00:00Stigma terhadap DPR masih terasa berat memang.
00:03Jadi segala sesuatu aktivitas itu masih tertutupi dengan stigma-stigma yang dianggap DPR itu malaslah orang marah.
00:11Bagaimana tadi kritik, semua menjadi otokritik bagi kami.
00:16Tetapi bahwa orang per orang setidaknya juga tidak melakukan apa yang dituduhkan yang distikmakan oleh masyarakat.
00:22Masih dengan stigma-stigma tertentu itu kita terima sebagai sebuah koreksi.
00:26Nah koreksi ini seperti apa yang ingin dilihat oleh Firdian dan kawan-kawan agar apa yang dilakukan DPR, problem solvingnya itu betul-betul terlihat?
00:37Saya pengen bilang harusnya penyelenggara negara Indonesia, mau itu pemerintah, DPR, aparat penegak hukum, bersyukur.
00:46Saya pengen bilang tuntutan yang kemudian dianggap dikabulkan ini bukan hadiah dari penyelenggara negara.
00:52Ini adalah perjuangan kami.
00:53Dan harusnya bersyukur. Kenapa bersyukur?
00:55Kita tidak seperti Nepal. Kita memilih tidak seperti Nepal.
00:59Kalau publik pengen kita panas-panasin, bakar seluruh anggota Dewan.
01:02Itu tidak mungkin, itu salah.
01:04Tapi itu salah. Kita tidak lakukan kan?
01:06Kita tidak lakukan.
01:08Kita memilih jalur untuk punya tuntutan yang jelas.
01:11Ada deadline-nya tuh, Mbak, 17.8 itu kan?
01:14Dan kita memilih untuk berdiplomasi.
01:18Bahkan ada yang masuk ke audiensi dengan DPR.
01:19Makanya ketika hari ini kami melihat stigma terhadap DPR, ini bukan tentang stigma, ini tentang harapan.
01:28Makanya kami berharap DPR itu bukan hanya fokus pada anggota-anggota Dewan bermasalah ini.
01:35Tapi juga fokus pada tuntutan reformatif yang kami inginkan.
01:40Terima kasih telah menonton!