00:00Berikutnya Ibu Bapak sekalian, testimoni keempat akan disampaikan oleh
00:05General Polisi Pernawirawan Datrandes Ahmad Doviri, MSI.
00:11Beliau sekarang adalah penasehat khusus Presiden Bidang Keamanan dan Ketertiban
00:15serta Reformasi Kepolisian.
00:17Pernah cukup lama tugas di Jogja terakhir menjadi Kapolda D.I.E.
00:21Monggo Pak Doviri.
00:23Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
00:26Selamat siang, salam jahtera baik-baik sekalian.
00:29Shalom, Om Swastiastu, Namo Muda, Ya Salam Kebajikan.
00:33Yang terhormat dan kami banggakan, Ngarso Dalam, Seri Sotanamu Kebohono ke-10.
00:38Yang kami hormati, Ibu Gusti Kajang Ratu Hemas, Bapak Ibu hadirin sekalian.
00:44Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih, saya berikan kesempatan untuk menyampaikan testimoni.
00:50Pak Moderator tadi di awal, yang hadir di sini masuk dua kategori.
00:56Yang pertama tokoh yang memang sengaja diundang, dan yang kedua orang yang kangen dengan Yogyakarta.
01:02Sepertinya saya kategori yang kedua orang yang memang kangen dengan Yogyakarta.
01:06Bapak Ibu sekalian, saya berdinasi kepolisian hampir 36 tahun.
01:14Dan sepanjang waktu itu, dibandingkan dengan daerah-daerah lain, paling banyak waktu saya habiskan bertugas di Yogyakarta.
01:23Saya pernah menjabat sebagai Kapolda Bus Yogyakarta, pernah menjabat Wakap Polda Yogyakarta, dan terakhir menjadi Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta.
01:31Kurang lebih tiga setengah tahun.
01:33Yang konon katanya, sampai dengan sekarang ditelisik, Kapolda yang paling lama bertugas di Yogyakarta.
01:42Bapak Ibu sekalian, pelajaran pertama di Akademi Kepolisian, ketika dimanapun kita bertugas, ada giyum, dimana bumi terpijak, disitu lamik jungjung.
01:54Itu teori dasar pertama dimanapun kita bertugas.
01:57Oleh karena itu, ketika saya bertugas di Yogyakarta, yang saya petik dan pelajari dulu adalah terkait bagaimana karakteristik wilayah sekaligus kerawanan dari daerah itu.
02:10Saya sangat ingat betul, karena kebetulan kalau dilihat dari sebutannya, Yogyakarta itu kota pelajar, kota pariwisata, kota budaya, sekaligus juga miniatur Indonesia.
02:25Itu yang membekas dan ada di benak kepala kami semua.
02:29Dan yang lebih penting lagi, saya kaget ketika tahun 2017, kita ingat tahun 2023, filosofi sumbu Yogyakarta itu diakui oleh PBB menjadi warisan budaya dunia.
02:43Tepetangan, Bapak Ibu sekalian.
02:44Apa yang kami selami di situ, yaitu terkait dengan sumbu filosofi Yogyakarta, yaitu dari mulai kerapiak, panggung kerapiak, kemudian keraton, sampai tunggu golong diling.
02:57Itu semua menunjukkan dimensi spiritual dan dimensi sosial.
03:02Jadi kalau tadi di awal disampaikan, ada namanya sangkan paraning tumadi, manung galing kaula kusti, ha memayu hayu ling baono.
03:12Bagaimana mungkin saya orang Jawa Barat, tiba-tiba harus paham dengan istilah-istilah itu.
03:18Dan kami petik di dalamnya rupanya simple sekali.
03:22Yaitu bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya, bagaimana hubungan manusia dengan sesama manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan alam.
03:31Dalam konteks teologi, Bapak Muhasim tadi disampaikan,
03:35Hablu Minallah, Hablu Minannas, dan Rahmatan Lila Alamin.
03:40Itu semua ada di Yogyakarta, dan itu tercermin dari arsitektur keraton yang kemudian kita namakan sumbu filosofi Yogyakarta.
03:50Tepuk tangan untuk Yogyakarta.
03:54Kemudian, apakah itu memang hanya simbol filosofi?
03:57Bapak Ibu sekalian, saya sampaikan tadi, tiga setengah tahun saya bertugas dan mendampingi Ngarasul Dalam.
04:05Kalau kita lihat apa yang disampaikan beliau, tutur katanya, sikap dari beliau itu mencerminkan filosofi itu ada pada diri seorang gubernur sekaligus seorang Raja Yogyakarta.
04:17Kadang-kadang kami kalau berdialog dengan beliau bisa satu jam, bisa dua jam, bisa tiga jam.
04:24Dan kadang-kadang, mohon maaf Ngarasul Dalam, disaking asiknya, tehnya pun tidak pernah kami sentuh.
04:29Karena Ngarasul Dalam tidak pernah menawarkan untuk diminum.
04:31Tetapi menariknya Bapak Ibu sekalian, apa yang kemudian kita refleksikan dalam tugas sehari-hari itu tercermin.
04:42Kalau saya ceritakan terkait bagaimana sikap beliau menyikapi hal-hal yang kemudian tercermin dari tindakan beliau, itu mungkin kalau kita tuliskan dalam buku akan tebal sekali.
04:55Saya contohkan, ketika itu ada pemilu di Jakarta, di mana waktu itu muncul kemudian di media online terkait seolah-olah pernyataan dari gubernur DIA yang mendeskritkan etnis tertentu.
05:14Wah, sangat ribut sekali.
05:16Saya matur ke beliau, Ngarasul Dalam mohon izin bagaimana menyikapi, karena di media sosial dan media mainstream waktu itu digoreng sedemikian rupa.
05:24Beliau dengan jawaban yang cukup simpel, tenang, gampang baka Polda, tinggal saya bikin laporan saja, enggak perlu saya membantah di media.
05:34Ini sangat menarik.
05:37Kemudian kami kaget lagi ketika kami menyampaikan Ngarasul Dalam, kalau begitu biar nanti staff kami yang datang saja ke tempat Ngarasul Dalam.
05:44Enggak, saya sendiri yang akan datang ke Polda DIA.
05:49Begitu datang beliau ke Polda DIA, kami temui Ngarasul Dalam, biar nanti membuat laporan polisinya di ruangan ini saja.
05:58Enggak, biar sekaligus saya juga melihat kayak apa sih kalau bikin laporan polisi.
06:03Beliau turun langsung, berada di ruangan yang sepetak itu, diperiksa oleh petugas pembuat laporan.
06:12Seorang raja menunjukkan komitmen bahwa di hadapan hukum itu semua sama.
06:19Ini pelajaran yang menarik dan sangat berharga.
06:22Dalam hati saya ke anggota bilang, enggak usah repot-repot memposisikan bagaimana penegakan hukum.
06:26Ngarasul Dalam sudah mencontohkan itu semua, bagaimana semua masyarakat patuh ada di hadapan hukum.
06:34Yang kedua, Bapak-Ibu sekalian, tahun 2019 kita ingat betul, waktu itu politik bampir terbelah.
06:41Karena apa? Itu masalah syarat.
06:44Dan kita tahu, Pak Mahfud MD waktu itu Menko Polkam baru saja membubarkan organisasi HTI, Pak Mahfud.
06:51Nah, tiba-tiba muncullah kegiatan di Yogyakarta, yaitu di Masjid Keraton.
07:06Nah, waktu itu konon direpresentasikan, kegiatan itu merupakan penjelmaan dari organisasi HTI tadi.
07:16Sehingga timur pertentangan, se-Indonesia, namanya kegiatan Muslim United itu menjadi keger.
07:24Waktu itu, saya ingat betul Gusti Condro dengan Gusti Hayu datang ke tempat saya.
07:31Pado Wiri, itu gimana?
07:33Tendanya mau berdiri loh, padahal kan harus dalam enggak mengizinkan.
07:37Sepanjang karir kepolisian saya, baru kali itu saya dihadapkan deg-deg rasanya.
07:42Bagaimana mungkin, sudah tidak diizinkan oleh Ngarso Dalem, kok mereka maksa?
07:49Alasannya apa?
07:50Kan Masjid itu yang mengizinkan cukup dari DKM-nya saja.
07:55Waduh, jadi memang memaksa, acaranya kan nanggung-nanggung.
07:59Tiga hari, tiga malam.
08:02Saya matur ke Gusti Hayu dengan Gusti Condro, bisa enggak?
08:04Saya matur nanti untuk menghadapkan Ngarso Dalem.
08:07Maksudnya, saya ingin menjelaskan ke beliau bahwa secara aturan hukum, ini tidak boleh, akan kami tindak.
08:16Bapak-Ibu itu kebayang, yang tidur di masjid kagungan dalam keraton itu, itu ribuan orang.
08:22Acaranya dibuka hari Jumat siap.
08:26Bagaimana mungkin nanti kalau Ngarso Dalem mengizinkan, ya Pak Kapolda memang langgar aturan dibubarkan saja.
08:31Saya dengan Danrem waktu itu, Pak Danrem, saya ingin menghadapkan Ngarso Dalem.
08:35Saya akan mengubarkan kegiatan itu, kalau memang Ngarso Dalem mengizinkan, tolong saya di backup.
08:41Saya tidak pernah berpikir nanti mengubarkan itu model coro seperti apa.
08:45Saya ingin menghadapkan Ngarso Dalem.
08:47Ngarso Dalem mau izin, ternyata mereka nekat untuk melakukan kegiatan tiga hari.
08:52Jumat, Sabtu, dan Minggu.
08:56Dan tiap di siang sudah dibuka.
08:57Mau izin, ini melanggar ketentuan.
09:00Kalau diperkenankan, saya akan membubarkan kegiatan tersebut.
09:04Jawaban yang tidak terduga oleh beliau.
09:07Pak Kapolda, saya tidak mau ribut-ribut.
09:11Sudah biarkan saja.
09:13Tapi mestinya, orang punya moral itu, ya paham.
09:18Bahwa itu tempat yang punya tidak mengizinkan.
09:20Kok maksa?
09:21Saya berbicara panjang lembar sampai akhir jam 11.
09:24Menjelang jam 12, saya pamit ke beliau.
09:27Saya teringat.
09:29Sebenarnya, ada-ada dulu Bapak Ibu?
09:35Moga Pak, dilanjut.
09:37Terus saja Pak.
09:38Arahan Pak Mahfud diteruskan.
09:39Oh, terus saja.
09:40Saya ikut Pak Mahfud.
09:42Pak Mahfud.
09:43Kami lanjutkan, Bapak Ibu.
09:46Jadi, waktu itu, kami bagaimana caranya?
09:51Sementara Ngarso Dalem yang punya tempat tidak mengizinkan dan mereka memaksa.
09:56Terus bagaimana untuk menghentikan itu?
09:59Saya ingat kata-katanya beliau.
10:01Mestinya mereka kalau punya moral, akan paham.
10:03Saya datangin ke panitianya malam hari itu juga.
10:07Di tengah orang, ribuan orang masih tidur di dalam masjid.
10:11Saya hanya menyampaikan kepada panitia.
10:13Saya malam hari ini datang bukan sebagai Ahmad Doviri.
10:16Kan panitianya kenal semua, Bapak.
10:18Sama saya.
10:19DKM-nya kenal, tokoh-tokohnya juga kenal.
10:22Saya datang ke sini bukan untuk membubarkan acara ini.
10:25Saya hanya ingin menyampaikan persan dari Ngarso Dalem.
10:28Kok kegiatan tidak diizinkan sama yang punya tempat?
10:34Tetapi kok maksa?
10:36Lah moralnya seperti apa?
10:38Saya mohon maaf.
10:39Kita ini orang muslim.
10:41Apa pantas memaksakan seperti itu?
10:45Alhamdulillah, Bapak-Ibu sekalian.
10:47Itu manjur.
10:48Besoknya kegiatan itu dipindah dari masjid Kagungan Dalam Keraton ke masjid Joko Karyan.
10:55Bisa dipersingkat, Pak Doviri.
10:56Ilmu kepolisian tidak ada untuk menyelesaikan pola-pola seperti itu.
11:01Tetapi lagi-lagi, kebesaran hati beliau, kebijakan beliau mampu untuk menuluh lantakan itu semua.
11:09Suro diro jaya ningrat, lebur dening bangas tuti.
11:12Begitu kan?
11:13Luar biasa.
11:14Terima kasih, Pak Doviri.
11:15Terima kasih, Hindo Yoko.
11:16Bukti selalu kangen dengan Jogja.
11:19Terima kasih, Pak.
11:20Terima kasih, Pak Doviri.