- 11 months ago
Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6%. Kemudian, suku bunga Deposito Facility tetap 5,25% dan Lending Facility 6,75%. Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter guna memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian, bank sentral telah mempertahankan BI Rate 6% selama 3 bulan.
Sementara itu, fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, terutama terkait perkembangan politik di Amerika Serikat. Bank Indonesia juga akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah, dan prospek inflasi, serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan.
Sementara itu, fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, terutama terkait perkembangan politik di Amerika Serikat. Bank Indonesia juga akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah, dan prospek inflasi, serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan.
Category
📺
TVTranscript
00:00PEMIRSA BANK INDONESIA KEMBALI MEMPERTAHANKAN SUKU BUNGACUAN BI RATE DI LEVEL 6% PADA BULAN NOVEMBER INI DAN KEPUTUSAN BI KONSISTEN DENGAN ARAH KEBIJAKAN MONETER UNTUK MEMASTIKAN LAJU INFLASI TETAP TERKENALI DAN MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN.
00:29Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 19 dan 20 November 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6%,
00:45suku bunga deposit fasiliti juga tetap sebesar 5,25% dan suku bunga lending fasiliti tetap sebesar 6,75%.
00:59Demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia terkait hasil rapat Dewan Gubernur BI yang kembali mempertahankan suku bunga cuan BI rate di level 6%,
01:08kemudian suku bunga deposit fasiliti tetap 5,25% dan lending fasiliti 6,75%.
01:15Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter guna memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025,
01:26serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
01:29Dengan demikian Bank Sentral telah mempertahankan BI rate 6% selama 3 bulan.
01:37Sementara itu fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global,
01:45terutama terkait perkembangan politik di Amerika Serikat.
01:49Bank Indonesia juga akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi,
01:54serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan.
02:03Dari Jakarta, Tim Liputan, IDX Channel.
02:09Baikpun misalnya berikut ini kita sampaikan terkait dengan data pergerakan inflasi,
02:12kita akan cermati bersama bagaimana pergerakan inflasi secara tahunan maupun bulanan.
02:18Seperti yang bisa anda saksikan di layar televisenya pergerakan inflasi kita di bulan Oktober tercatat 0,08% secara tahunan kemudian,
02:28maksud kami tahunan di 1,71% kemudian secara bulanan di 0,08% pada bulan Oktober.
02:35Tapi trendnya cenderung turun begitu secara tahunan untuk inflasi meskipun kita tahu cepat terjadi juga deflasi begitu dalam beberapa bulan terakhir.
02:46Berikutnya pergerakan nilai tukar rupiah kita akan cermati.
02:49Ini sempat memang mengalami tekanan ya dalam beberapa hari pergerakan nilai tukar rupiah kita masih di 15.800an per dolar Amerika Serikat.
03:01Baikpun misalnya untuk membahas tema kita kali ini terkait dengan Bank Indonesia yang kembali mempertahankan BI rate di level 6%.
03:09Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Rian Kiryanto, Ekonom Senior dan juga Senior Fakulti dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.
03:17Halo Pak Rian apa kabar?
03:27Ya sepertinya masih di mute Pak Rian.
03:31Udah oke kok.
03:34Terima kasih Pak Rian atas waktunya.
03:36Baik dan sudah bergabung juga ini Pak Suwandi Wiratno.
03:40Beliau adalah Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia.
03:43Halo Pak apa kabar Pak Suwandi?
03:45Kabar baik Mas Prahas.
03:47Terima kasih juga.
03:49Kabar baik juga. Terima kasih atas waktunya disempatkan.
03:51Dan langsung saja kita akan review ini kita ke Pak Rian Kiryanto.
03:54Terlebih dahulu dimana Bank Indonesia akhirnya memutuskan untuk mempertahankan kembali level BI rate di 6%.
04:02Apakah ini sudah sesuai dengan konsensus dari Ekonom sendiri ini Pak Rian?
04:07Kalau kita recheck hamil 1 sebelum penggunaan BI rate ini, kita monitorkan hampir mayoritas teman-teman Ekonom
04:18itu memforecast BI rate bakal turun 25 basis point.
04:23Ada sedikit Ekonom termasuk saya yang kami meyakini bahwa BI rate tetap akan ditahan di level 6%.
04:32Dengan pertimbangan utama waktu itu kalau kita monitor sepekan terakhir,
04:37perkembangan nilai tukar rupiah kita terhadap USD itu sedang tidak baik-baik saja.
04:42Beberapa bulan lalu rupiah sempat menguat kencang sekali 15.300an, sekarang sudah melemah.
04:50Bahkan hampir menyentuh level 16.000.
04:53Nah inilah yang menjadi salah satu prioritas utama Bank Indonesia untuk dilakukan stabilisasi.
04:59Makanya salah satu instrumen untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah adalah dengan tetap menahan level BI rate.
05:06Meskipun bulan lalu The Fed sudah menurunkan Fed Fund rate-nya sebesar 25 basis point.
05:15Tapi kembali saya ulang, tidak selalu langkah The Fed itu akan di-follow up,
05:20akan diikuti oleh Bank-Bank negara lain termasuk Bank Indonesia.
05:25Jadi saya ulang kembali, tekanan BI kemarin itu adalah bahwa rupiah harus dikendalikan agar lebih baik lagi,
05:32sehingga tidak semakin liar, bahkan mungkin bisa melampaui level 16.000 per USD.
05:40Apakah juga dipicu karena mungkin capital outflow yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini, Pak Rian?
05:46Itu juga menjadi salah satu faktor kedua setelah tekanan rupiahnya makin menguat.
05:52Dalam sepekan kemarin kan sempat terjadi dana asing keluar itu kan cukup besar dalam rupiah.
05:58Itu tidak boleh dibiarkan begitu saja, tetap harus dikendalikan.
06:04Salah satu yang dinilai mujarab adalah tahanlah BI rate,
06:08karena dengan BI rate yang 6% compare dengan Fed Fund rate yang 4,5% sampai 4,75%,
06:15maka bagi pemegang aset-aset dalam rupiah, mereka masih memiliki semacam sweetener ya.
06:22Dalam artinya spread atau perbedaan suku bunga antara Indonesia dan rupiah makin melebar.
06:28Itu yang coba untuk dijawab oleh Bank Indonesia.
06:33Dari pelaku usaha, khususnya dari perusahaan pembiayaan Indonesia,
06:36begitu Pak Suwanda Anda melihat bagaimana dengan langkah Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga cuma di 6%
06:41atau memang sudah sesuai harapan juga Anda dari pelaku usaha pembiayaan?
06:46Saya sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Rian,
06:50bahwa pemerintah selaku pengampu daripada kebijakan meneker tentunya sudah melihat dengan sangat hati-hati
06:57dan bahkan juga mungkin menjaga nilai tiga rupiah agak lebih stabil.
07:03Dan pelemahan rupiah ini juga sebenarnya pada saat pemenangan pemilu di Amerika
07:10pada saat Donald Trump terpilih menjadi presiden dan polisi-polisi dari Donald Trump
07:16sudah banyak diketahui oleh masyarakat luas.
07:20Artinya bahwa Donald Trump ini memang juga sangat pro terkait dengan yang katanya inflasi tinggi enggak masalah,
07:32tapi dia juga akan menerapkan kebijakan suku bunga fatnya mungkin nanti tetap tinggi.
07:38Namun demikian bukan berarti bahwa akan dinaikkan dan kami masih melihat penurunan defect tetap akan berlanjut.
07:46Nah sampai di level berapa terendahnya tentu nanti ini menjadi kebijakan di Amerika sendiri.
07:51Nah atas daripada kebijakan ini tentu kita bisa pahami kenapa para investor-investor yang menanamkan
08:00investor Amerika menanamkan dananya ini akan kembali ke Amerika.
08:05Karena kalau tidak terjadi perbedaan yang besar antara suku bunga yang mereka tanamkan di negara lain
08:13itu mereka akan membawa kembali.
08:15Dan ini kebijakan saya rasa memang sangat baik yang dilakukan oleh BI pada saat ini dengan tidak menurunkan BI rate.
08:21Ya Pak Suwandi, lantas bagaimana dengan kondisi terkini dari kinerja industri pembelian di tanah air
08:26dengan ya kita tahu suku bunga acuan yang bertahan berarti sudah 3 bulan nih kalau kita lihat di bulan ini masih 6%.
08:32Ya kalau kita bicara mengenai suku bunga acuan mungkin tidak langsung berdampak dan berimbas kepada industri perusahaan pembelian.
08:40Sebenarnya industri perusahaan pembiayaan senang-senang aja kalau terjadi penurunan dan tentunya kita juga berharap
08:46bank akan menurunkan suku bunga pinjaman kepada kami sebagai pelaku jasa usaha perusahaan pembelian.
08:51Karena kami non-deposit taking.
08:53Namun demikian sebenarnya yang lebih kita soroti adalah daya beli masyarakat yang memang kita rasakan
09:00sejak awal tahun terjadi perlambatan sehingga bahkan imbasnya sendiri terasa sekali misalnya
09:09pembelian kendaraan roda empat baru yang saat ini masih terjadi penurunan sekitar 16%.
09:19Nah ini yang kita cermati kalau kami di perusahaan pembiayaan.
09:23Oke itu dia ya berarti memang dari sisi daya beli masyarakat.
09:26Nah ini apakah bisa menjadi salah satu instrumen pendongkrah begitu ya?
09:31Parian tergandingan di tahannya suku bunga acuan tadi untuk menjaga selain nilai tukar rupiah juga
09:35apakah berkorelasi dengan bisa menjaga atau meningkatkan lagi daya beli masyarakat?
09:39Kita bahas nanti di segmen berikutnya.
09:41Parian Pasuwandi kita akan jeda dulu sebentar ya.
09:43Dan Pemirsa pastikan Anda masih bersama kami.
09:48Ya Anda masih menyaksikan market review pemirsa berikut ini kembali kami sampaikan data untuk Anda.
09:58Seperti apa kecerungannya karena kita ketahui bersama bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
10:02ya sedikit pengalami pelemahan begitu sudah meningkatkan level 5% dalam beberapa kuartal terakhir.
10:09Di kuartal tiga kemarin di 4,95%.
10:13Nah berikutnya kita lihat kinerja serpes neraca perdagangan kita.
10:16Dalam beberapa bulan terakhir juga sempat naik memang di bulan Agustus September kemudian di Oktober
10:23serpes neraca perdagangan kita sedikit melandai menjadi 2,48%.
10:30Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Suwandi Wiratno Kutoumum dari APPI
10:37dan juga Bapak Arian Keryanto.
10:39Arian kalau kita cermati dengan beberapa data tadi yang sudah disampaikan.
10:42Memang kalau dari industri pembiayaan mengalir sebawahi terkait dengan pelemahan daya beli masyarakat kita.
10:49Nah kalau Pak Arian sendiri melihat bagaimana seberapa jauh begitu memang secara fundamental
10:55ekonomi kita harus dibooster atau didorong lagi begitu Pak.
10:59Apakah BIR ini benar-benar bisa menjadi salah satu solusinya?
11:04Kalau lihat stand-nya dari keputusan rapat Dewan Gubernur BI kemarin
11:09jelas bahwa pimpinan Bank Indonesia lebih memprioritaskan standing stability over growth.
11:18Artinya prioritas jangka pendek itu adalah mempertahankan kestabilan dari nilai tukar rupiah kita
11:25agar tidak semakin jatuh atau melemah.
11:28Nah terkait dengan pertanyaan tadi mengenai daya beli masyarakat yang melemah
11:32itu spesifik hanya menimpa kalau kita bicara dari teori pemasaran
11:37itu tipe segmen, tipe kategori B.
11:41B itu kebanyakan komponen daripada populasi ya pekerja muda atau pekerja-pekerja
11:47yang mungkin penghasilan bulanannya ya mungkin maksimal 10 juta atau 15 juta ke bawah.
11:53Itu mereka yang sangat rentan kalau ada kenakan harga,
11:57kalau ada perubahan harga termasuk kalau ada kenakan inflasi.
12:01Mereka yang kelompok rentan dan mereka bisa sewaktu-waktu downgrade.
12:05Makanya kalau kita ngajuk ke data BPS itu jumlah populasi kelas menengahnya itu makin turun
12:11tapi yang orang miskin sama orang yang hampir miskin itu bertambah, makin bertambah.
12:18Nah sementara mereka itu yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi kita.
12:22Jadi kalau kelas menengahnya itu mengurangi konsumsinya
12:27ya tentunya efeknya langsung ke pertumbuhan PDB kita.
12:30Kita bisa lihat secara konsisten dari Q1 sampai Q3 itu PDB kita kan turun secara konsisten.
12:37Dari 5,11 persen kemudian 5,05 persen dan kemarin terakhir Q3 4,95 persen.
12:46Itu adalah ya tadi memang kelas menengah itu yang sebetulnya tingkat konsumnya tinggi
12:53cuman keterbatasan uang atau cash money-nya ya terpaksa mereka ada yang menunda pembelian
13:00bahkan ada yang tidak jadi membeli.
13:02Kalaupun mereka membeli itu mereka terpaksa harus menurunkan kualitas barang yang mereka beli.
13:09Nah itu accumulated.
13:10Nah dari mana kita bacanya deflasi dari Juni sampai September yang lalu selama 5 bulan berturut-turut
13:18itu memberikan indikasi kuat kepada kita bahwa sebagian masyarakat terutama di kelompok middle society
13:25itu memang terpukul dengan kemampuan daya belinya.
13:31Konfirmasi kedua adalah kita tiap hari disodori dengan berita-berita
13:35berapa angka pengangguran yang terus naik
13:38dan itu para pekerja formal yang tercatat di Kementerian Tenaga Kerja.
13:42Belum lagi yang di sektor informal atau non-formal.
13:45Mungkin lebih banyak lagi.
13:47Nah mereka inilah yang kemudian akhirnya ya sudah tidak membeli apa-apa juga nggak apa-apa.
13:51Sehingga konsumsi juga turun.
13:54Kalau kita ke mal-mal cari antrian apa parkir mobil begitu mudahnya
13:59kita masuk restoran nggak perlu antri udah langsung dapat meja
14:03itu indikasi memang sebagian masyarakat mengurangi konsumsi.
14:06Dan terbukti pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu di bawah 5%.
14:10Seingat saya angkanya 4,94%.
14:13Itu yang membuat total PDB kita nggak mengungkit.
14:16Artinya nggak tembus 5%.
14:18Nah kalau kita bicara mengenai jenis usaha yang terdampak dengan ditahannya BIR 6% ini
14:25sektor mana saja adakah yang justru diuntungkan begitu Pak Rian?
14:28Tentu ini kelompok teman-teman yang perdagangan menengah ke bawah.
14:33Ya perdagangan menengah ke bawah itu yang mungkin terpukul.
14:36Karena mereka itu memiliki segmen pasar yang kebetulan kelas menengah
14:40yang populasnya itu besar sekali ya, besar sekali.
14:43Tetapi bagi seperti sektor turisme misalnya,
14:47sektor turisme kita tahu itu adalah paket untuk kelompok kelas A.
14:52Kelas A itu artinya yang daya belinya relatif tidak tergerus lah oleh kondisi eksternal apapun.
14:57Buktinya apa? Kita cari tempat-tempat penginapan, kita cari hotel,
15:01kita cari perjumpaan bisnis itu agak sulit belakangan ini.
15:06Dalam artian ocupasi rate mereka tinggi-tinggi.
15:08Tapi untuk yang perdagangan, termasuk yang terkait dengan kebutuhan pokok atau sembako ya,
15:14makanya turun.
15:15Dan itu clear, 5 bulan terakhir deflasi itu kan menunjukkan
15:19bahwa pembentuk inflasi kita itu bukan soal harganya turun,
15:23yang membeli berkurang.
15:25Itulah terminologi daripada deflasi itu Mas Firas.
15:29Oke. Nah dari sisi usaha pembiayaan ini Pak Suwandi,
15:33sebenarnya bicara mengenai outstanding saat ini begitu yang berada di masyarakat,
15:37di industri pembiayaan, berapa sih Pak?
15:41Outstanding industri perusahaan pembiayaan sebenarnya masih sangat baik.
15:45Mas Firas bahwa kita memiliki outstanding total dari semua anggota
15:49kurang lebih sekitar Rp440 triliun.
15:52Ini mungkin akibat pencapaian yang luar biasa yang kita alami selama 2022-2023.
15:592024 terjadi sedikit perlambatan harapan kita bisa tumbuh 12%,
16:04bahkan saat ini pertumbuhan kita mungkin terakhir data dari OJK
16:08kurang lebih sekitar 9,39%.
16:11Kami masih mengejar di angka paling tidak 10%.
16:15Pengejaran ini tentu banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan kita yang turun.
16:21Tadi sudah disampaikan oleh Pak Rian bahwa yang terkena adalah kelas B,
16:27yang mungkin perusahaan pembiayaan ini ya banyak nasabahnya ya di kelas B ini.
16:31Yang non-bankable, middle income level ke bawah dan segalanya,
16:37yang punya income kurang lebih Rp10-15 juta.
16:40Nah ini kita rasakan sebenarnya.
16:42Pada tahun 2023 mereka membayar cicilan tidak ada masalah,
16:47tidak ada problem sama sekali.
16:50Tapi di 2024 ada beberapa hambatan-hambatan dalam bayaran cicilan mereka tentu.
16:55Banyak hal ya terkait dengan daya beli,
16:58terkait dengan adanya kenaikan harga bahan pokok di awal-awal tahun.
17:02Nah ini sebenarnya situasi yang berbeda.
17:05Tetapi kita menjaga rasio non-performing financing kita
17:10agar tetap di level yang baik dan terbukti sebenarnya
17:13di tengah perlambatan pertumbuhan kita
17:16yang memang tidak sesuai dengan harapan misalnya 12% di awal-awal tahun.
17:20Tapi kami tetap melihat bahwa NPF tetap terjaga dengan baik.
17:24Itu demikian mas.
17:25Baik, tapi kalau kita cermati NPFnya sendiri begitu bagaimana?
17:28Tercatat di bulan September itu 2,62% begitu ya.
17:33Kalau kita bandingkan dengan Agustus tahun lalu yang 2,66%.
17:37Anda lihat bagaimana?
17:38Ini secara gross ya?
17:39Sementara untuk yang netnya 0,81% di September ya?
17:42Ya, itulah yang saya sampaikan bahwa non-performing financingnya masih terjaga dengan sangat baik.
17:47Ini sepertinya sudah terjadi penurunan tertinggi,
17:49kita pernah mengalami 2,77% di tahun ini.
17:53Di tengah perlambatan pertumbuhan volume booking
17:56tentu pembaginya juga semakin berkurang.
17:59Tetapi kita bisa menjaga kualitas.
18:02Kualitas ini terjaga tentunya dengan kehatian-kehatian
18:05di dalam memberikan pinjaman kepada nasabah baru.
18:08Salah satu faktor kehatian-kehatian kami adalah
18:11kami mempunyai alat pengecekan yang lebih baik
18:13karena kita sudah menjadi anggota SLEEK OJK,
18:16terus ada Hawaiian yang kita bisa merek dari spending behavior
18:20melalui customer-customer tersebut,
18:22melalui scoring,
18:25banyak vendor-vendor yang bisa membantu dan lain-lainnya.
18:28Itu yang menjaga kualitas kita agar tetap selalu baik
18:31karena kita harus lebih hati-hati lagi
18:34melakukan approval proses kredit itu menjadi lebih baik
18:39agar NPF tetap terjaga sambil menunggu volume penjualan meningkat.
18:45Semua punya harapan 2025 bisa dapat diatasi dengan pemerintahan baru ini.
18:51Strategi yang sudah dilakukan teman-teman NPPI
18:54begitu melihat ataupun mengantisipasi memitigasi
18:57nasabah-nasabah yang masuk menjadi penopang NPF sendiri bagaimana?
19:02Salah satu strategi di mana terjadi perlambatan volume tentunya
19:06perusahaan pembiayaan kan sudah 50 tahun ya Pak.
19:09Jadi banyak perusahaan pembiayaan mempunyai database yang luar biasa besar.
19:13Di tengah terjadi perlambatan yang menjadi potensi pasar pembiayaan baru di kita
19:18adalah bagaimana kita melakukan pendekatan kepada debitor-debitor
19:22yang sudah mau lunas kita memberikan refinancing.
19:26Refinancing kalau dalam kata yang sederhana adalah daur ulang.
19:30Daur ulang dari yang berperformance baik,
19:33kita tawarkan lagi dengan BPKB-nya tidak diambil
19:36atau invoice alat beratnya tidak diambil
19:38atau lain-lainnya yang bentuk menjadi jaminan kita kembali
19:42dan mereka bisa mendapatkan pinjaman kembali kepada kita
19:45untuk kebutuhan-kebutuhan lain dengan mungkin tenore lebih jangka pendek.
19:50Dengan demikian perusahaan pembiayaan bisa mendapatkan asupan apinya.
19:54Asupan ini adalah kredit tetap tumbuh,
19:57tapi tumbuh dengan konsep pembiayaan yang berbeda.
20:03Misalnya sebelumnya adalah kami membiayai pembiayaan prestasi
20:07untuk membeli kendaraan, pembiayaan prestasi untuk membeli alat berat.
20:10Tapi ada produk lain misalnya refinancing yang sebenarnya sudah diizinkan
20:15melalui POJK 35 tahun 2018 yang lalu.
20:18Ya itu dia, refinancing menjadi salah satu solusi begitu ya
20:21untuk bisa mengatasi kondisi terutama bagi nasional masyarakat
20:24yang mungkin memiliki performa terbaik begitu dari sisi pembayarannya sendiri.
20:29Nah Farian untuk yang lebih makro lagi,
20:31Anda melihat bagaimana 6% sementara tadi nilai tukar rupiah
20:34kita kan juga terus tergerus dalam beberapa waktu terakhir.
20:37Sementara ini dampaknya juga nanti dikhawatirkan terkait dengan kebutuhan
20:41importasi bahan baku, penolong, dan lain-lain
20:44begitu menjadi salah satu modal juga untuk industri manufaktur kita ini
20:48Anda melihat bagaimana?
20:50Kalau kita lihat stand kebijakan Bank Indonesia yang condong pro stability ya.
20:57Artinya kebijakannya betul-betul berorientasi pada stabilitas
21:02satu nilai tukar rupiah, yang kedua adalah pengendalian inflasi.
21:06Tetapi BI juga meramu kebijakan ini dengan kebijakan yang
21:11sebetulnya terminologinya adalah masuk kategori pro growth.
21:14Itu dari sisi policy makropudensial.
21:18Nah given on that, sebetulnya ini nggak cukup.
21:21Tetap harus diperkuat dengan kebijakan fiskal.
21:24Maka desain kebijakan fiskal di 2 bulan terakhir ini
21:27mestinya lebih condong ke counter cyclical.
21:31Apa itu kebijakan yang counter cyclical?
21:33Yaitu kebijakan yang sifatnya memberikan dorongan
21:36atau simulus kepada real sector untuk mereka bangkit
21:40kemudian ekspansi di 2 bulan terakhir ini.
21:43Jangan lupa penggunaan APBN ini yang sisa 2 bulan itu adalah
21:47masih menggunakan APBN tahun berjalan.
21:49Bukan APBN yang 2025.
21:51Dengan kebijakan fiskal yang cenderung counter cyclical
21:56mudah-mudahan ya kita tidak akan memiliki silpa yang terlalu besar.
22:00Daripada jadi silpa atau sisa anggaran lebih,
22:03lebih baik itu dioptimalkan untuk mendorong tadi
22:06menjadi simulus atau simulan bagi real sector.
22:09Tentu di teman-teman kementerian keuangan,
22:13termasuk di Direktural Jenderal Pajak,
22:15tahulah bagaimana mereka membingkai kebijakan
22:18yang counter cyclical ini,
22:20sehingga ekonomi kita nggak semakin melambat lagi.
22:23Saya khawatir di kuartal 4 ini justru nanti lebih jelek
22:26dibanding kuartal 3 yang lalu,
22:29meskipun ada Pesta Demokrasi Jilid ke-2,
22:33yaitu Pilkada pada 7 November lagi.
22:36Tapi pengalaman sebelumnya harus kita note ini.
22:39Ternyata Pesta Demokrasi itu memang mendorong pertumbuhan.
22:43Tetapi di sisi lain justru mengurangi potensi pertumbuhan.
22:47Entah dari manufaktur, dari industri,
22:49maupun dari belanja pemerintah.
22:52Karena semuanya, maaf, ya sibuk bicara mengenai isu-isu politik.
22:58Nah itulah gambar besar yang harus kita cermati
23:01sebelum kita tutup tahun 2024 ini.
23:04Ya, proyeksi Anda terkait dengan BIR,
23:06paling tidak begitu akhir tahun,
23:08akan tetap bertahan di 6% atau tidak?
23:10Mengingat tadi, kita memang akhirnya tidak mengikuti
23:12langkah Bank Sentral Amerika Serikat
23:14yang sudah menurunkan suku pengajuan mereka.
23:16God willing saya BIR tetap akan di 6%,
23:18karena tadi udah disingkung di depan.
23:20Dari faktor eksternal yang sangat kuat
23:22mempengaruhi kebijakan fiskal dan monetar kita,
23:25yang kedua, semua orang tahu,
23:28para teman-teman ekonomi global tahu bahwa
23:30polisi outlook daripada Donald Trump itu cenderung untuk apa?
23:34Mendorong ekonomi Amerika bangkit lebih tinggi lagi,
23:37dan itu adalah membawa efek yaitu
23:39kenaikan inflasi di Amerika.
23:41Nah, kalau inflasi di Amerika naik lagi,
23:43menjauhi angka target yang 2%,
23:46maka hampir pasti Bank Sentral Amerika Serikat,
23:49The Fed, pilihannya cuma dua.
23:51Mentang level Fed Bridge sekarang ini,
23:54atau mungkin menaikkan lagi.
23:55Nah, ini berarti kan berbalik arah dengan ekspektasi kita
23:58bahwa tahun depan BIR akan lebih bisa diturunkan.
24:03Faktor eksternal ini betul-betul memang akan mengubah
24:06konstelasi kebijakan moneter
24:08di hampir seluruh pemerintahan di dunia, Mas Bas.
24:11Karena efek dari kemenangan Donald Trump tadi,
24:14yang sudah disingkung oleh Pak Wiranto Swandi tadi,
24:17itu betul sekali.
24:18Saya juga konsen kebijakan Donald Trump itu
24:20betul-betul tanda petik ya.
24:22Kebijakan yang betul-betul extraordinary
24:24yang harus kita cermati gitu.
24:26Oke.
24:27Baik ya, berarti memang stand kebijakan kita sudah on the track
24:30begitu dalam artian dari Bank Indonesia,
24:32kemudian sambil mencermati bagaimana juga perkembangan
24:34dari geopolitik di global begitu ya,
24:37dan keputusan-keputusan dari para pemimpin lah
24:40negara-negara dengan ekonomi besar dunia juga
24:42yang akan berdampak juga terhadap dinamika ekonomi global
24:45dan tentunya juga bisa berdampak terhadap Indonesia sendiri.
24:48Parian, terima kasih banyak atas informasi analisis
24:50yang sudah Anda sampaikan.
24:52Pak Swandi, terima kasih juga atas update
24:54dari industri pembiayaan begitu,
24:56dan semoga sampai dengan akhir tahun
24:58akan achieve 10% begitu atau diatas 10%
25:00untuk pertumbuhannya begitu ya, Pak Swandi.
25:02Baik, selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali.
25:04Salam sehat, Pak. Terima kasih, Parian.
25:06Terima kasih, Pak Pras.
25:08See you, Pak Swandi.
25:10Baik, Pemirsa, satu jam sudah saya menemani Anda
25:12dalam market review dan pembahas terus informasi Anda
25:14hanya di IDS Channel,
25:16di atas Worthy and Comprehensive Investment Reference.
25:18Karena urusan masa depan harus terdepan,
25:20aku investor saham.
25:22Ya, saya Prasetyo Wibowo
25:24beserta seluruh kerabat kerja yang bertugas.
25:26Pamit undur diri. Terima kasih.
25:28Sampai jumpa.
25:48Terima kasih telah menonton!
Recommended
11:28
2:59
2:51
1:41
1:25
2:27
1:49
44:27
1:40
2:24
1:59
2:26
4:37
Be the first to comment