Skip to playerSkip to main content
  • 1 year ago
Mata uang Rupiah terus mengalami tekanan atau depresiasi terhadap mata uang dolar Amerika Serikat, dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, data Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau Jisdor Bank Indonesia Jumat 21 juni 2023 mencatat, Rupiah nyaris menyentuh Rp16.500 per dolar Amerika.

Sejumlah kalangan, terutama para pelaku usaha yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku dari luar negeri alias impor pun, mulai was-was. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebutkan, depresiasi Rupiah berpotensi semakin menambah beban Operating Expenditure atau biaya operasional perusahaan.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Mata uang Garuda terus mengalami depresiasi bahkan sempat menembus 16.400 rupiah per dolar Amerika Serikat dan pelembahan rupiah ini pun dikhawatirkan akan mengancam industri di dalam negeri terutama yang memiliki exposure terhadap dolar Amerika.
00:25Mata uang rupiah terus mengalami tekanan atau depresiasi terhadap mata uang dolar Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir.
00:36Bahkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JIS Dorbank Indonesia Jumat 21 Juni 2023 mencatat rupiah nyaris menyentuh 16.500 rupiah per dolar Amerika.
00:49Sejumlah kalangan terutama para pelaku usaha yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku dari luar negeri alias import pun mulai was-was.
00:57Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menyebutkan depresiasi rupiah berpotensi akan semakin menambah beban operating expenditure atau biaya operasional perusahaan.
01:08Depresiasi rupiah juga akan membuat kinerja industri manufaktur di dalam negeri akan semakin tertekan.
01:14Hal ini disebabkan cost of doing business atau biaya melakukan bisnis menjadi mahal.
01:20Sehingga membuat bisnis industri yang berorientasi ekspor menjadi tidak kompetitif.
01:26Meski demikian, Bank Indonesia masih meyakini bahwa mata uang Garuda akan kembali menguat.
01:32Hal ini berdasarkan kondisi fundamental rupiah yang masih cukup kuat.
01:37Apakah BI masih meyakini rupiah ke depan menguat? Yes!
01:42Fundamentalnya akan menguat.
01:46Fundamentalnya akan menguat.
01:49Tapi dari gerakan bulan ke bulan, faktor-faktor informasi, sentimen akan membuat volatilitas naik turun, naik turun lah.
02:00Seperti itu. Nah, itu yang terus kita lakukan.
02:05Bank Indonesia juga telah menyiapkan sejumlah strategi yaitu intervensi.
02:09Kedua menaikkan suku bunga SRBI atau memperkuat struktur suku bunga operasi moneter.
02:15Dan ketiga BI Red, Jakarta Tim Liputan IDX Channel.
02:22Ya, berikut ini kami sampaikan data terkait dengan pergerakan kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir di sepanjang pekan lalu.
02:29Pergerakannya memang cenderung mengalami tekanan begitu terhadap Dolar Amerika Serikat.
02:33Sempat memang nyentuh di Rp16.218 pada bulan, maksud kami di tanggal 7 Juni 2024.
02:41Kemudian terus mengalami pelemahan hingga Rp16.458 per Dolar Amerika Serikat pada tanggal 21 Juni 2024.
02:55Ya, pemirsa untuk membahas tema kita kali ini, menakar dampak kedepresiasi rupiah terhadap industri.
03:01Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Prof. Didin S. Damanhuri.
03:06Beliau adalah ekonomi senior Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF.
03:11Halo, selamat pagi Prof. Didin.
03:14Selamat pagi Mas Pras.
03:16Salam sehat Prof.
03:18Salam sehat. Semoga kita sehat terus.
03:21Terima kasih atas waktu yang disempatkan.
03:23Review dari INDEF terlebih dahulu terkait dengan kondisi dunia usaha di tanah air.
03:27Saat ini seperti apa Prof kondisinya?
03:30Ya, memang kondisi industri dan bisnis pada umumnya kan relatif tidak baik-baik saja ya.
03:40Karena memang ini terkait pula pandemi.
03:45Walaupun sudah pandemi, tidak sepenuhnya juga pulih benar ya.
03:51Disusul oleh perang Rusia-Ukrainia, ada disrupsi PASOK.
03:57Kemudian belakangan ada perang Israel-Palestina, tambah dalam disrupsi PASOK.
04:07Lalu kemudian defen, pengacuan dari Bank Sentral Amerika masih bertengger di 5,5%.
04:21Itulah dampaknya dolar menguat di seluruh mata uang dunia.
04:31Jadi situasi ini memang bukan hanya eksklusif Indonesia.
04:37Situasi industri dan bisnis pada umumnya.
04:41Tetapi Indonesia dikombinasikan juga dengan fundamental ekonomi yang tidak terlalu kuat.
04:49Sehingga sentimen, ditambah sentimen bahwa nanti defisit anggaran atau APBN akan menyentuh 2,8%.
05:00Nanti akan menyentuh 3%.
05:03Kemudian utang luar negeri akan dinaikkan ke arah 50%.
05:08Utang luar negeri pemerintah ya.
05:10Ini membuat situasi makin dolar atau rupiah tertekan dan dolar naik terus.
05:19Dan ini sangat memukul dunia industri terutama yang eksposurnya impor ya.
05:27Ada konten impor yang tinggi.
05:30Baik Prof.
05:31Nah kita tahu mata uang rupiah dalam beberapa waktu ini kan terus mengalami tekanan.
05:36Sampai kan nembus 16.400 dolar AS.
05:39Tapi menurut Anda pengamatan Anda begitu,
05:42kalau mata rupiah ini kejadian yang unpredictable kah?
05:45Atau memang sebenarnya sudah bisa diprediksi kan dengan beberapa faktor-faktor tadi Anda yang sampaikan?
05:51Begitu eksternal yang nampaknya mendominasi begitu Prof?
05:53Jadi situasi eksternal ini kan sangat penuh dengan ketidakpastian.
05:59Perang Israel-Palestina sama sekali belum jelas.
06:06Genjatan senjata dan lain sebagainya.
06:09Begitu juga perang Rusia-Ukraine ya.
06:12Dalam konteks ketidakpastian itu,
06:16maka the Fed yang notabene adalah terkait dengan Partai Demokrat,
06:24maka melihat inflasi yang relatif masih tinggi,
06:29sekitar 3 persenan di sana,
06:31itu mereka kan tetap cita-citanya menekan sampai 2 persen.
06:37Jadi sebenarnya sudah bisa diprediksi bahwa dengan situasi makro global
06:44ditambah dengan fundamental ekonomi di dalam negeri yang tidak terlalu kuat juga,
06:49sebenarnya depresiasi rupiah ini sudah bisa diduga.
06:54Saya sudah beberapa kali mengatakan
06:56kalau tidak segera kita mempunyai sikap-sikap yang lebih progresif
07:00terhadap perbaikan ekonomi,
07:02maka ini akan terus menguat dolar ini
07:06atau depresiasi rupiah akan terus berlanjut.
07:10Baik, tapi kalau kita bicara mengenai sektor-sektor di dalam negeri begitu,
07:14menurut Anda apakah sektor usaha yang memiliki ketergantungan
07:17dengan bahan baku impor saja, Kak?
07:20Terus yang memiliki eksposur terhadap dolar Amerika
07:22yang paling terdampak dari depresiasi rupiah ini
07:25atau semua rata-rata industri pun ikut terkena dampaknya begitu, Pak?
07:30Iya, tentu saja yang paling langsung adalah industri yang eksposur impornya tinggi
07:38atau konten impornya, pokoknya punya konten impor,
07:42itu akan terkena langsung.
07:44Tetapi secara beruntun,
07:47sebenarnya ini adalah ada semacam efek multiflyer juga ya
07:54terhadap industri-industri yang tidak punya eksposur impor.
08:00Mengapa? Karena tadi pertama,
08:03misalnya APBN yang relatif belum terkelola secara rasional,
08:11misalnya defisit akan terus dipacu tinggi,
08:15defisit APBN, dan kemudian juga bahkan tanggung jawab di pemerintah
08:19juga akan tetap dinaikkan untuk memenuhi program-program yang merupakan dua hal.
08:27Satu, yang mempunyai konten politik,
08:32misalnya bahan sos untuk pil kadas rentak.
08:35Ini kan agak dipaksakan.
08:37Tapi ini tidak dihentikan akan terus membuat situasi perekonomian tidak polusif.
08:43Demikian juga kalau tidak dikaji ulang,
08:48pengeluaran-pengeluaran yang tidak prioritas,
08:51termasuk misalnya makan ciam gratis,
08:53kalau tidak sedemikian ditata supaya rasional, supaya tajam,
09:01maka ini akan mendorong defisit APBN yang ke arah 3% itu.
09:08Dan lain-lain, termasuk misalnya dipaksakannya proyek-proyek besar infrastruktur
09:16seperti kereta cepat, Jakarta Surabaya,
09:19itu kan sudah dalam persiapan sekarang.
09:22Kalau menurut saya ini ditunda hal-hal yang demikian,
09:25apalagi yang punya konten politik.
09:28Itu semaskali menurut saya presiden Jokowi
09:33dan berunding dengan presiden yang terpilih
09:37agar lebih rasional.
09:39Kalau itu diteruskan,
09:41pengeluaran-pengeluaran yang lebih berkonotasi politik
09:45tapi berdampak negatif terhadap perekonomian,
09:49maka ini saya kira keadaan tidak tertolong di dunia industri, dunia usaha akan makin berpuluh.
09:56Ya, tapi biasanya ada satu langkah begitu yang dilakukan oleh perseroan ataupun perusahaan
10:00begitu lindung nilai atau hedging.
10:02Anda ini efektif tidak sih untuk menjaga kinerja,
10:05kemudian likiditas perusahaan di saat depresiasi rupiah masih berlanjut seperti saat ini, Prof?
10:12Ini, lindung nilai yang efektif itu hanya di pusat komunitas.
10:17Misalnya menyamput emas, menyamput barang-barang superdaya alam yang ada future value,
10:26dan beberapa ya, termasuk yang saham-saham di pasar modal.
10:33Itu lindung nilai bisa menolong.
10:36Tetapi kalau makroekonomi politiknya tidak produsif,
10:42tentu aja kalau situasi perkenalan global itu kan even diluar kendali kita.
10:48Tapi ada hal yang masih dalam kendali Indonesia.
10:52Misalnya saja tadi ya, defisit APBN, defisit transaksi berjalan dikendalikan,
11:00kemudian konten impor yang pangan,
11:05karena ini sekarang dibanjir impor makan-makan bukan hanya barang-barang pangan,
11:14barang modal, tapi sampai barang-barang katakanlah retail ya,
11:19sekarang masuk ke Indonesia akibat relaksasi impor yang dilakukan pemerintah,
11:24tetapi kemudian ini dimanfaatkan oleh para pebisnis impor,
11:30bahkan ini ada semacam mafia impor yang menekan pemerintah untuk lebih liberal.
11:36Saya kira ini Presiden harus tegas dalam hal ini,
11:39dan Presiden terpilih Prabowo sudah mulai juga dengan Kabinet Bayangannya
11:45melakukan lobby-lobby agar bisa terkendali.
11:48Karena ini kan dampaknya ke pemerintahan baru yang akan datang juga sih.
11:53Baik Prof, tapi dengan kondisi seperti saat ini,
11:56lantas tren dari pergerakan nilai tukar rupiah akan bergerak ke arah mana?
12:00Tapi tahan dulu jawabannya Prof, apakah ini akan semakin membaik?
12:03Begitu kalau tadi kan Bank Indonesia masih cukup pede bahwa rupiah akan kembali lagi
12:07jalur yang sesuai dengan fundamentalnya,
12:09tapi kita akan bahas nanti di segmen berikutnya Prof.
12:11Dan Pemirsa, pastikan Anda masih bersama kami.
12:19Terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam Market Review.
12:22Pemirsa, berikut ini kami sampaikan data untuk Anda
12:24terkait dengan kinerja dari surplus neraca perdagangan Indonesia
12:28dalam beberapa waktu terakhir ini.
12:30Seperti yang bisa Anda saksikan di layar televisi Anda,
12:33kita ambil dari Desember 2023,
12:35surplus neraca perdagangan tercatat 3,31 miliar dolar Amerika,
12:39kemudian cenderung turun sampai dengan bulan Februari 2024,
12:43kemudian meningkat lagi menjadi 4,3 miliar dolar.
12:46Kemudian meningkat lagi menjadi 4,47 miliar dolar Amerika di bulan Maret 2024,
12:51tapi dalam 3 bulan terakhir kembali lagi mengalami penurunan
12:55untuk surplus neraca perdagangan Indonesia
12:58tercatat 2,93 miliar dolar Amerika di bulan Mei 2024.
13:05Berikutnya kita lihat importasi komoditas utama non-migas
13:08yang memang ini menjadi andalan juga bagi kebutuhan ya
13:12bagi sejumlah industri di tanah air.
13:15Ada mesin atau peralatan mekanis itu secara bulanan
13:20mengalami kenaikan 30,17 persen,
13:23kemudian kalau kita lihat secara tahunan justru negatif ya
13:27untuk importasi komoditas utama non-migas di mesin dan peralatan mekanis
13:33minus 6,42 persen.
13:35Sementara untuk mesin perlengkapan listrik secara bulanan
13:38di bulan Mei 2024 naik 4,57 persen,
13:41sementara kinerjanya secara tahunan cenderung melemah
13:45minus 7,43 persen atau turun untuk importasi komoditas
13:49untuk mesin dan perlengkapan listrik di bulan Mei 2024.
13:53Sementara untuk besi dan baja secara bulanan naik 29,2 persen,
13:58sementara untuk tahunan negatif 18,79 persen.
14:03Itu dia data terkait dengan importasi dari beberapa produk utama ya
14:07non-migas kita.
14:08Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan
14:10bersama dengan Profesor Dedy Nasdamanuri,
14:12Ekonomi Senior Indef.
14:13Baik Prof kita akan lanjutkan kembali,
14:15tadi sudah disampaikan beberapa data
14:17bagaimana Anda melihat dengan kondisi fundamental di dalam negeri
14:20yang bisa mendukungkah bahwa rupiah masih akan bertahan
14:24begitu secara fundamentalnya,
14:25kemudian Anda melihat bagaimana dengan realnya.
14:28Tadi kan BI juga di awal sudah kita sampaikan
14:31bahwa mereka masih pede bahwa rupiah akan kembali lagi
14:35mengalami penguatan ini Prof.
14:37Silahkan.
14:38Ya, kinerja raca perdagangan relatif baik ya,
14:43jadi ekspor, perform lah begitu ya,
14:50import pun kalau sepanjang itu barang modal itu kan diperlukan.
14:55Cuman, barang modal pun itu harus diredefinisi kembali.
14:59Nah kalau ini terkait kepada pembangunan
15:03di dalam negeri infrastruktur besar-besaran
15:06yang belum prioritas,
15:08yang tidak berdampak pada aksum pada pertumbuhan ekonomi
15:12itu harus juga dievaluasi menurut saya.
15:15Nah jadi, ini Bank Indonesia itu kan otoritas monitor
15:21yang terbatas di dalam operasi-operasi monitor
15:24untuk mengendalikan kursusnya.
15:26Tetapi, kursus ini disamping ada faktor global tadi
15:31karena Bank Indonesia tidak terlalu independen ya
15:36terhadap keputusan The Fed dalam bunga acuan,
15:40itu juga masalah.
15:42Nah, tidak independennya Bank Indonesia terhadap keputusan The Fed
15:48di dalam bunga acuan,
15:51itu menunjukkan bahwa Indonesia fundamental ekonominya juga
15:59ya lemah ya.
16:02Misalnya, utang-utang luar negeri pemerintah itu kan
16:08hampir 40% PDB.
16:11Dan utang BUMN, ini yang tadi terkait dengan import barang modal.
16:15Apakah BUMN dengan pembangunan infrastruktur yang notabene
16:21apa ya, besar-besaran tetapi tidak terkait
16:26mematuhi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas?
16:29Apakah itu hal yang sebenarnya belum terlalu mendesak gitu ya?
16:34Apakah pelabuhan udara yang akhirnya dijual kembali?
16:37Itu hal-hal yang seperti itu harus dievalusi kembali
16:42terutama oleh pemerintahan baru
16:44agar tekanan terhadap kebutuhan utang yang baru
16:51itu tidak terlalu tinggi.
16:53Karena sebenarnya ini harus ditekan.
16:55Utang luar negeri pemerintah yang sekitar mendekati 8.300 sekarang ini
17:01itu katakanlah PDB-nya 40% PDB gitu
17:08harusnya ini kalau memang kita ingin lebih independen
17:11di dalam kebijakan ekonomi maupun khususnya monitor
17:15ini harus didorong ke arah yang mendekati katakanlah 35%
17:20bahkan ke 30% dalam 5 tahun.
17:22Lalu skala prioritas pembangunan-pembangunan yang tidak terlalu inline
17:29dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
17:33itu juga harus dievalusi kembali.
17:35Dan lebih mendorong kepada bagaimana performa pembangunan ekonomi ini
17:42mematuhi pertumbuhan yang berkualitas
17:44yang bisa menciptakan kesempatan kerja yang tinggi
17:49kemudian juga tidak merusak lingkungan
17:52dan kemudian membuka partisipasi yang luas terhadap ketelibatan UMKM.
17:59Ini akan bisa menumbuhkan satu optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi itu
18:05bisa lebih tinggi dan berkualitas.
18:08Tapi kalau terus kita berputar dengan orientasi pembangunan yang
18:13GDP orientated, lalu financial driven, ke portofolio di pasar modal
18:20dan tidak prioritas terhadap pembangunan perekonomian
18:28di mana UMKM sangat besar di Indonesia ini
18:31maka Indonesia akan terus-menerus dependent.
18:34Ujungnya kebijakan monetar itu akan selalu tergantung kepada
18:40Negara-negara tetangga seperti tingkat pengacuannya justru lebih rendah dari Amerika.
18:50Amerika sekarang 5,5 persen misalnya.
18:52Padahal Vietnam itu 4,5 persen, Malaysia 3 persen, Thailand 2,5 persen.
18:57Itu menunjukkan bahwa negara-negara tetangga tersebut itu lebih independent.
19:01Dan kinerja terhadap kesejahteraan masyarakat bawahnya juga lebih baik.
19:09Tapi kan kaitannya dengan capital inflow juga nih Prof,
19:12kalau kita bicara mengenai isi kebunga acuan yang kompetitif begitu.
19:17Iya betul, kondisi sekarang ya diselesaikan memang.
19:21Bagaimanapun yang sekarang ini ya harus,
19:24artinya nanti bisa capital outflow kan,
19:28kalau memang itu tidak positif kan.
19:30Tetapi secara gradual bahkan sistematis ke depan
19:35itu apa namanya,
19:38utang luar negeri harus ditekat,
19:41APBN pengeluaran yang deficitnya mendorong kepada
19:48kegiatan-kegiatan misalnya bantuan sosial yang bermuasa politis,
19:54kemudian pembangunan investasi rukur yang sebenarnya juga tidak terlalu prioritas.
19:59Kita tudah bahkan di evaluasi kembali,
20:01mana sebenarnya yang lebih memacu kepada pertumbuhan ekonomi tinggi kapitalitas gitu loh.
20:07Ini saya kira persoalan utama pemerintah yang akan datang.
20:11Kalau terus kita bertahan dengan strategi yang lama seperti sekarang,
20:17menurut saya ini akan tidak sehat.
20:20Terhadap APBNnya sendiri dan terhadap industri dan bisnis pada umumnya.
20:26Lantas proyeksi indef sendiri,
20:28rupiah akan bertengger kemana lagi nih kalau melihat kondisi yang ada,
20:32meskipun Anda katakan tadi beberapa hal-hal fundamental juga masih perlu dibenahi.
20:37Berarti dari monitor dan fiskal juga harus sering berkolaborasi.
20:42Kalau saya review ya,
20:47geopolitik dulu ya, geoekonomi.
20:49Ini nampaknya Amerika dan Rusia ini bersiap-siap
20:55pada eskalasi yang kurang menguntungkan ya.
20:58Dalam arti perang fisik maupun perang proksi.
21:04Nah, oleh karena itu,
21:08Ukrania-Rusia kelihatannya akan terus,
21:10bahkan mungkin juga ancaman Benjamin Netanyahu terhadap Hamas sangat tinggi
21:19dan Amerika mengatakan akan mendukung.
21:21Maka, menurut saya,
21:23wajuan Amerika pun itu akan relatif nanti akan dinaikkan.
21:28Bukannya bertahan 5,5 persen.
21:31Karena inflasi pun masih bertengger di sekitar 3 persen.
21:35Nah, oleh karena itu,
21:37saya kira mau tidak mau dengan kondisi yang memang belum terlalu sehat
21:40untuk mental ekonomi Indonesia dan kita independenya,
21:43kerjakan monitor Bank Indonesia,
21:45maka kita harus siap-siap dengan skenario yang tidak terlalu buruk lah.
21:53Dimana misalnya dolar bisa ke arah menembus 6.500.
21:59Tapi, kalau yang kami,
22:03sejak pemerintah Pak Jokowi,
22:05misalnya, bantuan sosial yang bernuansa politis dihentikan.
22:10Kemudian pengeluaran-pengeluaran
22:12untuk lain-lain, ya.
22:16Misalnya, di evolusi kembali,
22:19kereta cepat Jakarta-Surabaya,
22:22dan lain-lain,
22:24saya kira ini akan bisa ada ruang fiskal yang lebih baik,
22:29dan kemudian prioritas-prioritas disusun kembali,
22:33maka ujungnya monitor pun akan lebih tidak terlalu dependent
22:39terhadap sejarah monitor yang diacu Amerika.
22:43Nah, jadi bangkitkanlah pasar dalam negeri,
22:46karena jika ada ancaran,
22:49pasar dalam negeri, orientasi pasar dalam negeri menjadi sangat penting
22:54untuk supaya kita mengendalikan kursus,
22:59supaya penggunaan dolar tidak terlalu besar,
23:03ada juga kesepakatan adil dengan pemerintah
23:06supaya investasi diprioritaskan di dalam negeri,
23:10yang ke luar negeri ditahan,
23:13jadi sekiranya penggunaan dolar yang seminimum mungkin,
23:17sehingga rupiah akan terangka,
23:20dan kegiatan perekonomian dalam negeri,
23:23UMKM dibangkitkan,
23:25maka saya kira ini yang harus dilakukan oleh pemerintah
23:28yang pandemi akan berakhir Oktober,
23:32maupun pemerintahan Parabowo akan memulainya.
23:34Itu akan lebih baik untuk perkembangan nasional.
23:37Baik Prof, itu dia ya.
23:38Terkait dengan strategi yang harus diterapkan,
23:40bagaimana upaya untuk menjaga kebutuhan likiditas rupiahnya di dalam negeri
23:44juga harus dikuatkan terlebih dahulu,
23:46sehingga nanti dolarnya juga bisa menyesuaikan,
23:49dalam artian bisa mengembangi lagi dengan penguatan nilai tukar rupiah kita ke depan.
23:54Baik Prof Didin, terima kasih banyak atas waktu dan sharing
23:57yang sudah Anda sampaikan kepada pemirsa pada hari ini.
24:00Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali Prof.
24:02Sama-sama, terima kasih.
24:03Salam sehat, terima kasih.
24:04Salam sehat.
24:06Baik pemirsa, satu jam sudah saya menemani Anda dalam Market Review
24:10dan perbahari terus informasi Anda hanya di IDX Channel,
24:13Your Trustworthy and Comprehensive Investment Reference.
24:16Karena urusan masa depan harus terdepan,
24:18Aku, Investor Saham,
24:20Saya, Prasetyo Ibo,
24:21beserta Kerabat Kerja yang Bertugas,
24:23pamit undur diri.
24:24Terima kasih dan sampai jumpa.
24:33PEMBICARA 1
24:36PEMBICARA 2
24:39PEMBICARA 3
24:42PEMBICARA 4
24:45PEMBICARA 5
24:48PEMBICARA 6
24:51PEMBICARA 7
24:54PEMBICARA 8
24:57PEMBICARA 9
25:00PEMBICARA 10
25:03PEMBICARA 11
25:06PEMBICARA 12
25:09PEMBICARA 13
Be the first to comment
Add your comment

Recommended