Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Utama KompasTV, Rosianna Silalahi menyoroti indeks demokrasi Yogyakarta menempati posisi tertinggi di Indonesia meski memiliki corak pemerintahan kesultanan.

Hal itu disampaikan Rosianna saat berdialog bersama Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X dalam Dialog Kebangsaan untuk Indonesia Damai di Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, Yogyakarta, Minggu (26/10/2025) kemarin.

"Kenapa justru di Yogya ini memberikan ruang publik yang partisipatif, kebebasan pers. Tentu saja Ngarsa Dalem membiarkan, tidak melarang bagaimana denyut nadi aspirasi mahasiswa di kampus-kampus. Bagaimana corak kerajaan yang bersifat otoriter, tapi justru sebaliknya Yogya menampilkan indeks demokrasi Indonesia tertinggi di antara semua provinsi," ujar Rosi.

Baca Juga Sultan Hamengku Buwono X Tekankan Pentingnya Dialog dengan Anak Muda: Hindari Terjadi Gap di https://www.kompas.tv/nasional/627545/sultan-hamengku-buwono-x-tekankan-pentingnya-dialog-dengan-anak-muda-hindari-terjadi-gap

#sultanhbx #demokrasi #yogyakarta

Video Editor: Rizal

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/627556/rosianna-silalahi-ke-sultan-hb-x-kenapa-indeks-demokrasi-yogya-tertinggi-di-indonesia
Transkrip
00:00Kesempatan ketiga saya berikan kepada, ini ada sahabat saya, Ngarso Dalam duduk di depan,
00:05Ibu Rosi Yana Silalahi.
00:08Rosi, Ngarso Dalam mungkin kaget melihat di antara semua list ada satu yang bukan orang Jogja nih.
00:13Bukan alumni Jogja, tidak pernah tinggal lama di Jogja.
00:17Tapi saya tanyakan kepada Panitia, Rosi diundang karena kalau untuk urusan media menyaksikan tidak perlu orang Jogja.
00:24Persetif media itu biasanya lebih luas melihat Indonesia.
00:26Nah bagaimana Rosi yang tinggal di Jakarta, Bajak, Batak, Jakarta, itu bisa menyaksikan Jogja kehidupan demokrasinya, persenya seperti apa.
00:36Kesempatan monggo digunakan, Ngarso Dalam. Silahkan Rosi.
00:39Ngarso Dalam yang kami hormati dan Bu Ratu Hemas yang kami cintai,
00:45mendengar penjelasan bahwa mereka yang ada di sini, lama tinggal di Jogja, berKTP Jogja,
00:52mahasiswa kampus di Jogja, saya memang minder.
00:56Tapi, tidak ada Kamus Minder di Orang Batak.
01:05Justru sebenarnya saya terundang di sini untuk menunjukkan bahwa tidak perlu lama tinggal di Jogja,
01:13tidak perlu berkampus di Jogja untuk tahu cara mencintai Jogja dan selalu ingin kembali ke Jogja.
01:19Satu hal sebenarnya mengapa saya selalu ingin pulang ke Jogja,
01:27dalam kalau liburan selain bertemu dengan Ibu Kesayangan, Ibu Ratu Hemas,
01:33itu Jogja mampu menunjukkan bahwa ada ketertiban paling tidak di, atau tidak ada kesombongan di Jalan Raya.
01:44Terima kasih Jogja, Anda telah memberikan teladan tidak ada kukuk, kukuk, kukuk, kukuk, kukuk, kukuk, kukuk, kukuk.
01:51Terima kasih.
01:51Sebenarnya, kami tahu bahwa Ngarso Dalem tidak pernah mau pakai patual.
01:58Tapi Ngarso Dalem juga tidak mau diliput oleh media untuk memberikan keteladanan bahwa seorang Ngarso Dalem tidak mau pakai patual.
02:06Untunglah ada mata netizen yang memberitahu bahwa seorang Ngarso Dalem, Raja Jogja, tidak perlu tutut kukuk, tutut kukuk, kukuk, kukuk.
02:18Terima kasih Ngarso Dalem telah memberikan keteladanan yang paling kecil sekalipun,
02:24tapi sungguh prinsip bagi kami orang Jakarta, karena saya dari rumah pasar minggu ke Palmerah,
02:30paling sedikit lima kali, tutut, wok, wok, tutut, wok, wok.
02:34Sekarang semuanya tampaknya malu pada Ngarso Dalem.
02:39Ngarso Dalem, indeks banyak menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia mengalami penurunan,
02:46begitu juga dengan kebebasan pers.
02:49Tetapi yang menarik adalah indeks demokrasi untuk Jogja yang dikeluarkan oleh indeks demokrasi Indonesia
02:55menunjukkan anomali, karena pada tahun ini dirilis indeks demokrasi Indonesia untuk Jogja itu hampir 90 poin
03:03yang tertinggi di seluruh provinsi Indonesia.
03:06Pertanyaan saya Ngarso Dalem, bagaimana seorang Raja Jogja yang corak memerintahnya adalah kerajaan atau kesultanan
03:17yang harusnya juga bisa mempraktekkan corak yang tanpa dialog, tidak membuka ruang dialog,
03:28itu bisa dipraktekkan oleh seorang, maaf saya menyebut, Raja Jogja.
03:33Tetapi kenapa justru di Jogja ini memberikan ruang publik yang partisipatif,
03:42kebebasan pers, dan tentu saja Ngarso Dalem juga kami tahu membiarkan paling tidak melarang
03:50bagaimana denyut-denyut aspirasi mahasiswa di kampus-kampus.
03:54Bagaimana corak kerajaan yang seharusnya bisa otoriter, tetapi justru sebaliknya Jogja bisa menampilkan
04:01indeks demokrasi Indonesia tertinggi di antara seluruh provinsi Indonesia.
04:05Terima kasih Ngarso Dalem.
04:07Terima kasih Rosy.

Dianjurkan

1:41