Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Budayawan Butet Kartaredjasa menyoroti etika para pejabat dewasa ini saat berdialog bersama Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X dalam acara Dialog Kebangsaan untuk Indonesia Damai di Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, Yogyakarta, pada Minggu (26/10/2025) kemarin.

"Seorang mantan pejabat komunikasi istana negara, pejabat komisaris BUMN bisa mengatakan bahwa saya memenangkan pertarungan karena menjilat. Lho, menjilat menjadi kebanggaan, ini etika model apa, saya sedih seperti itu seakan-akan biasa," ujar Butet.

Baca Juga Dialog Bersama Sultan HB X, Warek UGM Sebut Pendidikan Mampu Tingkatkan Kualitas Demokrasi di https://www.kompas.tv/nasional/627557/dialog-bersama-sultan-hb-x-warek-ugm-sebut-pendidikan-mampu-tingkatkan-kualitas-demokrasi

#butetkartaredjasa #sultanhbx #yogyakarta

Video Editor:

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/627559/depan-sultan-hb-x-butet-kartaredjasa-soroti-etika-pejabat
Transkrip
00:00Termin pertama saya persilahkan, berapa orang? Mas Butet Kartarajasa, meja kedua dulu.
00:08Arijito, ya mas Arijito.
00:10Ah ini ada rambut depan ini menarik.
00:14Mbak Rosi Silalahi, tiga orang dulu ya, tiga orang dulu pak ya.
00:18Saya persilahkan kepada mas Butet untuk menyampaikan pertanyaan usulan atau apa yang disampaikan.
00:26Terima kasih, selamat pagi.
00:44Saya itu kalau di hadapan ngersaudalem apalagi di depan banyak orang ini agak nervous.
00:49Tapi saya sudah berjanji pada diri saya, karena saya dapat undangan ini merasa sangat istimewa,
00:57saya berjanji akan bloko suto.
01:00Bicara apa adanya tanpa rasa takut.
01:06Jadi begini, tadi kan kata kunci dari acara kita ini dialog, kebangsaan dan Indonesia damai.
01:13Ini kata kuncinya.
01:14Saya itu hari ini terus terang ya, merasa sedih, prihatin, karena rasa damai dan sebuah keindonesiaan yang saya imajinasikan itu kok rada meleset.
01:32Saya melihat bagaimana tentang totokromo, etika.
01:40Ini seperti tidak ada lagi.
01:44Bayangkan ya, tempoh hari itu di media masa, di podcast, di berita resmi, mainstream itu ada berita yang menerangkan misalnya nih.
01:54Ada seorang mantan pejabat komunikasi istana negara, pejabat komisaris BUMN,
02:06bisa mengatakan bahwa saya bisa bertarung, memenangkan pertarungan karena menjilat.
02:15Loh, menjilat kok menjadi kebanggaan.
02:18Ini etika model apa?
02:25Saya sedih.
02:28Kok seperti itu seakan-akan menjadi hal yang biasa.
02:33Hal yang semula tidak pernah ada misalnya ayam, makan berkisi gratis.
02:40Eh MBG, ya makan berkisi gratis.
02:43Sebelumnya tidak pernah ada acara seperti itu.
02:48Aman-aman saja tidak pernah ada siswa sekolah keracunan.
02:51Hari ini, kita panen orang keracunan.
02:56Karena MBG.
02:57Dan itu seakan-akan menjadi hal yang biasa.
03:01Yang tidak biasa hari ini menjadi seakan-akan biasa dan dibenarkan.
03:06Gegeran yang disebut tadi di akhir Agustus, pemimpin tertinggi kita mengatakan akan ada Komite Reformasi Kepolisian.
03:18Nama-namanya sudah disebut diantaranya ada Pak Mahfud.
03:22Hari ini, Belgedes.
03:26Pemimpin boleh berjanji, tapi sekaligus boleh mengingkari.
03:30Sedih.
03:31Iki model apa?
03:34Saya membayangkan ya, pemimpin itu adalah guru.
03:38Yang wajib digugu dan dituru, ditiru, diteladani.
03:45Laku sekarang saya seperti kesulitan mendapatkan pemimpin yang pantas saya teladani untuk menjadi Indonesia Dama itu.
03:53Sedih.
03:54Saya kalau sudah begini, ingatan saya langsung kepada Kiai Haji Ahmad Dahlan.
04:02Sebagai Kristen KTP, saya harus mengutip Kiai Dahlan.
04:08Beliau punya sesanti yang sangat membekas.
04:13Yaitu mengatakan,
04:15Biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.
04:20Hari ini, apa yang kita lihat yang seakan-akan menjadi biasa itu,
04:28Harus kita kritisi.
04:30Itu tidak biasa.
04:33Satu seswa keracunan, itu jumlahnya terlalu banyak.
04:37Kita tidak bisa menganggap ribuan orang keracunan sebagai suatu hal yang biasa.
04:42Etika hari ini memang sedang ambiar.
04:46Terima kasih.
04:46Tepuk tangan buat Mas Butet, luar biasa.
04:51Apa yang disampaikan beliau itu, saya baca 2-3 minggu lalu,
04:54kalau tidak salah di opini Harian Kompas.
04:57Mas Butet menulis mirip kira-kira itu.
04:59Kita sudah masuk pada era nir-etika.
05:02Saya membaca tulisan Mas Butet.
05:03Terima kasih.
05:04Terima kasih.
05:05Terima kasih.
05:06Terima kasih.

Dianjurkan

1:41