00:00Berita selanjutnya, saudara pembuatan kain tenun songket menggunakan alat tenun bukan mesin atau secara manual hingga kini masih aksis.
00:07Meski diterpa produksi kain tenun buatan mesin, hasil kain tenun songket yang dibuat secara tradisional, nyatanya juga mampu bersaing.
00:14Terbukti, peminat kain tenun songket ini banyak yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia.
00:22Bunyi irama ketukan kayu menyelimuti ruangan ukuran 600 meter persegi ini.
00:28Di beberapa sudut bangunan, sejumlah wanita sibuk dengan aktivitasnya.
00:33Mereka sedang mengerjakan karya tenun songket pesanan para pelanggan.
00:38Mereka sedang merangkai helai benang dengan berbagai warna yang cerah.
00:42Secara hati-hati, motif kain tenun songket yang cantik pun mulai terlihat.
00:48Mereka setiap harinya menenun menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM.
00:53Satu helai kain tenun songket dengan panjang 2 meter, para pekerja membutuhkan waktu seminggu lamanya.
01:00Produksi kain tenun songket menggunakan alat tradisional ini berada di Jalan Kayu Mas, Kecamatan Payung Sukaki, Kota Pekanbaru, Riau.
01:08Perubah produksi ini berdiri sejak tahun 1969 dan dijalankan secara turun-temurun.
01:15Wan Fitri Handayani selaku pemilik produksi kain tenun songket ATBM ini mengaku,
01:22produksinya tetap eksis sampai saat ini yang paling diperhatikan adalah soal kualitas yang dihasilkan.
01:28Kain tenun songket yang dihasilkan juga memiliki cerik khas dibanding dengan kain tenun songket yang diproduksi menggunakan mesin.
01:35Kain tenun songket yang dihasilkan memiliki berbagai motif,
01:39seperti motif pucuk rebu, motif tampuk manggis, motif siku keluang, dan beberapa motif belayu riau.
01:46Hingga kini peminat kain tenun songket miliknya datang dari berbagai daerah di Indonesia.
01:51Bahkan para pembeli juga datang dari negara tetangga, salah satunya dari negara Malaysia.
01:56Kain tenun tangan itu tentu kita menjaga nilai tradisionalnya,
02:06handmade-nya tenaga manusia yang akan kita gunakan,
02:09membantu perekonomian orang sekitar juga,
02:12tidak menggunakan listrik dengan mesinnya pambet sekarang.
02:17Dan di situ letak nilainya, di situ letak nilai mahalnya,
02:23yang membedakan dia memang pembuatannya lebih sulit,
02:27harus dengan kesabaran kita berusaha dengan selembar benang
02:32yang akan kita lahirkan menjadi sebuah kain.
02:35Pemotif ya, pemotif ini dirilang pasti beragam,
02:38tapi kalau untuk buat kisih kita cuma menggunakan,
02:40paling tidak sampai pemotif.
02:42Nah, itu yang biasanya yang paling banyak peminat itu kunci berbu,
02:48ada yang namanya siku awan, ada yang namanya siku tuang,
02:51ada yang namanya tampuk manis.
02:53Tentangannya apa?
02:54Tentangannya SDM.
02:57Karena kalau konsumen lihat sendiri,
02:59kita harus melahirkan sebuah dari benang,
03:03melahirkan sebuah kain.
03:05Nah, itu memadatkan ribuan benang-benang itu menjadi 2 meter kain itu,
03:09kayaknya kita butuh penenuh yang memang cukup tepun,
03:14konsisten dan sabar untuk terus kerjaan di sini.
03:19Peminat kebanyakan dari instansi ya,
03:23kalau kita mau penjualan itu lebih banyak instansi,
03:27seperti souvenir, kadu, ciri khasoleolnya,
03:31ya, misalnya untuk konsumen kita yang akan mengadakan hajatan,
03:37pesta, wedding itu, Alhamdulillah pasti selanjutnya.
03:41Selanjutnya, tunjuan-tunjuan untuk kita mau tanggung dari luar,
03:45itu tuh, Alhamdulillah membanding.
03:48Meski tetap eksis,
03:51tantangan yang dihadapi oleh Wan Fitri Handayani adalah
03:54dari segi kualitas sumber daya para pekerja,
03:57mereka harus sabar serta memiliki ketelitian.
04:01Kain tenun songket yang dihasilkan menggunakan alat tenun
04:03bukan mesin harganya tergolong lebih mahal.
04:06Satu hal lain kain hasil produksi harganya berkisar 400 ribu hingga jutaan rupiah.
04:11Sawino Ardi, Kompas TV, Pekanbaru, Riau.
04:15Terima kasih.