- 4 jam yang lalu
- #ledakansman72
- #rezaindragiri
- #susnoduadji
JAKARTA, KOMPAS.TV Psikolog Forensik, Reza Indragiri menganalisis soal terduga pelaku yang merupakan Anak Berkonflik dengan Hukum terkait peledakan di SMAN 72 Jakarta.
"Jangan salah kaprah, saya tidak sedang memberikan pembenaran terhadap aksi terorisme. Tapi, tampaknya kita juga tidak bisa terlalu naif dengan mengatakan anak-anak niscaya tidak cukup punya kecerdasan untuk melakukan kekerasan yang sedemikian ekstrem," ujar Reza Indragiri.
Sementara itu, eks Kabareskrim Polri, Susno Duadji, menyoroti pihak-pihak yang kecolongan terhadap peristiwa tersebut.
#ledakansman72 #rezaindragiri #susnoduadji
Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta, Jumat lalu, tak sekedar pilu. Tapi, tragedi yang membelalak mata. Tak hanya puluhan siswa jadi korban, terungkap anak yang berkonflik hukum membawa 7 bom berkekuatan rendah, 4 di antaranya meledak di area sekolah.
Muncul tanda tanya, bagaimana bisa siswa SMA seorang diri, merancang serangan tertarget, menggunakan bom rakitan? Apa benar dendam dan pengaruh konten kekerasan mampu mengubah anak menjadi aktor kekerasan? Lalu, bagaimana merehabilitasi anak berkonflik hukum, yang dianggap tindakannya bukan kenakalan biasa?
Simak pembahasannya dalam BOLA LIAR, episode "TABIR ANAK BERKONFLIK HUKUM KASUS LEDAKAN DI SMAN 72" Jumat, 14 November 2025 pukul 20.30 WIB, LIVE di KompasTV.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/630685/analisa-reza-indragiri-soal-terduga-pelaku-ledakan-sman-72-susno-kita-kecolongan-bola-liar
"Jangan salah kaprah, saya tidak sedang memberikan pembenaran terhadap aksi terorisme. Tapi, tampaknya kita juga tidak bisa terlalu naif dengan mengatakan anak-anak niscaya tidak cukup punya kecerdasan untuk melakukan kekerasan yang sedemikian ekstrem," ujar Reza Indragiri.
Sementara itu, eks Kabareskrim Polri, Susno Duadji, menyoroti pihak-pihak yang kecolongan terhadap peristiwa tersebut.
#ledakansman72 #rezaindragiri #susnoduadji
Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta, Jumat lalu, tak sekedar pilu. Tapi, tragedi yang membelalak mata. Tak hanya puluhan siswa jadi korban, terungkap anak yang berkonflik hukum membawa 7 bom berkekuatan rendah, 4 di antaranya meledak di area sekolah.
Muncul tanda tanya, bagaimana bisa siswa SMA seorang diri, merancang serangan tertarget, menggunakan bom rakitan? Apa benar dendam dan pengaruh konten kekerasan mampu mengubah anak menjadi aktor kekerasan? Lalu, bagaimana merehabilitasi anak berkonflik hukum, yang dianggap tindakannya bukan kenakalan biasa?
Simak pembahasannya dalam BOLA LIAR, episode "TABIR ANAK BERKONFLIK HUKUM KASUS LEDAKAN DI SMAN 72" Jumat, 14 November 2025 pukul 20.30 WIB, LIVE di KompasTV.
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/630685/analisa-reza-indragiri-soal-terduga-pelaku-ledakan-sman-72-susno-kita-kecolongan-bola-liar
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Lagi sholat jumat di depan, barisan paling depan, terus ada ledakan gitu.
00:06Tiba-tiba ledakan pas mau komat, begitu meledak langsung kabur gitu.
00:13Saya masuk ke dalam, selang beberapa detik, kemudian ada ledakan kedua.
00:19Terus saya langsung bereaksi, yaitu langsung ke penjagaan,
00:24menginformasikan sama ke Kesehatan untuk memberitahu bahwa ada kejadian di sekolah.
00:34Dari grup orang tua, suruh ke-72, lihat periksa anak-anaknya.
00:41Setelah saya ke sekolah, pada teriak Rifqi di bawah rumah sakit,
00:44Rifqi, dari situ saya langsung menuju ke sini saja.
00:54Polisi memeriksa puluhan siswa dan keluarga anak yang berkonflik dengan hukum
01:15untuk menguaktabir ledakan di SMA Negeri 72, Jakarta Utara, Jumat Pekan lalu.
01:20Dari penelusuran, polisi menemukan anak berkonflik hukum atau ABH
01:25tidak ada kaitannya dengan jaringan terorisme tertentu.
01:30Terungkap ada motif dendam dan ABH terinspirasi tayangan ekstrim yang ditontonnya.
01:36Dari awal tahun, yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian-pencarian.
01:42Ketika perasaan merasa tertindas, merasa kesepian, tidak ada harus menyampaikan kepada siapa.
01:52Lalu, yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam terhadap beberapa perlakuan-perlakuan terhadap yang bersangkutan.
01:59Nah, di sini dia mencoba untuk mencari, bahkan di situs website, bagaimana orang-orang itu meninggal dunia.
02:16Dua hari usai ledakan di SMA N72, Presiden memanggil Kapolri dan sejumlah pejabat lain untuk meminta penjelasan penanganan.
02:24Mensesnek Plus Setia Hadi menyatakan, Presiden minta pengaruh game online harus dibatasi.
02:28Beliau tadi menyampaikan bahwa kita masih juga harus berpikir untuk mencoba bagaimana mencari jalan keluar terhadap pengaruh-pengaruh dari game-game online.
02:42Karena tidak menutup kemungkinan game-game online ini ada beberapa yang di situ ada hal yang kurang baik yang mungkin itu bisa mempengaruhi generasi kita ke depan.
02:58Merespon kasus ABH ledakan di SMA N72, pengamat pendidikan menilai pihak sekolah seharusnya mampu mendeteksi perilaku mencurigakan siswa-siswanya sejak dini.
03:09Yang tetap harus ada konektisian dini ya terhadap anak-anak atau remaja yang terindikasi tanda kutip itu ada pilaku-pilaku yang mencurigakan ini ada mengenai persoalan kesehatan mentalnya gitu ya.
03:26Nah kalau itu bisa dilakukan saya kira lebih bisa diantisipasi lebih baik ya.
03:31Sebagian siswa SMA N72 yang menjadi korban ledakan masih dirawat di rumah sakit.
03:39Kementerian PPWA tengah fokus pada upaya pemulihan.
03:43Karena yang dilakukan pendampingan ini bukan hanya sekarang yang sedang sakit, guru, orang tua, dan juga siswa lain yang ada di sekolah itu menurut saya sangat penting dilakukan pendampingan.
03:57Pendampingan psikologis ini yang utama bagi kami.
04:00Anak berkonflik dengan hukum, tasemata pelaku tindak pidana anak, namun sekaligus korban dari ketidakpedulian dan kurangnya pengawasan lingkungan.
04:11Di sisi lain, ledakan di SMA N72 bukan kasus kenakalan biasa, sebab ada dugaan ABH melampiaskan dendam lewat penggunaan kekerasan dan target yang diduga perencana.
04:22Halo soal malam saudara, insiden ledakan di SMA N72 Jakarta Jumat lalu tak sekedar pilu, tapi tragedi yang mebelalak mata.
04:37Tak hanya puluhan siswa jadi korban, terungkap anak yang berkonflik hukum membawa tujuh bom berkekuatan rendah, empat diantaranya meledak di area sekolah.
04:46Muncul tanda tanya, bagaimana bisa siswa SMA seorang diri merancang serangan tertarget menggunakan bom rakitan?
04:55Apa benar dendam dan pengaruh konten kekerasan mampu mengubah anak menjadi aktor kekerasan?
05:02Lalu bagaimana merehabilitasi anak berkonflik hukum yang dianggap tindakannya bukan kenakalan biasa?
05:09Saudara inilah bola liar bersama saya, Mas Sistir Tarikan.
05:12Topik malam ini kita bahas dengan sejumlah narasumber.
05:19Saya menyapa Pak Reza Indragiri, Amril, psikolog forensik konsultan Yayasan Lentera Ahmad.
05:23Selamat malam.
05:24Saya menyapa Pak Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia.
05:28Selamat malam Pak Islah.
05:29Selamat malam.
05:30Saya menyapa juga Pak Siparji Ahmad, Guru Besar Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia.
05:35Selamat malam Pak Siparji.
05:37Selamat malam Pak Susno Dwaji, KBRS Krempolri, 2008-2007.
05:41Selamat malam.
05:41Selamat malam.
05:42Pak Aris Adil Leksono, Komisioner KPAI.
05:45Selamat malam.
05:45Selamat malam.
05:47Ibu Retno Listiarti, Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia.
05:53Selamat malam.
05:54Dan di floor saya menyapa Mas Pratama Persada, Chairman Lembaga Riset Kemenan Cyber Cisrek.
05:59Selamat malam.
06:01Dan saya menyapa Pak Andri, orang tua siswa SMA Negeri, 72.
06:06Selamat malam.
06:07Dan melindungi Zoom, kita akan menyapa ada Pak Oles Soleh, anggota Komisi 1 DPR RI, fraksi PKB.
06:15Selamat malam, Pak Soleh.
06:16Saya justru bertanya-tanya, kenapa kita harus persoalkan adalah seorang anak yang bisa melakukan aksi sendirian.
06:45Saya teringat sekian puluh tahun silam, ketika seorang Amrozi ditertawai sekian banyak orang,
06:53dikatakan tidak mungkinlah seorang Amrozi bisa melakukan tindakan yang sedemikian ekstrim.
06:57Akhirnya dia sendiri yang sambil menyeringai mengatakan, ini kami lakukan sendiri.
07:00Kami tidak didukung siapa-siapa, kami lakukan sendiri.
07:03Jangan salah kapra, saya tidak sedang memberikan pembenaran terhadap aksi terorisme.
07:07Tapi tampaknya kita juga tidak bisa terlalu naif dengan mengatakan,
07:10anak-anak niscaya tidak cukup punya kecerdasan untuk melakukan kekerasan yang sedemikian ekstrim,
07:16yang sedemikian terencana.
07:18Bukankah kita tahu bahwa tidak sedikit anak-anak kita yang dalam usia sangat belia sudah mampu untuk melakukan peretasan misalnya.
07:23Cyberterrorism kalau kita gunakan istilah yang ekstrim.
07:28Itu menunjukkan bahwa sekali lagi, potensi kecerdasan anak untuk kemudian menjelma ke dalam perilaku kekerasan,
07:35bagi saya terus terang, jangan salah kapra, bukan suatu hal yang mengejutkan.
07:39Bukankah ini cukup kompleks sebenarnya Pak Reza?
07:41Kalau kita bicara tentang aksi kejahatan berencana, coba kita lihat empat unsur yang harus ada di dalam kepala.
07:48Perkiraan saya anak-anak susi SMA pun sudah bisa melakukan kalkulasi terhadap empat unsur ini.
07:52Pertama, keberadaan target.
07:55Bahwa saya harus mengincar orang tertentukah, bangunan tertentukah, dan tidak boleh ini meleset target.
08:01Yang kedua, insentif.
08:04Saya akan mendapatkan manfaat apa ya?
08:06Kepuasankah atau manfaat yang berupa materi kah dan seterusnya.
08:09Yang ketiga, sumber daya. Saya harus pakai apa?
08:13Pakai bom kah? Pakai senjata api kah?
08:15Waktunya kapan? Di tempat seperti apa?
08:18Siapa yang bisa saya galang? Sumber daya.
08:20Dan yang keempat, resiko.
08:22Saya harus bikin alibi, saya harus merusak CCTV, saya harus mempengaruhi saksi, saya harus melarikan diri DTKP, dan seterusnya.
08:29Target, insentif, sumber daya, resiko.
08:32Perkiraan saya, anak SMA pun sesungguhnya sudah bisa melakukan kalkulasi terhadap empat hal ini.
08:39Sekali lagi, saya tidak sedang melakukan pembenaran, tidak melakukan penyemangat terhadap siapapun untuk melakukan tindakan keji sedemikian rupa.
08:45Tapi saya hanya ingin katakan, kita tidak bisa terlalu naif dengan mengatakan,
08:48anak-anak terlebih usia SMA tampaknya tidak cukup punya kecerdasan untuk melakukan peristiwa yang sedemikian berencana.
08:55Oke, Pak Islah, kalaupun memang apa yang dilakukan ini tidak terkait dengan jaringan teror tertentu,
09:02apakah Anda melihat ini merupakan bentuk radikalisme?
09:07Sangat, sangat terkait dengan radikalisme itu.
09:11Dan kita mungkin agak terkenjur dengan kejadian seperti ini, karena ini memang pertama kali terjadi di Indonesia.
09:16Tidak berbasis jaringan dan bukan tipologi dari terorisme konvensional.
09:24Tapi sebenarnya kejadian seperti ini bukan barang baru.
09:28Tahun 1999 di Amerika sudah terjadi penembakan oleh dua orang anak di sebuah sekolah SMA, namanya Columbine.
09:38Columbine ini yang kemudian menjadi trigger dari aksi-aksi serupa di seluruh dunia.
09:43Terutama ketika terjadi di SMA 72 itu, saya langsung melihat database dari kejadian-kejadian serupa di dalam satu sekolah SMA,
09:52dan ternyata saya menemukan di tanggal yang sama dan di jam yang sama.
09:57Itu terjadi di Finlandia.
10:00Di sebuah sekolah SMA namanya Jokela.
10:02Jokela ini adalah pelakunya namanya Auvinen.
10:06Auvinen ini ternyata terinspirasi oleh kejadian di Columbine.
10:10Proses imitasi?
10:11Ya, artinya dia terinspirasi oleh para pelaku-pelaku sejenis sebelumnya.
10:16Dan kemudian mengilhami Matisari namanya di sebuah sekolah juga di Finlandia.
10:21Dan kemudian mengilhami lagi kejadian seterusnya di Turki dan juga di Rumania dan juga di beberapa sekolah SMA.
10:28Artinya ini ada gerakan yang terpola bagaimana seseorang itu kemudian terinspirasi oleh idolatri mereka.
10:38Untuk melakukan aksi kekerasan.
10:41Dan yang paling mencengangkan bagi kita itu ada satu kejadian namanya Kolmonen.
10:49Itu melakukan aksi serupa di sebuah sekolah di Finlandia juga tahun lalu.
10:54Dan dia terinspirasi oleh aksi yang dilakukan di Christchurch di Selandia Baru.
11:00Yang juga kemudian ditulis namanya, Brenton itu, di senjata mainan yang dilakukan oleh ABH di SMA 72.
11:09Saya mencurigai begini, ini bukanlah sesuatu yang terlalu disebabkan terstimulasi oleh introvert, oleh perundungan dan seterusnya.
11:21Saya mencurigai anak ini berada terjebak dalam satu situs gerakan yang sama, yang dimana biasanya polanya itu begini.
11:30Ini adalah kelompok-kelompok pengagum dari aksi-aksi kekerasan yang memiliki idolatri yang sama.
11:36Ted Kaczynski, Theodor Adorno, Brenton Tern, dan juga Bissone yang pelaku kekerasan yang di Kanada.
11:44Dan mereka itu punya satu bejana yang sama, entah itu di deep web atau di salah satu grup misalnya.
11:50Semacam komunitas dunia maya gitu.
11:52Internasional di dunia maya.
11:54Dan untuk melakukan aksi kekerasan itu mereka diapresiasi.
11:58Artinya dia mendapatkan tempat di suatu ruang hall of fame-nya mereka.
12:03Dan setiap anak itu kemudian terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.
12:07Dan ini polanya sama semua.
12:09Mulai dari apa yang terjadi di Finlandia, terjadi di Turki, terjadi di Amerika.
12:14Termasuk di Virginia Tech School.
12:16Dan beberapa sekolah yang kemudian menginspirasi orang lain.
12:20Artinya apa?
12:21Kelompok ini juga selain menstimulasi kekerasan.
12:25Dia juga menyajikan tutorial untuk membuat bahan peledak dan seterusnya.
12:29Cara mendapatkan senjata dan seterusnya.
12:31Kebetulan di Indonesia itu akses terhadap senjata api itu sangat susah.
12:35Sehingga anak ini berusaha berimprovisasi kekerasannya dengan menggunakan bahan peledak yang low explosive.
12:42Karena sangat mudah di Indonesia untuk mendapatkan itu secara online.
12:46Oke baik.
12:47Pak, pertama apakah Anda setuju memang ada proses imitasi?
12:50Karena yang kita lihat memang Indonesia ini pertama.
12:52Tapi kita lihat kan di Amerika Serikat ada.
12:54Sejumlah negara sudah kita lihat dengan peledak yang sama tadi dijelaskan oleh Pak Islah.
12:58Ya, jadi kalau kita melihat saat ini internet, terutama di dark web.
13:03Kita ini bisa menjadi apa saja, Mbak Ilona.
13:08Maksudnya apa?
13:09Maksudnya di dalam dunia ini, internet itu kan dibagi dua, surface web, kemudian ada deep web dan dark web.
13:16Deep web dan dark web itu ada 95% dari seluruh ekosistem internet.
13:19Dan di dalamnya, itu semuanya ada.
13:22Mau beli narkoba, ada.
13:23Mau beli senjata, ada.
13:24Kemarin sama Mas Dipo, kita lagi syuting.
13:26Saya lihat, kita mau beli granat saja bisa.
13:28Cuma 500 dolar, kita beli C4 saja bisa.
13:30Kita mau nanam ganja juga diajarin di situ.
13:33Artinya apa?
13:35Ini enggak terbatas usia kalau menurut saya.
13:38Ketika anak mulai terpikir radikal, kemudian dia bisa memiliki akses terhadap dunia ini, di dark web ini.
13:46Dia bisa mendapatkan apa saja.
13:48Yang tadi disebutkan bahwa untuk bikin bahan peledak itu gampang sekali.
13:51Ada manualnya, berapa gram bahan ini, berapa gram bahan ini.
13:54Dan itu bisa didapatkan di toko-toko yang ada di Indonesia dan dijual umum.
14:00Artinya apa?
14:01Memang ini membahayakan.
14:03Oleh karena itu, menurut saya ini juga bukan kesalahan semata-mata si pelaku.
14:09Ini adalah kesalahan kita karena kita tidak bisa memonitor keadaan seperti ini.
14:15Kemarin kan Polri sudah berhasil melakukan mengambil handphonenya, mengadal laptopnya dan lain-lain.
14:19Itu harus diungkap.
14:20Karena tadi benar, ini pasti mereka ada komunitas.
14:23Dan komunitas ini, mungkin ini bukan yang pertama, tapi yang berhasil.
14:29Mungkin nanti akan ada anak-anak yang lain yang juga akan melakukan ini.
14:33Oleh karena itu memang harus diungkap semuanya.
14:35Kalau kita bilang bahwa ini gara-gara game, salah.
14:40Bukan gara-gara game, game itu hanya sebagai vehicle.
14:43Game itu hanya sebagai trigger bahwa ketika dia main game, sama-sama senang main game,
14:48kemudian ada orang-orang radikal di sana, dia menyamar seolah-olah jadi temannya.
14:52Kalau berkomunikasi dia, mbak.
14:54Begitu berkomunikasi dalam sistem game itu, tidak hanya di PUBG ya, Roblox pun sekarang orang bisa.
15:00Nah setelah itu mereka bergeser nih, discord gitu.
15:04Bergeser nih ke telegram gitu.
15:06Yang akhirnya mereka diajak masuk ke dalam komunitas mereka.
15:10Yang akhirnya apa?
15:10Ya mereka diajarin bagaimana cara berbuat kecehatan, kemudian didoktrin dan lain-lain.
15:16Jadi mereka sudah pinter, enggak kayak dulu lagi.
15:17Kalau dulu kan nanti bilang jihad, kita harus jihad.
15:20Sekarang udah enggak.
15:20Eh, lu sukanya musik apa, dan lain-lain.
15:23Jadi menurut Pak Pratama, sekarang kita tengah kecolongan.
15:28Siapa yang pertama kecolongan?
15:30Kalau menurut saya, kalau dibilang kecolongan pada enggak mau nih.
15:34Intelijen dibilang kecolongan juga enggak mau nih.
15:36Aparat kepolisian dibilang kecolongan enggak mau nih gitu.
15:38Kita bilang salah mendapatkan informasi gitu.
15:41Atau kurang mendapatkan informasi.
15:43Karena emang kalau kerjanya benar gitu ya.
15:46Sebenarnya hal-hal seperti ini tuh enggak terlalu susah untuk dimonitor gitu.
15:50Komdigi punya alat AIS, dia bisa melakukan crawling semua informasi-informasi yang ada.
15:55Polri punya patroli cyber yang harusnya dia punya teknologi
15:59untuk mencari grup-grup yang ngomongin masalah radikal.
16:02BNPT punya anggaran yang banyak.
16:04Ini kan masalah yang menurut saya tidak terlalu susah untuk dihadapi.
16:10Termasuk juga badan intelijen negara gitu.
16:13Ya kan teknologinya begitu hebatnya.
16:15Nah ini kan kemana ini?
16:17Semuanya kemana gitu?
16:18Kalau tiba-tiba jari.
16:19Semua instrumen tampaknya tidak.
16:20Karena anak ini, ya mohon maaf nih ada bapaknya gitu.
16:24Ini enggak mendadak apa namanya minggu kemarin melakukan aksinya.
16:28Ini udah tahapannya udah lama nih pasti ini gitu.
16:31Tahapannya udah lama mereka berkomunikasi lama.
16:33Bikin bom itu butuh waktu juga gitu.
16:35Ya kan?
16:36Oleh karena itu sebenarnya mereka berkomunikasi itu lama.
16:38Harusnya kalau kita bisa melakukan cegah dini, deteksi dini, harusnya ini enggak akan terjadi.
16:43Oke.
16:44Pak Rish, jadi temuan KPAI sekarang ini apa?
16:48Benarkah memang KPAI pun kecolongan?
16:50Anda merupakan sekolahnya kecolongan mungkin yang Anda temukan.
16:55Ya, kalau disebut KPAI kecolongan ya...
16:58Sekolahnya?
16:59Sekolahnya.
17:00Tentu kami pada tusi pengawasan ya.
17:04Ya dalam bukti pengawasannya terhadap sekolah-sekolah selama ini gimana?
17:07Ya dalam cemuan pengawasan ya bisa dikatakan demikian begitu.
17:11Karena sebenarnya apa yang terjadi itu kan bisa diawali dari melihat perubahan perilaku anak itu sendiri.
17:20Perubahan perilaku anak yang kemudian paling bisa mendeteksi tentu orang-orang terdekatnya.
17:28Misalkan dari keluarganya sendiri, misalkan ayahnya, kemudian juga dari pihak sekolah itu sendiri.
17:35Dalam konteks ini tentu bisa dikatakan semacam apa namanya tidak berjalannya sistem.
17:42Early warning sistemnya tidak jalan begitu.
17:44Deteksi dini tidak jalan.
17:46Anak tentu dalam kurun waktu yang lama kan tadi misalkan kalau betul-betul dia masuk dalam lingkup ekstremisme tadi tentu itu prosesnya panjang lama gitu.
17:56Dan proses panjang ini tentu berdampak terhadap pasti ada perubahan-perubahan perilaku di anak itu.
18:03Nah perubahan-perubahan perilaku ini yang kemudian karena lengah ya kan atau bahasa kecolongan tadi begitu tidak terdeksi dengan baik.
18:12Sehingga tidak bisa kemudian dilakukan intervensi yang bertahap.
18:16Akumulasinya akhirnya ya sudah dalam apa namanya tindakan yang kita tidak menduga begitu kan.
18:25Kita juga bertanya-tanya sebenarnya karena apa dan seterusnya.
18:29Dan sampai sekarang masih terbuka untuk kita diskusikan terus-menerus faktor utamanya karena apa.
18:34Pak Susno, jadi benarkah memang kita kecolongan karena untuk membuat bom butuh persiapan?
18:41Menurut Mas Persada sih tadi.
18:42Baik.
18:43Pertama kita duka cita ya prihatin terhadap korban yang demikian banyak.
18:49Luka berat, luka ringan, dan luka sedang ya.
18:53Ini kejadian yang memprihatinkan kita terjadinya di Indonesia.
18:56Dari sekian ratus negara.
19:00Terjadi di sekolah-sekolah lain di luar negeri yang beliau sebutkan tadi tapi tidak ada yang bom.
19:05Apalagi satu bom pun tidak ada.
19:07Mereka senjata api.
19:09Bom pun yang di Indonesia ini tujuh.
19:12Bayangkan tujuh bom terjadi di Indonesia yang meledak berapa?
19:16Tiga apa empat ya?
19:17Empat.
19:19Kemudian dengan korban di luar berapa?
19:22Di kita korbannya sembilan puluh sekian.
19:24Tapi Alhamdulillah tidak ada meninggal.
19:27Kita itu selalu bersyukur.
19:29Ini kejadian terhebat di dunia ini di Indonesia ini.
19:32Anak sekolah membuat tujuh bom, diledakkan di sekolah, membawa senjata api dengan korban terbanyak.
19:40Nah timbul pertanyaan apakah kita kecolongan?
19:44Kalau kita kecolongan itu kita yang mana ini?
19:47Semua.
19:48Tadi disebutkan kita punya aparat negara yang punya telinga tajam, anggarannya cukup besar.
19:56Kemudiannya fungsinya untuk itu dan alatnya sangat modern.
20:01Tapi apakah alat-alat itu dan anggaran yang banyak itu ditujukan tidak untuk monitor hal seperti ini?
20:08Dimonitorkan mungkin untuk teroris, untuk keamanan negara, untuk narkoba dan lain-lain.
20:14Tapi kita lupa memonitor tunas-tunas bangsa seperti ini.
20:18Nah ini menyadarkan kita.
20:20Jadi kita bersedih terhadap peristiwa ini, tapi sekaligus juga ini menyentakkan kita.
20:27Termasuk segala macam komisi, segala macam apa, termasuk sekolah.
20:32Bayangkan hari itu adalah hari libur untuk anak kelas tiga.
20:37Karena mereka habis ujiannya, kelas dua saja.
20:40Kenapa dia masuk?
20:42Kenapa tidak terdeteksi dia membawa senjata walaupun itu mainan?
20:48Kenapa tidak terdeteksi oleh keamanan situ?
20:50Ngapain kamu masuk? Ngapain kamu nyebarkan bom?
20:54Karena itu tidak satu tempat bom itu disebarkannya.
20:57Nah ini catatan untuk sekolah.
21:01Sekali lagi, ini Polri harus ungkap ini.
21:06Tidak ini berdiri sendiri.
21:08Karena alat peledak itu tidak dijual bebas dan tidak dijual seperti kacang goreng.
21:15Di mana dia membeli alat peledak, di mana dia membeli detonator,
21:20di mana dia membeli remote, dan di mana dia membeli sumbu.
21:25Dan tidak sepintar-pintarnya anak, tidak sekaligus dia membuat berteori autodidak,
21:33bisa membuat bom sekaligus tujuh, tidak meledak di tempat.
21:38Apakah ini sudah pernah dipraktekan, meledakkan itu,
21:41kalau yang jadi di mana?
21:42Ini harus dilacak juga oleh Polri.
21:44Dan saya yakin teman-teman Polri sudah melacak itu.
21:46Kemudian di mana membelinya, kalau misalnya tutorial itu dilakukan secara fisik,
21:53siapa yang memberikan tutorial pembuatan ini?
21:56Kalau seandainya tutorial itu dilakukan lewat online,
22:00setelah dia sehat nanti, dibelikan semacam tepung atau apa,
22:04coba kamu buat.
22:04Harus dipraktekan itu, karena untuk membuktikan apa betul dia sendiri
22:09atau ada orang lain yang terlibat, saya kira itu.
22:13Peristiwa ini meninggalkan luka untuk kita termasuk keluarga korban.
22:18Kita akan dengarkan nanti pernyataan dari orang tua korban dan kemana-mana saudara.
22:21Bola Liar, segera kembali.
22:22Terima kasih.
Dianjurkan
2:52
|
Selanjutnya
1:17
3:33
2:26
1:58
11:28
11:08