Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
JAKARTA, KOMPAS.TV Akademisi, Rocky Gerung sempat menyinggung soal polemik ijazah palsu hingga fufufafa saat berbicara dalam acara Dialog Publik Polri pada Senin (29/9/2025).

"Di belakang kepala kita, di belakang kepala emak-emak, dosen, jurnalis, ada isu yang unexplainable," ujar Rocky.

"Yaitu soal fufufafa dan ijazah palsu, itu yang jadi background kemarahan publik yang tak mungkin diucapkan. Karena menunggu kepastian ini," lanjutnya.

Baca Juga Bikin Tertawa! Menkeu Purbaya Kritik Rocky Gerung saat Bicara Ekonomi Era Jokowi di https://www.kompas.tv/ekonomi/617535/bikin-tertawa-menkeu-purbaya-kritik-rocky-gerung-saat-bicara-ekonomi-era-jokowi

#rockygerung #ijazahpalsu #fufufafa

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/620259/rocky-gerung-singgung-soal-polemik-ijazah-palsu-hingga-fufufafa-jadi-background-kemarahan-publik
Transkrip
00:00Terjadi reformasi, tidak terjadi transformasi.
00:05Lembaganya dipisah.
00:07Beliunya tidak ikut transformasi.
00:11Tadi dikatakan polisi harus kembali pada prinsip supremasi sipil.
00:18Itu juga salah.
00:20Yang si supreme itu bukan orang sipilnya, tapi nilai-nilai sipil.
00:25Jadi yang benar bukan supremacy, civilian supremacy,
00:29tapi the supremacy of civilian value.
00:33Supremasi dari nilai-nilai sipil.
00:36Di dalam demokrasi, mau tentara, mau satpam, mau akademisi, profesor,
00:41punya ijasa apa enggak punya ijasa, tunduk pada nilai sipil.
00:45Lampu merah artinya tentara harus berhenti, polisi harus berhenti, profesor harus berhenti.
00:50Itu namanya nilai sipil.
00:52Jadi lampu merah itu nilai sipil, lampu hijau nilai sipil.
00:56Itu yang kita mau biasakan.
00:59Jadi sebetulnya kita mau bongkar dulu bahwa kenapa hari-hari ini ada ketakutan pada,
01:08tadi Usman Hamid pakai istilah,
01:12the revival of authoritarianism.
01:13Sebetulnya itu masih abstrak, kembalinya authoritarianism.
01:20Lebih tepat, creeping militarism.
01:26Pengamat dunia sekarang menganggap Indonesia, militarisme itu lagi merangkak, creeping.
01:32Dan itu yang sebetulnya lebih berbahaya daripada reformasi.
01:39Reformasi TNI tersusul oleh creeping militarism, kita balik pada the revival of authoritarianism.
01:45Itu soalnya.
01:46Jadi saya mau terangkan bahwa ada reformasi terjadi pemisahan lembaga, tentara, dan militer.
01:55Tapi hanya sekedar reformasi, bukan transformasi.
01:59Kenapa?
01:59Karena nilai-nilai militaristik tidak tercegah di 98.
02:06Nilai-nilai itu carry over ke dalam sistem.
02:09Demokrasi.
02:12Jadi sebetulnya kita belum masuk di dalam era demokrasi.
02:18Reformasi tidak menghasilkan demokrasi.
02:22Terjadi perubahan kelembagaan, tapi tidak terjadi perubahan nilai-nilai berdemokrasi.
02:28Dengan kata lain,
02:30kalau kita sebut kita pindah dari otoriter ke demokrasi,
02:34pindah itu artinya langkah keluar dari order baru masuk ke order reformasi.
02:41Kita baru keluar dari, belum masuk ke.
02:46Lembaga-lembangnya lengkap.
02:48KPU ada.
02:49Parlemen ada.
02:50Mahkamah Konstitusi ada.
02:53DPR ada.
02:55Lembaganya lengkap.
02:57Tapi pelembagaan belum berlangsung sempurna.
03:02Hanya itu yang mau kita pastikan.
03:05Jadi sekali lagi,
03:06kalau kita mau bicara tentang reformasi, transformasi, apapun istilahnya,
03:11kita mesti lihat bahwa kondisi kelembagaan kita itu
03:14tidak menghasilkan pelembagaan,
03:17hanya ada perubahan di dalam lembaga.
03:22Tetapi,
03:23kita mulai lihat bahwa ada inisiatif lokal
03:26untuk menghasilkan ide tentang demokrasi.
03:31Waktu demonstrasi Agustus kemarin,
03:33saya ada di Peganbaru di Riau.
03:34nemenin
03:35Irjen Heri Heriawan,
03:39Kapolda Riau.
03:42Demonstrasi yang besar itu,
03:44saya datang ke situ,
03:46yang dipajang di depan para demonstran,
03:48menyambut para demonstran,
03:49bukan panser,
03:51bukan water cannon,
03:52tapi sepanduk besar,
03:54ditulis oleh Kapolda Riau,
03:55Saudara Heri Heriawan,
03:57selamat datang para pejuang aspirasi.
04:01Bayangin coba,
04:02dia sambut,
04:05dengan sepanduk itu,
04:08gak ada ketakutan,
04:09demonstran,
04:10ngoce suka-sukanya,
04:11karena dianggap demonstrasi itu pejuang aspirasi.
04:14Dengan cara itu langsung terbagi kimianya itu.
04:18Pejuang aspirasi diterima,
04:22provokator,
04:24dihalangi.
04:25Yang memperjuangkan aspirasi,
04:27pasti pakai argumen.
04:28yang ingin merusak demonstrasi,
04:31pasti pakai molotov.
04:34Mudah dipisahkan.
04:36Jadi, contohlah,
04:38Kapolda Riau.
04:39Bukan saya puji-puji,
04:40tapi faktanya begitu.
04:42Dia menerima protes itu,
04:44sebagai pejuang aspirasi.
04:47Sepanduknya di depan.
04:48Mahasiswa datang,
04:50digelar sepanduk di depan tiba-tiba.
04:52Selamat datang,
04:53para pejuang aspirasi.
04:56Karena kita menghormati,
04:57mahasiswa yang berjuang
04:58untuk menghasilkan perubahan politik.
05:02Itu dasarnya.
05:04Suatu waktu saya
05:05bertemu dengan Pak Kapolri.
05:11Saya lagi membantu.
05:14Saya cerita saja sebelum saya bicara teorinya.
05:19Saya lagi berupaya untuk membuat
05:21beberapa polda itu,
05:23laboratorium tentang civilian value.
05:27Nah, karena saya berteman dengan Pak Herriman,
05:29saya bolak-balik ke,
05:30bukan baru.
05:31Tiba-tiba ada seorang tokoh
05:33masyarakat sipil,
05:34WA saya,
05:35Rocky Gerung,
05:36Anda ternyata sudah dibeli
05:38oleh polisi itu.
05:41Bayangin coba.
05:42Kenapa?
05:44Terlihat Anda berfoto dengan
05:46Pak Sigit,
05:49Kapolri.
05:51Lagi nanam pohon.
05:54Dan Anda bicara,
05:56pidato di samping Kapolri.
05:57Saya bilang enggak.
05:59Pak Sigit enggak,
06:00tidak di samping saya,
06:01dia di belakang saya.
06:05Kenapa enggak dibalik?
06:06Bahwa saya
06:06yang membeli
06:09Kapolri.
06:10Bukan saya yang terbeli.
06:12Karena saya nyusun kurikulum
06:14tentang hubungan
06:15antara polisi dan lingkungan.
06:18Yang disebut green policing.
06:20Yang dipermosikan oleh
06:22Kapolri.
06:23Jadi bayangin,
06:24masyarakat sipil pun mencurigai
06:26aktivitas masyarakat sipil.
06:28Karena dia enggak paham bahwa
06:30lebih banyak orang yang mati
06:33karena kerusakan lingkungan
06:34daripada yang mati di jalan raya.
06:35itu soalnya.
06:39Jadi kepicikan
06:41aktivis masyarakat sipil juga ada.
06:43Karena kecengengan,
06:44enggak bisa berpikir.
06:46Kalau saya kritik,
06:46saya juga kritik
06:47lingkungan saya.
06:49Yang mencurigai
06:50hubungan antara aktivis,
06:53dosen,
06:54jurnalis,
06:55dengan kalangan kepolisian.
06:57Roki Gerung
06:59sudah terkooptasi
07:01oleh Kapolri.
07:03Lalu dalam isu lingkungan
07:04terbalik.
07:05Pak Sigi terkooptasi
07:06oleh isu lingkungan
07:07yang saya buat.
07:09Begitu dong fairness-nya itu.
07:12Jadi kita lihat bagaimana
07:13kepicikan itu
07:14ada di lembahkan
07:15masyarakat kita.
07:16Dan itu terjadi
07:18karena satu hal.
07:19Di belakang
07:20kepala kita,
07:21di belakang kepala makmak,
07:23di belakang kepala para dosen,
07:24kepala jurnalis,
07:25ada isu yang
07:26unexplainable.
07:27unspeakable.
07:31Yaitu soal
07:32fufufafa
07:33dan soal
07:34ijasa palsu.
07:36Itu yang jadi
07:37background
07:38kemarahan publik
07:39yang tidak mungkin
07:39dia ucapin.
07:41Karena menunggu
07:41kepastian
07:42isu ini sampai di mana.
07:44Kita bikin riset,
07:45saya bikin riset,
07:45isu ini akan ada di
07:46semester ke depan
07:47masih ada di situ.
07:50Jadi kita mau coba
07:51bahas sekaligus
07:52apa yang kita sebut
07:53sebagai reformasi
07:54sebetulnya
07:55basisnya adalah
07:56kecurigaan
07:57masyarakat sebil
07:58terhadap penyelesaian
08:00kasus-kasus
08:01yang sangat sensitif.
08:03Mereka tidak bisa
08:04ucapkan,
08:04saya pakai satu istilah,
08:06deep psychology,
08:07psikologi dalam
08:08masyarakat kita
08:09adalah
08:10bimbangan,
08:12kecurigaan,
08:12ketidakpastian.
08:13Ketidakpastian politik
08:14sekarang
08:15disiram dengan
08:17ketidakpastian ekonomi.
08:18Maka orang akan cari
08:19siapa yang harus
08:21bertanggung jawab.
08:22selamat menikmati.
08:24Terima kasih.

Dianjurkan