Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
  • 6 menit yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Sudah satu bulan sejak bencana melanda sejumlah wilayah di Sumatera, khususnya Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Namun hingga kini, proses pemulihan belum sepenuhnya berjalan optimal. Pemerintah daerah di beberapa wilayah terdampak, salah satunya Kabupaten Aceh Tamiang, memutuskan untuk memperpanjang masa tanggap darurat hingga awal 2026.

Keputusan ini diambil berdasarkan kondisi lapangan yang masih memprihatinkan dan jauh dari kata pulih.

Selengkapnya simak dialog dengan Pakar Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh dan Anggota DPD Aceh Sudirman Haji Uma berikut ini.

Baca Juga SBY Tanggapi soal Penanganan Banjir Sumatera, Singgung Cara Prabowo Atasi Bencana di https://www.kompas.tv/nasional/639686/sby-tanggapi-soal-penanganan-banjir-sumatera-singgung-cara-prabowo-atasi-bencana



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/639701/full-pakar-dan-dpd-aceh-soroti-sistem-pemulihan-pasca-bencana-di-sumatera-sapa-pagi
Transkrip
00:00Satu bulan sudah bencana Sumatera terjadi, sejumlah hunian hingga perbaikan fasilitas warga terus dikebut untuk segera pulih kembali.
00:09Meski begitu, sejumlah wilayah memperpanjang masa tanggap darurat hingga Januari 2026.
00:15Apa yang saat ini perlu dikebut dan bagaimana alur pendistribusian agar bantuan dan pemulihan segera cepat?
00:23Kita bahas bersama dengan anggota DPD Aceh, bersegabung bersama kami melalui sambungan daring, Sudirman Haji Uma dan juga ada pakar kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Pariporno.
00:36Selamat pagi, Assalamualaikum Bapak-Bapak.
00:39Selamat pagi, Waalaikumsalam.
00:44Saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara dan juga Sumatera Barat sudah satu bulan begitu ya,
00:50merasakan bagaimana pasca bencana termasuk juga masih menunggu soal pemulihan, rehabilitasi dan juga rekonstruksi di wilayah terdampak bencana.
01:01Saya ingin ke DPD Aceh dulu, ke Pak Dirman.
01:04Pak Dirman, ini kan kalau kita lihat pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ini memperpanjang masa tanggap darurat.
01:11Apa yang kemudian menjadi pertimbangan kemudian Pemkap Aceh Tamiang ini memperpanjang masa tanggap darurat?
01:20Belum ada perubahan yang sesignifikan itukah di sana?
01:24Ya, dalam amatan saya, karena saya dua hari yang lalu juga berkunjung ke sana dan melihat kondisi Aceh Tamiang,
01:35memang Aceh Tamiang ini satu daerah yang sangat parah kejadiannya, lumpur yang masih tergenang, bahkan menutupi rumah warga,
01:47kemudian ada enam desa yang masih terisolir, ada 296.376 jiwa yang terdampak,
01:56kemudian di sana ada 38.260 kakak, 68 jiwa yang meninggal dunia, dan kemudian 23 yang hilang,
02:07sementara enam desa yang masih terisolir.
02:10Atas dasar fakta inilah yang mungkin Bupati Tamiang lalu melanjutkan masa tanggap darurat.
02:19Karena kota Tamiang sendiri, kota Lintang, itu masih lumpuh, lumpurnya masih menimbul toko-toko, dan itu belum pulih.
02:33Kemudian sementara, lisip juga belum normal, dan di pedalaman, di sekrak, di babo, di sekumur, itu belum-belum pulih.
02:42Dan kemudian, itu lumpur, semua lumpur-lumpur itu masih mengenangi rumah warga.
02:50Kemudian, kalau seandainya mbak, lumpur ini dibuang, mau dibuang kemana?
02:55Karena antara lumpur dalam rumah dan di luar rumah, itu sama, sama ketinggiannya.
03:01Nah, ini persoalan tersendiri, maka banyak warga yang dominan di Tamiang itu belum bisa kembali ke rumah masing-masing.
03:09Dan, kehancuran rumah itu kan hampir 70% yang ada di Tamiang sendiri.
03:14Maka, bicara Tamiang adalah bicara tentang bagaimana situasi Tamiang yang sangat signifikan kehancurannya.
03:24Gitu, mbak Lori.
03:25Oke, jadi berbicara soal Aceh Tamiang, berarti sesignifikan itu tingkat keparahan dari terdampak bencana,
03:33dan ini sudah satu bulan, bahkan tadi Anda menyebutkan ada enam desa yang masih terisolasi,
03:39itu artinya juga masih ada desa-desa masyarakat yang belum bisa menikmati terangnya listrik,
03:45begitu terangnya lampu, begitu karena tidak bisa teralir listrik sampai saat ini.
03:50Sudah satu bulan lamanya.
03:51Benar, benar, mbak.
03:54Oke, nah atas dasar fakta itulah kemudian pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang memperpanjang masa tanggap darurat.
04:03Kalau kita lihat, Pak Eko, BNPB menyebut masa tanggap darurat ini, bencana Sumatera ini berakhir hari ini, 25 Desember.
04:12Tapi kemudian ada beberapa wilayah, salah satunya adalah Aceh Tamiang yang memperpanjang masa tanggap darurat.
04:19Apa yang Anda baca dari sini? Ini sudah satu bulan lamanya.
04:24Iya, terima kasih, mbak.
04:27Jadi penetapan berakhirnya masa tanggap darurat itu memang seharusnya didasarkan pada indikator di lapangan.
04:35Jadi bukan hanya sekedar hitungan kalender berapa kali 14 hari itu.
04:42Satu, dua, tiga, misalkan.
04:44Oke, kalau kita melihat dari indikator yang tadi disebutkan oleh Pak Dilma?
04:48Realitanya ada yang tersorir, kebutuhan air bersih, kesehatan juga masih belum semuanya merata.
04:56Karena aksesnya juga belum, saya pikir perpanjangan masa tanggap darurat itu malah sebuah kebutuhan, sebuah keharusan gitu ya.
05:06Nah, pilihan lain memang ada masa transisi darurat ke pemulihan.
05:12Status ini yang mungkin kan bisa dipilih ya, selain memperpanjang.
05:18Artinya pemenuhan kebutuhan dasar itu tetap berjalan, tapi proses pemulihan itu sudah dimulai.
05:28Nah, ini pilihan lain.
05:31Mungkin ada yang lupa bahwa dalam perban itu ada status transisi darurat ke pemulihan.
05:42Yang dapat dipilih, tidak sekedar berhenti menjadi kepemulihan atau berhenti dari tanggap darurat.
05:56Jadi, buat saya keputusan-keputusan itu yang menarik sebenarnya,
06:01kalau ini dipasrahkan ke kabupaten dan provinsi,
06:08maka yang menentukan tentunya kabupaten dan provinsi sendiri berdasarkan realita di lapangannya.
06:17Jadi, ini kan jadi bolak-balik ini.
06:20Ketika daruratnya itu tidak nasional, tapi tiba-tiba misalnya selesai daruratnya itu nasional.
06:30Jadi, ya kita serahkan aja misalnya, serahkan ke kabupaten, kota masing-masing,
06:37dan saya menghargai keputusan memperpanjang itu kalau realitanya memang seperti itu.
06:44Walaupun ada pilihan lain, ada transisi darurat ke pemulihan.
06:51Hal itu yang bisa kita pilih, kita lakukan.
06:55Jangan sakkanlah, kira-kira begitu.
06:58Oke, bisa memilih opsi transisi dari darurat kemudian ke masa pemulihan.
07:04Ada istilah transisi darurat ke pemulihan, itu satu masalah sendiri.
07:11Jadi, di dalam peraturan itu ada siaga darurat, tanggap darurat, transisi darurat ke pemulihan, baru ke pemulihan.
07:21Oke, indikatornya apa, Pak? Untuk bisa melakukan transisi dari tanggap darurat kemudian ke masa pemulihan?
07:29Syaratnya apa, indikatornya apa, dan poin-poin pencapaiannya itu seperti apa sebenarnya?
07:37Supaya kita juga bisa lebih jelas, dijelaskan secara sederhana.
07:41Kalau bicara darurat, itu sebenarnya pemenuhan kebutuhan dasar.
07:44Tapi kalau ini kebutuhan dasarnya saja belum bisa terpenuhi secara optimal, bagaimana?
07:48Nah, itu jenis, jumlah, waktu, keberlanjutan, itu harus selesai dulu.
07:57Itu targetnya seperti itu.
08:00Nah, makanya kalau itu sudah, ya kira-kira tinggal sedikit begitu, hanya tinggal belum berlanjut mungkin masih terbatas,
08:12yuk kita transisi darurat agar segera bisa kita lakukan.
08:19Memulai pengulihan itu juga pernah dilakukan di tempat lain, meskipun daruratnya belum selesai.
08:28Seperti Cianjur kemarin kan juga masih darurat itu, Jokowi udah bilang mari kita mulai ininya itu juga nggak apa-apa.
08:38Yang penting bahwa jangan sampai merasa atau kita seolah-olah sudah tidak bertanggung jawab lagi dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
08:48Tapi apa yang disampaikan kepala badan tadi kan sebenarnya udah cukup jelas, ya bahwa pemenuhan kebutuhan dasar itu terus berlanjut, gitu.
08:59Sambil memulai pengulihan yang lumayan baik, kalau tadi disebut dari bawah, gitu.
09:09Nah, hanya memang statusnya ini yang perlu di dalam tanda penting ya diperbaiki, ke arah transisi darurat ke pemulihan aja, gitu.
09:21Oke, jadi ada yang perlu diperbaiki dari, bisa diperbaiki dari tanggap darurat ke masa pemulihan transisi, begitu ya.
09:30Nah, saya ingin tahu juga dari kacamata Anda, bagaimana kemudian tentu semua all out ya, bekerja secara optimal.
09:44Tapi kemudian dari kacamata Anda, apa yang kemudian saat ini harus segera dilakukan?
09:49Karena kalau kita lihat, masih banyak desa yang terisolasi, kemudian masih ada juga masyarakat yang belum bisa menikmati listrik, teraliri listrik, pasokan air bersih juga masih kurang, begitu.
10:01Apa yang kemudian seharusnya menjadi prioritas dan lebih lagi dioptimalkan?
10:07Apalagi banyak warga yang rumahnya sudah tidak bisa lagi ditinggali, karena memang sudah kerusakannya sudah parah sekali.
10:14Iya, status perpanjangan itu, itu sudah bentuk, bentuk apa ya, warning bahwa kita semua harus bekerja keras, gitu.
10:29Menyelesaikan permasalahan itu, gitu.
10:32PR-nya sebenarnya adalah apakah asesmen awal kita itu cukup baik, gitu.
10:38Saya takutnya ada di situ.
10:40Data yang ada belum cukup baik, gitu.
10:43Sehingga ini, apa, akan memunculkan masalah baru.
10:51Tapi tentu memulai pemulihan itu tidak berarti buruk.
10:58Jadi terutama bisa dipilih atau dimulai membuat hunian-hunian sementara.
11:07Nah, yang berada di tempat semula, seperti tadi yang disampaikan kepala badan, menarik bahwa tidak harus dikumpulkan, tapi ada di tempat semula.
11:24Nah, tentunya ini dengan pertimbangan nanti ketika pemulihan, itu juga harus melakukan pemulihan ekologis.
11:30Tidak semata-mata pemukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi, juga ekologisnya.
11:38Biar tempat-tempat yang sekarang kena, itu kemudian hari tidak kena lagi.
11:43Oke, jadi bukan hanya soal pemulihan masyarakatnya saja, warganya saja, tapi kemudian pemulihan ekologis juga harus berjalan beriringan bersama-sama, begitu ya.
11:55Karena ya harus bersama-sama berdampingan.
11:59Saya ingin ke Pak Dirman, Pak Dirman, kalau Tandi Anda sudah menyebutkan kebutuhan dasar belum bisa terpenuhi secara optimal.
12:08Jadi, untuk beberapa wilayah di Aceh khususnya yang paling parah, apa yang saat ini dirasa masih belum optimal?
12:18Listrik, kemudian pasukan air bersih, atau seperti apa, Pak Dirman?
12:22Jadi, begini Mbak Glori, masyarakat hari ini yang terdampak itu merasa satu hal yang sangat dilema.
12:33Yang pertama, mereka itu tidak punya kemampuan, finansial, harta benda.
12:45Nah, kemudian seandainya pun mereka punya rumah, rumahnya itu sudah tertutup dengan lumpur.
12:52Dia bekerja, membersihkan itu dengan apa?
12:56Nah, kemudian, yang kedua, masyarakat yang tidak lagi punya rumah, sementara mau tinggal di mana?
13:04Kebutuhan anak-anaknya, kebutuhan makannya, kebutuhan gizinya, itu yang belum terhantarkan ke sana.
13:12Jadi, ini memang di dalam waktu penetapan darurat kebencanaan ini, kan yang selalu disasarkan kebutuhan makan, makan, makan, makan.
13:24Itu saja dalam lini itu, berputar-berputar di situ.
13:29Sementara yang lain, kita belum melihat progres tentang bagaimana penempatan mereka, air bersih, kemudian bulldozer masuk ke kampung, ya, membersihkan lumpur di rumah-rumah warga.
13:43Itu belum kita lihat progres ke sana.
13:45Nah, jadi masih seperti awal, saya lihat masih seperti awal.
13:51Jadi, yang ada hanya beberapa warga yang coba membersihkan tokoh-tokohnya, rumah-rumahnya.
13:55Itu pun percuma, karena tenaga mereka tidak semampu, apa ya, mesin yang bisa mengerok, lumpur sedalam apa, kan, penuh.
14:05Kemudian di luar rumah lagi, kehadiran pemerintah ini penting.
14:09Bagaimana pemerintah hadir ke setiap rumah dengan membersihkan lumpur di rumah mereka, katakanlah mereka yang punya rumah yang masih bisa dendepati, ya.
14:19Tapi ini kan belum dilakukan.
14:21Jadi, masyarakat kalau berjuang sendiri-sendiri, jadi masyarakat hari ini kan di kem-kem pengusian juga masih, di tenda-tenda pengusian masih.
14:30Dan masyarakat, ya, sangat tidak layak, karena apa, kebutuhan anaknya, susunya, kan, bayinya, kemudian di situ juga angin.
14:40Kemudian sebentar lagi kan Ramadan, ini kan butuh, apa namanya, kehidupan yang layak, lah.
14:46Nah, coba Mbak lihat, itu kehidupan masyarakatnya macam mana itu digubuk, sedalam semacam itu.
14:51Dan itu real hari ini.
14:53Maka, bagaimana percepatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan kolaborasi dengan pemerintah daerah.
14:59Nah, ini Mbak yang saya belum melihat ini.
15:02Nah, ini.
15:03Ini seharusnya kan tidak perlu terjadikan sudah sebulan.
15:06Jadi kita, seperti apa, kata Pak Paripurno tadi, kita harus memang semua bertekad itu harus memang punya progres untuk menyelesaikan ini.
15:19Nah, tapi inilah, inilah kenyataannya yang kita lihat hari ini.
15:23Saya khawatir, apakah kabupaten mampu ini?
15:26Apakah kabupaten mampu menyelesaikan ini?
15:30Saya rasa tidak akan mampu dengan infrastruktur yang rusak.
15:33Belum lagi dengan, apa namanya, dengan kehidupan masyarakat yang layak, bayi, perempuan, air bersih.
15:40Dan itu sangat tidak terjamin di Tamiang itu saat ini, Mbak.
15:46Oke, jadi pemerintah daerah juga menunggu dan juga berharap begitu dengan adanya pemerintah pusat kolaborasi untuk melakukan percepatan supaya kehidupan dan juga penghidupan bisa kembali pulih dari masyarakat yang terdampak.
16:02Nah, kalau kita lihat ya, kehadiran dari pemerintah pusat dalam hal ini untuk bisa berkolaborasi bersama dengan pemerintah daerah untuk bisa segera melakukan pemulihan,
16:20setidaknya hunian sementara, kemudian untuk menuju ke relokasi ya, mungkin untuk bisa kembali membangun lagi hidup mereka begitu.
16:30Perlukah kemudian kita belajar dari tsunami Aceh pada tahun 2004 silam begitu?
16:38Ada badan rehabilitasi dan juga rekonstruksi kala itu yang punya blueprint yang jelas begitu untuk bisa membangun kembali Aceh dan juga Nias kala itu?
16:50Iya, Mbak, memang kita harus bersegera melakukan sinkronisasi komando dan anggaran.
17:05Segera gampangnya anggaran, sebenarnya ini adalah sumber daya yang mampu mengelola semua sumber daya yang ada di APBN, APBD, Provinsi, Dana Ibah Internasional.
17:18Itu agar tidak tumpang tinggi dan jelas gitu.
17:20Termasuk merealokasi anggaran ke skala-skala prioritas ini gitu.
17:29Saya takutnya itu di level pemerintah pusat misalnya, dia menganggap misalnya,
17:36makan gratis itu statusnya lebih tinggi dari kasus kemanusiaan ini gitu.
17:43Sehingga nggak ada realokasi anggaran ke sana misalnya.
17:48Iya.
17:49Dan kita tahu keterbatasan pemerintah daerah.
17:52Ini boleh jadi dimulai dari gap melihat intensitas bencana yang berbeda antara warga, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat.
18:10Jadi karena gap ini, maka keputusannya jadi salang surup gitu.
18:17Nah, bacaan gap ini memang harus terbuka artinya.
18:22Satu datanya, baik data daruratnya, baik ke arah pemulihannya.
18:28Karena itu, jitu pasna misalnya, kajian kebutuhan pasca bencana, itu juga harus segera dilakukan.
18:35Agar tahu kebutuhannya, sehingga merealokasi dana-dana yang sebenarnya harus dilakukan untuk kebutuhan itu.
18:46Kebutuhan darurat, kebutuhan pemulihan.
18:50Agar tadi, hal-hal yang seharusnya dilakukan dengan effort yang lebih besar, itu bisa dilakukan.
19:01Tidak dibiarkan, gitu.
19:06Pembiaran ini, makan malah jadi masalah dalam jangka panjang.
19:11Jadi, sekarang kan seolah-olah hanya urusan makan, tapi ini tidak tercukupan kebutuhan.
19:21Urusan pendidikan, gisi, ini masa depan warga tiga provinsi, gitu.
19:28Sekian kabupaten.
19:31Jadi, mari sambil ini kita perbaiki data dan memastikan melakukan realokasi anggaran dari yang tidak prioritas, tidak penting-penting amat.
19:45Itu keurusan ini.
19:47Nah, tentang sudah dibentuk atau belum, sudah ada surat, apa, menko, dulu menko keserah, saya selalu menghapal ini, PMK ini, membuat surat yang sudah ada untuk percepatan ini, gitu.
20:13Hanya, apakah seperti tadi, Mbak, sekuat PRR, nah itu kita tunggu aja lah.
20:20Oke, jadi memang saat ini penting sekali untuk bisa melihat mana skala prioritas dan soal kemanusiaan, humanity, begitu ya.
20:28Skala prioritas untuk realokasi anggaran, begitu, untuk bisa memfokuskan, menggeser ke skala prioritas soal ke saudara-saudara kita, ke Aceh, Sumatera Utara, dan juga Sumatera Barat,
20:41agar mereka bisa segera kembali hidup, dalam tanda kutip ya, kembali hidup, termasuk juga soal penghidupan mereka.
20:49Jangan ada soal pembiaran di sana, tentu saja karena mereka adalah tetap saudara-saudara kita.
20:54Tentu kita berharap pemerintah pusat akan ada tindakan-tindakan lebih percepatan lagi untuk berkolaborasi, untuk bersama-sama membangun kembali Aceh, Sumatera Utara, dan juga Sumatera Barat.
21:05Terima kasih, Pak Eko Teguh Paripurno telah bergabung bersama kami, Pak Sudirman Haji Uma juga terima kasih.
21:13Salam untuk saudara-saudara kita di Aceh sana.
21:16Assalamualaikum, selamat pagi, sehat selalu.
21:19Waalaikumsalam, selamat pagi.
Jadilah yang pertama berkomentar
Tambahkan komentar Anda

Dianjurkan