Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Tingkat keyakinan masyarakat terhadap prospek perekonomian Indonesia makin rendah. Data survei Bank Indonesia bilang, optimisme masyarakat ada di titik terendah sejak pandemi.

Optimisme masyarakat turun ke 115 pada September, jauh di bawah Januari yang masih 127,2. Yang menarik, penurunan terjadi ketika pemerintah tengah gencar mengucurkan berbagai kebijakan stimulus ekonomi.

Pemerintah bahkan sedang merealisasikan program-program prioritas janji kampanye. Sebagai catatan, ketika indeks berada di level 100, artinya masih optimistis.

#surveibi #celios #soalekonomi

Baca Juga Mentan Amran: 29 Ribu Ton Beras Rusak Bisa Jadi Pakan Ternak di https://www.kompas.tv/nasional/622237/mentan-amran-29-ribu-ton-beras-rusak-bisa-jadi-pakan-ternak



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/622262/full-optimisme-masyarakat-soal-ekonomi-menurun-apa-penyebabnya-ini-kata-celios-sapa-pagi
Transkrip
00:00Kompas bisnis masih menemani Anda sodara, tingkat keyakinan masyarakat terhadap prospek perekonomi Indonesia makin rendah.
00:07Data survei Bank Indonesia bilang, optimisme masyarakat ada di titik terendah sejak pandemi.
00:15Ini adalah grafik survei Bank Indonesia dari Januari sampai September sodara.
00:21Garisnya terkonfirmasi melandai, meski levelnya ini masih optimistis.
00:27Optimisme masyarakat turun ke 115 pada September jauh di bawah Januari yang masih 127,2.
00:36Yang menarik sodara, penurunan terjadi ketika pemerintah tengah gencar menguncurkan berbagai kebijakan stimulus ekonomi.
00:44Pemerintah bahkan sedang meralisasikan program-program prioritas janji kampanye.
00:50Sebagai catatan, ketika indeks berada di level 100 artinya masih optimistis.
00:57Nah berikutnya, ini adalah data rasio tabungan.
01:02Tiga bulan terakhir sejak Juli sampai September, angkanya stagnan 13,7.
01:07Rasio penghasilan masyarakat yang dipakai untuk menabung ini turun dibandingkan dengan Januari yang masih 15,3.
01:15Kami masih memakai data Bank Indonesia.
01:22Kenaikan proporsi konsumsi ke 75,1 persen terjadi saat rasio tabungan stagnan.
01:29Kenaikan konsumsi ini terjadi pada kelompok mayoritas dengan pengeluaran 1-2 juta, 3-4 juta, bahkan di atas 5 juta.
01:38Berikutnya kita lihat rasio angka cicilan kredit dibandingkan awal tahun, angkanya masih naik ke 11,2.
01:50Meskipun sebenarnya kalau dilihat angka ini turun dibanding bulan sebelumnya.
01:56Nanti kita konfirmasi saudara ke ekonom, apa sih makna data konsumen ini?
02:00Belanja naik saat tabungannya stagnan.
02:03Apakah harga kebutuhan pokok yang naik bikin masyarakat keluar uang lebih banyak?
02:14Meski data optimisme masyarakat menurun, Menteri Keuangan Purbaya yakin prospek ekonomi Indonesia masih bagus.
02:23Jadi orang tahu mau ngapain ke depan.
02:26Kalau dari saya sih bagus, kenapa saya bisa ceritakan bahwa ke depan prospek ekonomi kita
02:32nggak sejelek yang diceritakan orang-orang waktu itu.
02:36Kita akan tumbuh makin cepat dan makin cepat ke depannya.
02:39Jadi untuk gengsi kayak saya, prospek ekonomi masa depan cara cover.
02:45Jadi kan kita udah akan recover, tapi belum recovery fully kan.
02:49Let's say ekonominya tumbuh 6% atau lebih, lalu saya pertimbangkan.
02:53Pemerintah memastikan kembali memberikan stimulus ekonomi tambahan pada kuartal 4 2025
02:59untuk menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat pertumbuhan ekonomi.
03:04Menko Erlangga Hartarto bilang kebijakan ini sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
03:09Dan stimulus tambahan, penebalan di kuartal keempat, arahan Bapak Presiden bahwa bantalan daripada stimulus tambahan itu
03:23untuk sampai dengan desil keempat atau menjangkau lebih dari 30 juta keluarga penerima manfaat
03:32plus juga yang terkait dengan pekerjaan.
03:35Lantas bagaimana memaknai data survei Bank Indonesia tadi?
03:39Lompas bisnis akan tanya ke Bima Yudistira, Direktur Eksekutif Selyo.
03:43Selamat pagi Mas Bima.
03:44Selamat pagi.
03:45Mas Bima, tadi kita lihat beberapa data-data.
03:48Nah, optimisme masyarakat makin turun.
03:50Padahal pemerintah tadi dikatakan geber, banyak stimulus, gencar, belanja program prioritas.
03:55Mismatch-nya ini ada di mana sebetulnya?
03:57Sebenarnya kalau kita bandingkan ya kepercayaan konsumen kemudian dengan penjualan real sama-sama dirilis oleh Bank Indonesia
04:05itu akan terlihat jelas tuh bahwa sebenarnya konsumsi rumah tangga atau sebagai proxy dari daya beli masyarakat
04:12ini situasinya memang belum membaik secara signifikan.
04:16Jadi kalau kita tarik data lebih panjang, misalnya dari tahun 2022,
04:22itu akan terlihat jelas bahwa penjualan retail atau eceran itu sebenarnya belum pulih
04:27dibandingkan dengan situasi sebelum pandemi COVID-19.
04:31Jadi ini masih panjang pemulihan ya, masih fase pemulihan dan sepertinya ini tekanannya semakin berat.
04:36Jadi kalau dilihat misalnya dari subkelompok terkait dengan sandang itu atau pakaian jadi,
04:43itu juga naik turun, agak ada sedikit pemulihan tapi pemulihannya masih kecil.
04:49Kemudian kalau kita lihat yang paling anjlok itu adalah peralatan informasi dan komunikasi.
04:53Itu masih minus 27,2%.
04:56Kemudian makanan minuman tembakau sudah mulai naik, tetapi kenaikannya masih terbatas.
05:02Suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor.
05:04Jadi kalau orang di Indonesia itu punya uang sedikit, dia pasti akan pergi ke leasing,
05:08pergi ke multifinance untuk kredit kendaraan bermotor.
05:12Nah ini kalau pertumbuhannya masih melambat, termasuk suku cadang otomotif,
05:17ini sebenarnya juga menjadi salah satu warning bahwa memang pemulihan daya beli,
05:22terutama di kelompok menengah ini, ini masih perlu dorongan dari stimulus.
05:27Salah satunya juga disebabkan oleh masih berlanjutnya efisiensi anggaran dari pemerintah.
05:32Jadi banyak konsumen yang membaca bahwa 2026 ini situasi dari transfer daerah yang dipangkas masih berlanjut.
05:43Situasi program prioritas pemerintah yang didahulukan dibandingkan dengan belanja-belanja yang ada di daerah itu juga masih dilanjutkan.
05:51Yang artinya apa?
05:52Produsen sekarang ini dalam perencanaan 2026 akhirnya menurunkan ekspektasi penjualannya.
05:59Banyak yang melihat lebih realistis bahwa situasi masih akan menekan di sepanjang 2025 akhir dan 2026.
06:08Oke, berarti tadi bisa ditangkap bahwa sebetulnya meskipun pemerintah klaimnya sudah ngasih kucuran dan juga berbagai program,
06:15artinya ini masih belum cukup sebetulnya kalau kita lihat dari bagaimana data-data yang di-share oleh Bapak Indonesia.
06:19Nah, Mas Bima, Kompas Bisnis juga menemukan angka yang tidak mengembirakan sebetulnya di Survebal Indonesia soal persepsi responden terhadap lapangan kerja yang masih di zona pesimistis.
06:29Terutama urusan SMA dan juga diploma catatannya adalah di September, itu posisinya 92 artinya masih di bawah 100.
06:35Apakah yang perlu diwaspadai dari data ini? Apakah ini calon kelompok rentan bisa dikatakan demikian?
06:40Iya, ekspektasi lapangan kerja itu kan artinya adakah lapangan kerja ke depan.
06:46Dan ini nanti akan berpengaruh juga terhadap perilaku konsumen.
06:50Kalau lapangan kerja ke depannya masih dikatakan sedikit pesimis, maka mereka juga akan berjaga-jaga.
06:56Yang masih kerja itu berjaga-jaga jangan sampai mereka jadi korban dari PHK atau kontraknya diputus atau outsourcingnya dihentikan.
07:05Yang belum mendapatkan pekerjaan, mereka melihat sektor formalnya semakin sempit terbuka, mau tidak mau mereka masuk pada informal, masuk pada gig ekonomi, masuk pada ojol.
07:18Yang sebenarnya ini bantalan sementara tapi juga rentan dari sisi ketidakpastian upahnya, jam kerja lebih panjang.
07:27Dan bahkan kita menemukan bahwa 109 juta masyarakat di Indonesia, hampir setengah dari populasi, itu bekerja dengan upah di bawah upah minimum provinsi.
07:39Dan sebanyak 25 juta orang itu bekerja lebih dari 48 jam setiap minggunya.
07:44Jadi kalaupun ada pekerjaan, pekerjaannya adalah pekerjaan yang lebih rentan.
07:48Jadi ekspektasi lapangan kerja menyempit ke depan, ini harus jadi review besar pemerintah.
07:53Gimana soal stimulus kepada sektor yang terkait dengan padat karya?
07:58Bagaimana misalnya insentif-insentif pajak, belanja perpajakannya itu diarahkan untuk mendukung industri yang lebih banyak menyerap tenaga kerja?
08:07Begitu juga soal magang berbayar.
08:09Ini salah satu stimulus yang diharapkan bisa membantu.
08:12Tapi magang berbayar, ini harus dipastikan perusahaan setelah magang selesai mau menyerap berapa persen?
08:19Bisa menyerap 40 persen teman-teman yang lagi magang itu juga sangat bagus.
08:24Khawatir setelah magang berbayar selesai, kemudian perusahaan bilang,
08:29ini ekspektasi konsumsi ke depan kurang begitu oke, jadi terima kasih magangnya tidak dilanjutkan menjadi pekerja tetap
08:37ataupun misalnya pekerja kontrak.
08:39Nah ini yang harus dijaga, harus ada MOU antara perusahaan dengan pemerintah.
08:43Jadi magang bisa berlanjut menjadi pekerja tetap.
08:46Ya jangan cuma jadi formalitas doang di program-program pemerintah,
08:49termasuk juga tadi jadi tatatan yang gak heran sekarang masyarakat banyak yang job hugging gitu
08:53dengan pekerjaannya karena tadi kondisinya rentan.
08:55Mas Bima, kalau kita lihat tadi juga ada data yang menarik soal rasio tabungannya stagnan.
08:59Saat belanja masyarakatnya naik, nah ini apa sih sebetulnya kesimpulannya?
09:03Rasio tabungan, bahwa masyarakat sekarang bukan hanya makan tabungan,
09:08tapi sebagian kelas penengah bertahan hidup itu dengan mencicil ke pinjaman online
09:14atau pinjol maupun pegadaian.
09:17Karena situasi ini juga menyebabkan antara daya beli masyarakat,
09:23biaya-biaya hidupnya semakin tinggi,
09:26KPR, kemudian kendaraan bermotor cicilan,
09:29di luar dari kebutuhan pokok,
09:32tidak bisa ditutup oleh pendapatan.
09:35Terutama dari pekerjaan yang sifatnya adalah tetap dan bulanan.
09:39Itu yang membuat tabungan itu stak likuiditasnya.
09:43Yang terjadi adalah masyarakat mau tidak mau menutup gap antara biaya hidup dengan pendapatan,
09:49mereka akhirnya pergi ke pegadaian.
09:51Jadi kita juga cukup surprise dari datanya OJK,
09:55bahwa pinjol itu 2021 sampai 2025,
09:59itu naiknya 600 persen lebih.
10:01Dan pegadaian itu naiknya 60 persen.
10:04Ini mengindikasikan bahwa bukan lagi makan tabungan fasenya,
10:08tapi sudah makan pinjaman untuk bisa bertahan.
10:12Oke, memang ini jadi situasi yang harus menjadi catatan bagi pemerintah,
10:15termasuk juga tadi data-data ini juga mencerminkan bahwa,
10:17yaitu tadi balik lagi soal bagaimana stimulus ini rasanya belum cukup begitu
10:21untuk bisa membiayai hidupnya masyarakat.
10:24Mas Bima, nanti kita lanjutkan kembali usai jeda,
10:26dan saudara tetap bersama kami di Kompas Bisnis.
10:28Kompas Bisnis
10:58Jalan Belanda berdetak di layar Anda.
11:00Eredivisi, saksikan pada hari dan jam berikut live di Kompas TV.
11:07Beruan di-checkout sekarang ya, guys.
11:13Ultraflu Flu dan Batuk,
11:14membantu meredakan gejala flu disertai batuk.
11:18Udah salat semua!
11:19Flu dan batuk reda, lega rasanya.
11:21Baru Happily, popok celana dewasa 3 in 1.
11:25Cucok untuk oma rincah kayak eke.
11:27Happily, ekstra serap, nampung hingga 1200 mili.
11:30Gak gembung, ekstra kering, ekstra tipis.
11:34Ada ekstrak teh hijau, pake dari pagi.
11:36Nyaman, em.
11:37Kebelet.
11:38Pake Happily, say.
11:39Praktis.
11:40Nongki kesandang-kesindang sampe malem.
11:42Gak bocor.
11:43Gak kelihatan kan, say.
11:45Eke pake popok.
11:46Oma-opa, gak usah uri lagi.
11:48Pake Happily.
11:49Happily, semua jadi easy.
11:51Wingscare.
11:52Jangan biarkan siang Anda berlalu begitu saja.
11:55Easy dengan berita terpercaya.
11:58Mulai dari kabar penting dalam negeri,
12:00hingga peristiwa yang menjadi sorotan dunia.
12:04Karena siang hari adalah waktu yang tepat
12:07untuk menambah asupan informasi bernilai.
12:10Kompas siang.
12:11Setiap hari, pukul 11 siang.
12:14Live di Kompas TV.
12:17Didukung oleh.
12:21Meski asa Timnas Indonesia lolos Piala Dunia 2026 masih terbuka,
12:27kekalahan Garuda 2-3 dari Arab Saudi
12:29tertuju ke pelatih Patrick Glover.
12:32Kita tidak memakai dengan baik di antara jalanan
12:34supaya pinggir datang ke dalam dan mereka bisa berubah di depan kita.
12:37Sudah sangat baik sebetulnya game plannya.
12:39Sayangnya tidak bisa dieksekusi dengan baik.
12:41Mungkin akibat pemilihan pemain yang kurang tepat.
12:44Menyisakan laga kontra Irak Simat.
12:46Mola liat.
12:47Jumat 10 Oktober pukul setengah sembilan malam.
12:50Live di Kompas TV.
12:52Kembali di Kompas Bisnis Saudara dan kita akan lanjutkan perbincangan
13:01bersama dengan Direktur Eksekutif Selios Bima Yudistiramas.
13:03Bima kita lanjutkan kembali tadi kalau sudah disinggung
13:06soal ini masyarakat sudah bukan makan tabungan lagi nih
13:08tapi sudah makan utang.
13:09Kalau datanya begini, gimana sebetulnya kualitas ekonomi kelas menengah
13:13sama kelompok rentan ini?
13:15Apakah stimulus yang katanya Menko, Erlangga bisa mengobati daya beli
13:19bisa nyetop tren makan utang itu tadi?
13:23Iya, kita dari awal sarankan bahwa stimulus yang bagus dan langsung
13:27kena kepada daya beli masyarakat itu sebenarnya adalah diskon tarif listrik.
13:32Hampir semuanya enjoy masyarakat dengan diskon tarif listrik.
13:36Tapi kenapa belum dilanjutkan lagi?
13:38Justru diganti dengan stimulus-stimulus yang masih sifatnya adalah eksperimental.
13:43Masih coba-coba.
13:45Padahal pada waktu Januari, Februari kita merasakan
13:48diskon tarif listrik pada waktu itu sampai 1.300 VA.
13:53Dan itu kalau dinaikkan menjadi 2.200 VA misalnya diskon tarif listrik
13:57dikasih 40% saja diskon.
13:59Itu pekerja akan happy, pasti akan happy karena
14:02uang yang digunakan untuk biaya listrik bisa dibelanjakan untuk keperluan lainnya.
14:08Nah ini yang menarik begini, efek dari stimulus yang terlalu kecil
14:13ini terlihat pada penjualan eceran di Jakarta.
14:16Itu pada bulan September 2025.
14:20Itu ekspektasinya minus 16,8%.
14:23Bandung itu minus 6,1% secara tahunan.
14:27Kemudian ada lagi Medan.
14:29Medan ini memang perlu didorong
14:31peralihan dari basis komoditas yang sedekarang kurang begitu bagus.
14:35Dia harus cari model-model pertumbuhan yang bagus.
14:38Jadi itu harus dibantu oleh stimulus-stimulus dari sisi pemerintah.
14:43Jadi stimulus itu dua sisi.
14:45Dia bisa kena kepada konsumsi lebih banyak.
14:48Karena kita juga mendengar bahwa
14:51pemerintah memang tidak mau menaikkan pajak.
14:55Tapi sebaliknya justru masyarakat sekarang minta
14:57bagaimana caranya Pak Purbaya menurunkan
15:00pajak yang menjadi beban kelas menengah.
15:03Apa itu? PPN.
15:04Jadi kalau PPN-nya bisa diturunkan
15:07dari 11 menjadi 8%,
15:09itu bisa membantu konsumsi lebih naik di kelas menengah.
15:14Sumbangan pajak lainnya nanti juga akan naik.
15:16Jadi nggak usah khawatir kalau PPN turun
15:17nanti rasio pajak gimana?
15:19Enggak.
15:19Justru kalau PPN-nya turun
15:21nanti rasio pajak bisa naik.
15:22Karena dibantu oleh pajak-pajak lainnya
15:25seperti PPH Badan
15:26dan juga dari Beacuka yang juga akan naik.
15:30Kemudian ada PTKP,
15:31penghasilan tidak kena pajak.
15:33Ini dari awal kita usulkan.
15:35Pak Purbaya kalau bisa ambil saja kebijakan.
15:38Jangan hanya satu sektor pekerja,
15:40dua sektor pekerja PTKP-nya naik.
15:42Tapi semua pekerja
15:43dinaikkan dari 4,5 juta rupiah
15:45menjadi misalnya 7 juta rupiah per bulan.
15:48Jadi yang tadinya bayar pajak PPH 21
15:51menjadi tidak bayar.
15:52Uangnya bisa dipakai buat yang lain.
15:54Nah,
15:55di Indonesia bagian timur
15:57ini kita agak concern dengan Manado.
15:59Manado itu dia minusnya 28,9% secara tahunan
16:04untuk penjualan eceran.
16:07Jadi warung-warung,
16:08toko kelontong,
16:09kemudian yang toko spare part otomotif,
16:12kontra-kontra pulsa,
16:14itu juga merasakan adanya tekanan.
16:16Nah, di Manado ini harus dicari tahu nih
16:18apa penyebabnya
16:20dan juga stimulus apa
16:21yang bukan generalisir secara nasional,
16:24tetapi dia bisa spesifik
16:26di daerah-daerah
16:27yang memang sedang mengalami kontraksi
16:29dari sisi penjualan eceran.
16:31Nah, ini kita masih obatnya,
16:33masih obat jenerik
16:35yang sifatnya adalah nasional.
16:37Padahal tiap daerah
16:38dia butuh insentif-insentif khusus.
16:41Apakah Manado perlu
16:42misalnya di pangkas anggaran
16:43transfer daerah?
16:45Saya kira enggak.
16:46Justru Manado,
16:47karena penjualan ecerannya turun,
16:49tahun depan harusnya Pak Purbaya
16:50spesifik misalnya
16:51untuk dana transfer daerah
16:54yang ada di Manado,
16:55di daerah Sulawesi terutama,
16:57itu dinaikkan.
16:58Misalnya, bukan minusnya 20% rata-rata,
17:00tapi dana transfer daerahnya
17:02bisa naik misalnya.
17:03Justru 30-40%
17:05di daerah-daerah
17:06yang menghadapi kontraksi
17:08atau tekanan.
17:09Nah, ini yang belum dirumuskan
17:11based on daerah
17:12atau level provinsi.
17:14Stimulus ada,
17:15tapi jangan sampai ada dan tiada nih.
17:17Jadi, sifatnya kayak tadi ya,
17:19catatannya adalah
17:19jangan sampai eksperimental.
17:20Mas Bima, kalau optimisme
17:21masyarakat kita turun,
17:23kemudian juga Bank Dunia,
17:25IMF, OECD,
17:26bilang ekonomi sulit nih
17:27temgus 5% tahun ini.
17:29Tapi pemerintah justru yakin
17:30bisa di atas 5%.
17:31Bahkan di triulan 3 2025
17:32masih bisa optimisnya
17:34di 5,1%.
17:35Mungkin enggak nih?
17:38Ya, mungkin tidak mungkinnya
17:40tergantung.
17:41Kenapa tergantung?
17:43Biasanya memang di akhir tahun
17:44belanja pemerintah
17:45bisa naik, bisa didorong.
17:47Tapi sekarang kan modenya adalah
17:49sedang mode austerity
17:51atau mode penghematan ketat.
17:54Maka apakah bisa berharap
17:55meskipun pencairannya 100%
17:57dana di daerah
17:58ataupun di pemerintah pusat
18:00itu bisa mendorong
18:01konsumsi pemerintah
18:03bisa tumbuh lebih tinggi lagi.
18:05Itu belum tentu.
18:06Dibandingkan tahun lalu
18:07pastinya masih tetap negatif
18:10pertumbuhannya.
18:11Kemudian,
18:12dari sisi investasi
18:13juga tergantung.
18:14Biasanya di kuartal ke-3 dan ke-4 ini
18:17ini panen investasi
18:18yang tadinya komitmen
18:19jadi realisasi.
18:21Tapi investasi pun
18:22kalau masuk
18:23pertanyaan berikutnya
18:25bukan hanya nominalnya
18:26tapi juga serapan tenaga kerjanya
18:28gimana?
18:28Karena kita temukan
18:29investasi itu
18:30bukannya tidak masuk
18:32masuk
18:32investasi langsung
18:33tetapi
18:34lebih banyak kepadat modal.
18:37Serapan tenaga kerjanya
18:38semakin lama
18:38makin kecil.
18:39Jadi tergantung
18:40pemerintah
18:41sebaiknya
18:42satu sisi berpikir
18:43sisa akhir tahun ini
18:44mau diapakan.
18:46Karena saya
18:46tidak yakin
18:47100%
18:48apa yang dilakukan
18:49Pak Purbaya
18:49injeksi 200 triliun
18:51misalnya ke
18:52Bank Himbara
18:53itu bisa langsung
18:54dirasakan pada
18:55akhir tahun 2025 ini.
18:58Bisa jadi
18:58efeknya ada dua nih.
19:00Kalau dia berhasil
19:012026
19:03kuartal pertama
19:04pertumbuhan naik
19:05atau
19:06kalau dia
19:07tidak berhasil
19:08jadi NPL
19:09jadi kredit macet
19:10di kuartal pertama
19:112026.
19:12pertaruhannya begitu
19:13kalau untuk yang
19:14stimulus
19:14200 triliun.
19:16Jadi yang bisa digerakkan
19:17sekarang adalah
19:18bangun
19:19confidence
19:20bangun
19:21kepercayaan
19:22dari para investor
19:23dan pelaku usaha
19:24bahwa kebijakan ini
19:25tidak berubah-ubah
19:26semua sedang nunggu
19:27TKDN
19:28mau diapain
19:28Pak Prabowo
19:30kemudian
19:31dari sisi
19:32kuota import
19:32itu mau diapakan
19:33karena makin
19:34tidak pasti
19:35kebijakan
19:36dan juga ada
19:37negosiasi
19:38dengan Amerika
19:39yang masih berlanjut
19:40ini sebagian besar
19:41tahan diri
19:42untuk investasi
19:43di akhir tahun
19:44kemudian juga
19:45terkait dengan
19:46masalah
19:47birokrasi
19:49dan koordinasi
19:49lintas kementerian ini
19:50ini saya kira
19:51Pak Purbaya ini
19:53menggantikan fungsi
19:54PCO
19:54terutama PCO
19:55atau bagian komunikasi
19:57di bidang ekonomi ini
19:58nah ini kan
19:59perlu
20:00dilihat juga
20:01gitu ya
20:02apakah
20:02itu yang perlu dilakukan
20:04oleh Pak Purbaya
20:05atau sebenarnya
20:06itu tugas
20:07oleh kementerian lainnya
20:08jadi jangan sampai
20:09Pak Purbaya
20:10jadi double job
20:11dia bikin press conference
20:13untuk menggerakkan
20:14sentimen
20:14misalnya sentimen pasar
20:15tapi jangan lupa
20:17bahwa yang dilihat
20:18oleh investor
20:18itu adalah
20:19kebijakan
20:20yang akan dilakukan
20:22dari sisi fiskal
20:23nah ini yang
20:24saya kira
20:25pembagian tugas
20:26dan koordinasi
20:27lintas kementerian
20:27ini juga harus akrab
20:28yang terakhir juga
20:30apa yang terjadi
20:31dengan Pak Purbaya
20:32dan Pak Bahlil
20:33misalnya
20:33soal kilang minyak
20:36kemudian
20:37soal
20:38impor LPG
20:39beban subsidi
20:40nah itu
20:41gak boleh dibuka
20:42ke publik
20:42itu harus di internal
20:44kementerian saja
20:45harus
20:45koordinasi dulu
20:47sebelum
20:47melakukan statement
20:48nah itu yang
20:49dilihat oleh investor
20:50karena penggerak
20:51di kuartal ketiga
20:53dan empat
20:54itu konsumsi
20:55rumah tangga
20:56Nataru
20:56belanja
20:57pemerintah
20:58kemudian realisasi
20:59investasi
21:00nah ini yang harus
21:01dijaga
21:01dari sisi
21:02kepercayaan
21:03atau trust
21:04trust konsumen
21:05trust ke investor
21:06ini yang
21:07kita lihat
21:07masih minus
21:08masih belum
21:09masih belum
21:10oke
21:10Mas Bima
21:10kalau tadi ada optimisme
21:12bisa tumbuh
21:12di atas 5%
21:13kalau dari
21:14Mas Bima sendiri
21:15dari Selyos
21:15estimasi pertumbuhan ekonomi
21:16tahun ini
21:17berapa nih
21:17kalau kita melihat kan
21:18MenQ juga banyak
21:19kasih likuiditas
21:20ke sistem keuangan Indonesia
21:22kalau kita proyeksikan
21:24itu ada di range
21:254,8
21:27sampai dengan
21:284,9%
21:29untuk full year
21:31atau tahun penuh
21:322025
21:33memang ada
21:34beberapa faktor
21:36pendukung
21:36di akhir tahun
21:38momentum
21:39seasonal
21:39atau momentum
21:40musiman
21:41masyarakat
21:42belanja
21:43dan ada diskon
21:43untuk
21:44tiket pesawat
21:45dan lain-lain
21:46tetapi
21:47itu semua tidak cukup
21:48sekali lagi
21:48bahwa
21:49masyarakat
21:50mau jalan-jalan pun
21:51dia akan cek
21:52dompetnya
21:53meskipun harga tiket
21:55pesawatnya diturunkan
21:56belum tentu
21:57mereka akan
21:58menggunakan
21:59uang dari penghasilan
22:00ataupun simpanan
22:01untuk jalan-jalan
22:02jadi ada pertimbangan lain
22:03sebagian masyarakat
22:04kelas menengah
22:05terutama
22:05ini akan menyiapkan
22:07dana lebih banyak
22:08untuk mempersiapkan
22:10tekanan di
22:102026
22:11jadi uangnya
22:13lebih baik
22:13misalnya dihemat
22:14untuk
22:14keperluan belanja
22:152026
22:16karena sekarang ini
22:18yang menjadi
22:18pertanyaan juga
22:19apakah
22:20misalnya
22:20iuran BPJS
22:21kesehatan
22:22di 2026
22:23itu akan naik
22:24karena itu juga
22:26harus dikelirkan
22:26dari sekarang
22:27kita gak pengen
22:28nanti
22:29ada gonjang-ganjing
22:31seperti PPN
22:32di akhir tahun
22:33yang membuat
22:34masyarakat bingung
22:35waktu itu
22:36PPN jadi 11
22:37atau 12%
22:38diputuskannya
22:39di tahun baru
22:40nah ini sekarang
22:41yang sedang
22:42didorong agar
22:43diputuskan cepat
22:43BPJS kesehatan
22:45iurannya
22:45gimana caranya
22:47tidak naik
22:47di 2026
22:48nah itu akan
22:49mendorong
22:49masyarakat
22:50lebih banyak belanja
22:51di akhir tahun
22:522025 ini
22:53oke
22:54di prediksi
22:55masih di bawah 5%
22:564,8 sampai
22:574,9%
22:58full year
22:59ini tentunya
22:59jadi catatan
23:00untuk pemerintah
23:00soal bagaimana
23:01indeks keakinan
23:02konsumen ini
23:03makin turun
23:03meskipun sudah
23:04kasih stimulus
23:04tapi itu tadi
23:05jangan eksperimental
23:06bisa dirasakan
23:07karena tadi
23:08punya cita-cita
23:08optimismenya
23:09pertumbuhan ekonomi bisa
23:10ya di kuartal
23:113 2025
23:12bisa 5,1%
23:13terima kasih
23:14Direktur Eksekutif
23:15Selios
23:15Mas Bima Yudistira
23:16sudah bersama di
23:16Kompas Bisnis
23:17terima kasih
23:19Mbak Okta

Dianjurkan