tidak akan keluar 10 triliun,
11:17bahkan lebih dari itu.
11:18Jadi, dalam konteks ini,
11:19window-nya harusnya bisa secara aman ditutupi ya.
11:22Jadi, 10 triliun rupiah itu,
11:24diskusinya berkembang menjadi 50 triliun rupiah dalam 6 bulan.
11:28Kalau kita didistribusikan ke bulan-bulan ke depan,
11:33dalam perbulannya itu bisa keluar antara 5 sampai 10 triliun rupiah.
11:37yang mana itu sangat nyaman dalam konteks memenuhi target window tersebut.
11:42Nina
11:42Terima kasih telah menonton!
Be the first to comment
Add your comment

Recommended