Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
PEKANBARU, KOMPAS.TV - Pembuatan kain tenun songket menggunakan alat tenun bukan mesin, atau secara manual, hingga kini masih eksis.

Meski diterpa produksi kain tenun buatan mesin, hasil kain tenun songket yang dibuat secara tradisional nyatanya juga mampu bersaing.

Terbukti, peminat kain tenun songket ini banyak yang datang dari negara tetangga, seperti Malaysia.

Bunyi irama ketukan kayu menyelimuti ruangan ukuran 600 meter persegi ini. Di beberapa sudut bangunan, sejumlah wanita sibuk dengan aktivitasnya. Mereka sedang mengerjakan karya tenun songket pesanan para pelanggan.

Mereka sedang merangkai helai benang dengan berbagai warna yang cerah. Secara hati-hati, motif kain tenun songket yang cantik pun mulai terlihat. Mereka setiap harinya menenun menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM.

Satu helai kain tenun songket dengan panjang dua meter, para pekerja membutuhkan waktu seminggu lamanya.

Produksi kain tenun songket menggunakan alat tradisional ini berada di Jalan Kayu Mas, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru, Riau. Rumah produksi ini berdiri sejak tahun 1969 dan dijalankan secara turun-temurun.

Wan Fitri Handayani, selaku pemilik produksi kain tenun songket ATBM ini, mengaku produksinya tetap eksis sampai saat ini. Yang paling diperhatikan adalah soal kualitas yang dihasilkan. Kain tenun songket yang dihasilkan juga memiliki ciri khas dibanding dengan kain tenun songket yang diproduksi menggunakan mesin.

#kaintenun #pekanbaru #riau

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/622097/cantik-dan-bernilai-tinggi-tenun-songket-alat-tenun-bukan-mesin-pekanbaru-jadi-incaran-kolektor
Transkrip
00:00Berita selanjutnya, saudara pembuatan kain tenun songket menggunakan alat tenun bukan mesin atau secara manual hingga kini masih aksis.
00:07Meski diterpa produksi kain tenun buatan mesin, hasil kain tenun songket yang dibuat secara tradisional, nyatanya juga mampu bersaing.
00:14Terbukti, peminat kain tenun songket ini banyak yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia.
00:22Bunyi irama ketukan kayu menyelimuti ruangan ukuran 600 meter persegi ini.
00:28Di beberapa sudut bangunan, sejumlah wanita sibuk dengan aktivitasnya.
00:33Mereka sedang mengerjakan karya tenun songket pesanan para pelanggan.
00:38Mereka sedang merangkai helai benang dengan berbagai warna yang cerah.
00:42Secara hati-hati, motif kain tenun songket yang cantik pun mulai terlihat.
00:48Mereka setiap harinya menenun menggunakan alat tenun bukan mesin atau ATBM.
00:53Satu helai kain tenun songket dengan panjang 2 meter, para pekerja membutuhkan waktu seminggu lamanya.
01:00Produksi kain tenun songket menggunakan alat tradisional ini berada di Jalan Kayu Mas, Kecamatan Payung Sukaki, Kota Pekanbaru, Riau.
01:08Perubah produksi ini berdiri sejak tahun 1969 dan dijalankan secara turun-temurun.
01:15Wan Fitri Handayani selaku pemilik produksi kain tenun songket ATBM ini mengaku,
01:22produksinya tetap eksis sampai saat ini yang paling diperhatikan adalah soal kualitas yang dihasilkan.
01:28Kain tenun songket yang dihasilkan juga memiliki cerik khas dibanding dengan kain tenun songket yang diproduksi menggunakan mesin.
01:35Kain tenun songket yang dihasilkan memiliki berbagai motif,
01:39seperti motif pucuk rebu, motif tampuk manggis, motif siku keluang, dan beberapa motif belayu riau.
01:46Hingga kini peminat kain tenun songket miliknya datang dari berbagai daerah di Indonesia.
01:51Bahkan para pembeli juga datang dari negara tetangga, salah satunya dari negara Malaysia.
01:56Kain tenun tangan itu tentu kita menjaga nilai tradisionalnya,
02:06handmade-nya tenaga manusia yang akan kita gunakan,
02:09membantu perekonomian orang sekitar juga,
02:12tidak menggunakan listrik dengan mesinnya pambet sekarang.
02:17Dan di situ letak nilainya, di situ letak nilai mahalnya,
02:23yang membedakan dia memang pembuatannya lebih sulit,
02:27harus dengan kesabaran kita berusaha dengan selembar benang
02:32yang akan kita lahirkan menjadi sebuah kain.
02:35Pemotif ya, pemotif ini dirilang pasti beragam,
02:38tapi kalau untuk buat kisih kita cuma menggunakan,
02:40paling tidak sampai pemotif.
02:42Nah, itu yang biasanya yang paling banyak peminat itu kunci berbu,
02:48ada yang namanya siku awan, ada yang namanya siku tuang,
02:51ada yang namanya tampuk manis.
02:53Tentangannya apa?
02:54Tentangannya SDM.
02:57Karena kalau konsumen lihat sendiri,
02:59kita harus melahirkan sebuah dari benang,
03:03melahirkan sebuah kain.
03:05Nah, itu memadatkan ribuan benang-benang itu menjadi 2 meter kain itu,
03:09kayaknya kita butuh penenuh yang memang cukup tepun,
03:14konsisten dan sabar untuk terus kerjaan di sini.
03:19Peminat kebanyakan dari instansi ya,
03:23kalau kita mau penjualan itu lebih banyak instansi,
03:27seperti souvenir, kadu, ciri khasoleolnya,
03:31ya, misalnya untuk konsumen kita yang akan mengadakan hajatan,
03:37pesta, wedding itu, Alhamdulillah pasti selanjutnya.
03:41Selanjutnya, tunjuan-tunjuan untuk kita mau tanggung dari luar,
03:45itu tuh, Alhamdulillah membanding.
03:48Meski tetap eksis,
03:51tantangan yang dihadapi oleh Wan Fitri Handayani adalah
03:54dari segi kualitas sumber daya para pekerja,
03:57mereka harus sabar serta memiliki ketelitian.
04:01Kain tenun songket yang dihasilkan menggunakan alat tenun
04:03bukan mesin harganya tergolong lebih mahal.
04:06Satu hal lain kain hasil produksi harganya berkisar 400 ribu hingga jutaan rupiah.
04:11Sawino Ardi, Kompas TV, Pekanbaru, Riau.
04:15Terima kasih.

Dianjurkan