00:00Informasi lainnya saudara, sidang kasus kematian Pradaluki Namo di Aneya Seniornya akan dilanjutkan pada Senin pagi.
00:07Sejauh ini sidang sudah memeriksa seluruh terdakwa dan menghadirkan saksi-saksi, termasuk dokter yang sempat merawat Pradaluki.
00:17Persidangan kasus kematian Pradaluki Namo digelar oleh pengadilan militer 315 Kupang sejak 27 Oktober lalu, setiap hari Senin hingga Rabu setiap pekannya.
00:2722 terdakwa sudah diperiksa, termasuk atasan Pradaluki, letu infanteri Ahmad Faisal.
00:34Sidang terbuka untuk umum sehingga masyarakat bisa ikut mengawal kasus ini.
00:49Saudara fakta, kematian Pradaluki terus diungkap baik di ruang sidang maupun dari keterangan keluarga dan kerabat.
00:55Jurnalis Kompas TV, Niputu Trisnanda dan jurukamera Roy Ilman temukan fakta baru.
01:01Dari sahabat Pradaluki diketahui bahwa Luki mulai alami kekerasan sejak bulan Juni.
01:06Tak hanya itu, sahabat Pradaluki juga ungkap kepribadian Luki hingga perjuangan yang dilakukan Luki untuk jadi TNI.
01:14Pradaluki Namo sempat bercerita kepada teman dekatnya yang bernama Natalia bahwa beberapa hari sebelum dinyatakan meninggal dunia, Pradaluki sempat dianiaya oleh seniornya.
01:29Natalia juga sempat berkomunikasi dengan Pradaluki lewat panggilan video dan melihat luka di tubuh Pradaluki.
01:35Satu minggu di Nagekeoka itu sudah dianiaya, sudah dipukul.
01:41Terus saya tanya kenapa dipukul, tidak tahu nama senior dengan NRP-nya.
01:47Terus setelah itu masih lagi dipukul berame-rame tentang masih nama NRP sama nama senior.
01:55Terus dia dipukul sendiri di belakang barak.
01:57Terus lagi yang bulan Juli kemarin kalau tidak salah, itu dia dipukul.
02:03Di belakang dia tidak kuat lagi di sini, dia mau pindah saja ke Kupang.
02:06Terakhir chat dengan saya tanggal 27.
02:09Terus tidak ada lagi chat, kakak.
02:11Tidak ada lagi kontak dengan Pradaluki.
02:13Biasanya pada saat cerita itu dilakukan lewat apa, Natalia?
02:17Lewat chat atau video call?
02:19Biasa video call.
02:21Kalau yang bukti-bukti chat, kakak sudah tidak ada lagi.
02:24Sudah dihapus.
02:25Entah dari pihak Luki-nya atau dari mana, saya tidak tahu, kakak.
02:29Jadi di history chat-nya sudah tidak bisa diakses lagi.
02:32Pada saat video call itu, apakah kakak juga lihat bahwa bagian tubuh atau wajah Luki itu mengalami luka juga, kakak?
02:38Ada, kakak.
02:39Di bibir sini pecah, terus yang foto itu di belakang lebam.
02:44Oh, disempat tunjukkan juga pada kakak.
02:46Tapi lukanya apakah sama dengan ketika terakhir bertemu dengan Luki saat sudah dinyatakan meninggalnya?
02:52Sama, kak.
02:53Yang luka di bibir kan ditutup.
02:55Itu saya tidak tahu masih lebam atau tidak.
02:58Terus yang luka di belakang yang saya lihat di berita, itu yang pertama kali saya lihat lebam.
03:03Terus sudah menjadi luka.
03:06Natalia juga memperlihatkan sebuah ruangan di rumahnya yang biasa digunakan Luki untuk belajar dan beristirahat.
03:11Kepada Natalia, Luki bilang bertekad untuk jadi TNI demi membahagiakan keluarganya.
03:18Kamar atau ruangan yang biasa dipakai, bahkan disediakan secara khusus ya?
03:23Iya.
03:23Karena dibangun oleh orang tua kakak Nara supaya kalau sudah selesai belajar, Luki bisa langsung istirahat di sini.
03:29Waktu selama aktivitas di rumah di sini, biasanya apa yang Luki sampaikan?
03:37Pernah cerita nggak kalau kemarin mamanya bilang Luki pengen banget jadi tentara?
03:42Iya.
03:42Itu diceritakan juga?
03:43Diceritakan juga.
03:44Gimana dia bilangnya?
03:46Dia bilang, saya harus bisa jadi tentara untuk beli rumah untuk mama.
03:51Untuk mama dan adik-adik tinggal.
03:53Jadi memang dia pengen sekali jadi?
03:55Iya, pengen sekali.
03:56Dia terinspirasi dari bapak.
03:58Kakak, dia tiap hari harus lari, pagi lari, sore lari, makan teratur.
04:03Mungkin kami jadwal tidurnya yang tidak teratur, soalnya belajarnya sampai pagi jam 3, baru kami tidur.
04:10Terus jam 5 lagi harus berangkat tes, seperti itu kakak.
04:13Dan itu dilakukan Luki supaya bisa lulus jadi tentara.
04:20Kini, keluarga dan kerabat Prada Luki tengah berjuang mengukap fakta di balik kematian Prada Luki.
04:26Niputu Trisnanda, Roy Ilman, Kompas TV Kupang, Nusa Tenggara Timur.