Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Indonesia belum dapat mengklasifikasikan paparan panas ekstrem sebagai bencana dan menentukan ambang batasnya.

Namun, sejumlah negara Asia seperti Filipina, India, Malaysia, dan Kamboja tengah merancang mitigasi fenomena alam terkait.

Berdasarkan laporan lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, gelombang panas membawa dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan, terutama pada bayi dan anak-anak.

Sepertiga anak-anak di dunia terpapar gelombang panas ekstrem yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari, bahkan lebih, dengan suhu 2 derajat Celsius di atas rata-rata setempat selama 15 hari.

Di lain pihak, Darmawan Budi Setyanto, Ketua Satgas Kesling dan Perubahan Iklim IDAI, turut menanggapi bahwa faktor polusi udara dapat menurunkan kemampuan adaptif respons tubuh.

Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran napas jika tidak segera mendapatkan penanganan.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 1,9 juta kasus infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Angka ini melonjak signifikan sejak pertengahan tahun.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu mencatat 1.079 warga terpapar ISPA selama awal Oktober, rata-rata disebabkan oleh kelelahan hingga dehidrasi.

#cuacapanas #matahari #indonesia #ispa



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/624621/gelombang-panas-mengancam-1-9-juta-kasus-ispa-di-jakarta-pakar-minta-langkah-serius-pemerintah
Transkrip
00:00Masih bersama kami di Kompasian, Saudara Pemerintah Indonesia belum memiliki pedoman untuk menanggulangi paparan panas ekstrim yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
00:08Hingga kini Indonesia belum dapat mengklasifikasikan paparan panas ekstrim sebagai bencana dan menentukan ambang batasnya.
00:16Lalu sejauh mana pemahaman dan kesiapan otoritas terkait pada dampak perubahan iklim? Berikut liputannya.
00:22Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memaparkan cuaca panas ekstrim yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia disebabkan gerak semua matahari yang sedang melintas di selatan Katolistiwa.
00:37Sementara itu berdasarkan penelitian IPCC yang berjudul Temperatur Terpanas yang pernah tercatat di 9 bulan pertama tahun 2024, kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,55 derajat Celcius.
00:50Sejauh ini, Indonesia belum dapat mengklasifikasikan paparan panas ekstrim sebagai bencana dan menentukan ambang batasnya.
00:59Namun, sejumlah negara Asia seperti Filipina, India, Malaysia, dan Kamboja tengah merancang mitigasi fenomena alam terkait.
01:09Berdasarkan laporan lembaga PBB untuk anak UNICEF, gelombang panas membawa dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan terutama pada bayi dan anak-anak.
01:18Sepertiga anak-anak di dunia terpapar gelombang panas ekstrim yang berlangsung 4 hingga 7 hari bahkan lebih dan suhu 2 derajat Celcius di atas rata-rata setempat selama 15 hari.
01:30Di lain pihak, Darmawan Setia Budi Setianto, Ketua Satgas Kesehatan Lingkungan dan Perubahan Iklim Idai, turut menanggapi faktor polisi udara yang dapat menurunkan kemampuan adaptif respons.
01:42Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran nafas jika tidak segera mendapatkan penanganan.
01:48Dari masalah panas ini pada anak tentu akan lebih besar dibandingkan pada orang rewasa.
01:55Kalau kita lihat bahkan bisa menyebabkan kematian langsung ini kalau suhu yang terlalu tinggi ya.
02:03Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 1,9 juta kasus infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA sepanjang Januari hingga Oktober 2025.
02:14Angka ini melonjak signifikan sejak pertengahan tahun.
02:18Sementara itu, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu mencatat 1.079 warga terpapar ISPA selama awal Oktober.
02:26Rata-rata dikarenakan kelelahan hingga dehidrasi.
02:29Sementara itu, Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tensu Yanti, turut menanggapi pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan mitigasi.
02:39Khususnya harus menghidupi ke masyarakat apabila panas ekstrim, jangan keluar rumah lah ya kalau tidak diperlukan.
02:48Dan perhatikan anak-anak untuk tanda-tanda dehidrasi.
02:52Tanda dehidrasi biasanya mulutnya kering, terus dia tidak kencing gitu ya.
02:58Itu tanda-tanda dehidrasi.
03:00Nah, seperti kalau dia di luar, dia otomatis kan nanti panas, kulitnya merah ya.
03:06Itu kita edukasi ke masyarakat.
03:10Namun, Erma Yuli Hastin, ahli klimatologi dan perubahan iklim BRIN menyarankan terkait problema ini.
03:16Pemerintah itu harus menyediakan strukturnya, instrumen kebijakannya, regulasinya gitu kan untuk mengantisipasi dan memang harus banyak inisiatif gitu loh.
03:28Setahu saya, itu sudah menjadi konsen di Asia Tenggara.
03:32Temasek misalnya, itu sangat agresif gitu ya, mencari cara, solusi-solusi gitu, yang berasal dari masyarakat yang bikin pendanaan ini itu,
03:43yang menginisiasi apa nih ide-ide untuk meredam atau mengurangi dampak dari perubahan iklim di semua sektor gitu.
03:50Panas yang membara akan meninggalkan bekas.
03:54Bicara angka dan data namun tak meninggalkan berkas.
03:58Luka di masyarakat tetap membekas, problema besar butuh upaya untuk mengusut tuntas.
04:04Klenis Oktania, Tim Liputan, Kompas TV, Jakarta.

Dianjurkan

3:01
Selanjutnya