JAYAPURA, KOMPAS.TV - Nasib pilu dialami ibu hamil dan janin yang berada di kandungannya. Irene Sokoy meninggal bersama janinnya setelah diduga ditolak sejumlah rumah sakit saat akan melahirkan di Kabupaten dan Kota Jayapura.
Kematian Irene Sokoy dan janinnya merupakan tragedi yang memilukan. Bagaimana bisa Irene mengalami nasib senaas itu?
Bayangan kebahagiaan untuk segera menimang sang buah hati yang sudah 9 bulan dalam kandungan sang istri sirna seketika, berganti kesedihan yang teramat pilu.
Neil Castro Kabey kehilangan sang istri bersamaan dengan janin yang masih di kandungan.
Neil mengingat peristiwa mencekam saat istrinya dilempar sana-sini oleh sejumlah rumah sakit demi bisa melahirkan buah hati mereka. Bahkan ada rumah sakit yang memintanya membayar dengan sejumlah uang dahulu.
Kisah pilu seorang ibu dan janinnya yang meninggal akibat dugaan kelalaian dan lambannya penanganan medis tak boleh lagi terulang.
Negara harus memastikan akses kesehatan merata bagi seluruh warga dari Sabang hingga Merauke. Tak boleh lagi ada penolakan pasien yang berujung hilangnya nyawa.
#ibuhamil #jayapura #bpjs
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/633264/ibu-hamil-di-jayapura-meninggal-bersama-janinnya-keluarga-ungkap-sederet-fakta-pilu
00:00Saudara nasib pilu dialami ibu hamil dan janin yang berada di kandungannya.
00:06Iren Sokoy meninggal bersama janinnya setelah diduga ditolak sejumlah rumah sakit saat akan melahirkan di kabupaten dan kota Jayapura.
00:15Kematian Iren Sokoy dan janinnya merupakan tragedi yang memilukan.
00:19Bagaimana bisa Iren mengalami nasib senaas itu?
00:22Bayangan kebahagiaan untuk segera menimang sang buah hati yang sudah sembilan bulan dalam kandungan sang istri sirna seketika berganti kesedihan yang teramat pilu.
00:39Nel Castro KB kehilangan sang istri bersamaan dengan janin yang masih di kandungan.
00:45Nel mengingat peristiwa mencekam saat istrinya dilempar sana-sini oleh sejumlah rumah sakit demi bisa melahirkan buah hati mereka.
00:56Bahkan ada rumah sakit yang memintanya membayar dengan sejumlah uang dahulu.
01:02Katanya kan ada, kalau BPJS kan ada ruangan-ruangan untuk BPJS.
01:15Karena memang dah penuh sekali, jadi udah bilang yang ada tuh VIP saja.
01:193-4 juta kamu bayar dulu.
01:21Iya, udah bilang, belum tentu ada dokter katanya begitu.
01:25Itu karena takut, nampaknya sudah sesak, jadi lari lagi ke, abis-abis-abis dua.
01:35Jadi suster bilang, karena mungkin ke sana jauh, takut juga, atau putar balik, ya sudah memang setidak bisa.
01:40Kisah tragis Iren bermula pada minggu 16 November lalu.
01:45Saat itu Iren sudah mengalami kontraksi, namun karena tak ada fasilitas kesehatan di kampungnya, di Kensio, Danau Sentani.
01:53Iren pun dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Yowari menggunakan speedboat.
01:58Iren tiba di RSUD Yowari pukul 3 siang dan langsung menjalani pemeriksaan awal.
02:04Namun karena pembukaan tak berubah, Iren pun dipindah ke ruang bersalin pada pukul 6 sore.
02:10Perawat langsung memberikan induksi untuk mempercepat proses persalinan sesuai arahan dokter jaga.
02:16Sekitar pukul 8 malam, air ketuban Iren pun pecah.
02:20Dokter jaga menyarankan Iren masuk ruang operasi.
02:24Namun ternyata dokter objin yang hanya ada satu-satunya di RSUD Yowari rupanya juga sedang tidak bertugas.
02:33Dan diduga ada kelalaian prosedur karena tindakan induksi diberikan saat tidak ada dokter objin.
02:41Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Yowari, Marian Braweri, mengklarifikasi tudingan adanya kesalahan prosedur dan lambatnya penanganan medis terhadap Iren dan Janinnya.
02:58Marian bilang, saat pasien datang ke RS, sudah pembukaan 5.
03:02Dan saat pukul 10 malam, pembukaan baru lengkap, namun kondisi jantung Janin menurun.
03:09Maka disarankan untuk operasi.
03:14Namun hari itu, dokter kandungan satu-satunya di RSUD Yowari sedang berkegiatan di luar kota,
03:21sehingga pasien dirujuk ke Rumah Sakit Dian Harapan Waina.
03:24Dari RSUD Yowari, Iren pun dibawa ke RS Dian Harapan Waina menggunakan ambulans.
03:37Mirisnya saudara, keluarga pun sempat menunggu lebih dari 2 jam sampai akhirnya ambulans tersedia.
03:44Keluarga semakin panik karena Iren terus berontak kesakitan.
03:48Saat perjalanan pihak RS Dian Harapan memberi kabar lewat telepon bahwa kamar untuk BPJS Kesehatan kelas 3 sudah penuh.
03:57Ditambah dokter anestesi juga sedang tidak ada.
04:01Keluarga pun memutuskan membawa Iren ke RSUD AB Pura karena pertimbangan RS tersebut merupakan RS terdekat.
04:08Ironi saudara, lagi-lagi Iren dan Janinnya harus menahan sakit karena setibanya di RSUD AB Pura,
04:20pihak Rumah Sakit bilang kalau ruang operasi mereka sedang renovasi.
04:25Sehingga Iren dan Janinnya belum juga bisa ditagani.
04:30RSUD AB Pura pun menyarankan agar pasien dibawa ke Rumah Sakit Bayangkara, Jayapura.
04:35Namun di Rumah Sakit keempat itu saudara, di RS Bayangkara, keluarga kembali harus menelan pil pahit.
04:45Pihak RS bilang kamar untuk BPJS kelas 3 sudah penuh dan yang tersedia hanya ruang VIP.
04:52Keluarga pun diminta membayar uang muka sebesar 4 juta rupiah.
04:56Namun karena keluarga tak memegang uang senilai 4 juta, pihak Rumah Sakit pun tak memberikan penanganan medis terhadap Iren.
05:05Abraham KB, mertua Iren, tak kuasa menahan kesedihannya.
05:13Ia marah dan kecewa karena menduga sejumlah rumah sakit yang mereka datangi
05:17bertele-tele dan terlambat menangani Iren serta Janinnya.
05:21Emosi Abraham tumpah mengenang betapa pedihnya kejadian malam itu.
05:27Menantu dan cucunya dibiarkan terlantar hingga berujung kematian.
05:35Masuk di Bayangkara sudah, kami lari masuk, petugas kasih lapor.
05:42Yang bapak ke kasir dulu.
05:44Ke kasir, kadang kami ceritakan, padahal si pasien ini menderita sekali dalam mobil.
05:50Cua petugas lari langsung menulis tangan ikat, teradah, mereka tunggu perintah dulu baru baksananya.
05:56Tapi langsung habis bapak, betul ini kelas sudah full, yang tinggal itu mikir fit saja.
06:03Tapi bapak dorang harus bayar DP 4 juta dulu.
Jadilah yang pertama berkomentar