Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utama
KOMPAS.TV - Fenomena melintasnya meteor berukuran cukup besar pada Minggu malam, 5 Oktober lalu dipastikan tidak menimbulkan kerusakan berarti.

Meteor tersebut juga tidak jatuh di daratan seperti yang ramai disebut di media sosial. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, memperkirakan meteor itu jatuh di Laut Jawa.

Untuk membahas lebih lanjut fenomena ini, simak dialog bersama Thomas Djamaluddin melalui sambungan virtual.

#meteor #lautjawa #meteorjatuh #viral

Baca Juga [FULL] Menko PM & Menag Buka Suara soal Insiden Ponpes Ambruk, Sampaikan Langkah Pemerintah di https://www.kompas.tv/nasional/621833/full-menko-pm-menag-buka-suara-soal-insiden-ponpes-ambruk-sampaikan-langkah-pemerintah



Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/621836/full-langka-analisis-pakar-soal-meteor-jatuh-di-laut-jawa-apa-artinya-bagaimana-bisa-terjadi
Transkrip
00:00Melintasnya meteor berukuran cukup besar pada minggu malam 5 Oktober lalu tidak menimbulkan kerusakan berat.
00:06Meteor ini juga disebut tidak jatuh di daratan seperti yang ramai disebut di media sosial.
00:12Thomas memperkirakan meteor itu jatuh di Laut Jawa.
00:20Melintasnya meteor berukuran cukup besar pada minggu malam 5 Oktober lalu
00:25menunjukkan wilayah Indonesia rentan dari jatuhan benda antariksa.
00:29Kesaksian masyarakat yang melihat meteor itu beredar luas di media masa.
00:35Peneliti Pusat Riset Antarik Sabrin, Thomas Jamaludin bilang
00:38suara dentuman yang didengar warga merupakan gelombang kejut yang muncul saat meteor memasuki atmosfer yang lebih padat.
00:46Menurut peneliti Brin, dentuman suara yang diikuti getaran dan munculnya meteor merupakan bagian dari satu rangkaian peristiwa.
00:53Meteor yang dilihat warga melintas puluhan kilometer di atas wilayah di Kuningan dan Cirebon
00:59diduga jatuh di Laut Jawa.
01:01Bisa jadi ini adalah asteroid yang, maaf, meteor yang cukup besar
01:09yang melintas mulai dari Jawa bagian selatan melintasi tasik
01:17belum ada suara dentuman tetapi kemudian melintas sekitar Kuningan dan Cirebon
01:28itu terdeteksi suara dentuman.
01:34Ini adalah peristiwa masuknya atau jatuhnya meteor yang cukup besar
01:39yang kemudian menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman
01:44dan ada kesaksian yang melihat objek terang yang melintas di langit.
01:52Sebelumnya, warga Majalengka Jawa Barat mendengar suara dentuman bersamaan dengan kemunculan meteor.
01:59Warga mengunggap kemunculan benda itu berlangsung cepat.
02:03Warga menduga benda misterius tersebut adalah meteor.
02:06Sangat singkat sekali lah hitungan detik itu sekitar 18.45an lah
02:18dengan suara dentuman yang begitu keras.
02:25Fenomena jatuhnya meteor juga diramaikan dengan munculnya informasi-informasi hoax.
02:30Banyak unggahan di sosial media yang menyebut meteor jatuh di sekitar area kilometer 219 tol Palimanan Kanci.
02:39Mereka bahkan memberikan narasi bahwa kebakaran itu akibat meteor yang jatuh dan menyebabkan dentuman hebat.
02:45BPBD Kabupaten Cirebon memastikan tidak ada dampak yang ditimbulkan dari peristiwa meteor yang jatuh termasuk kebakaran di area tol.
02:53Dari hasil pengamatan yang kami di lapangan, dari Desa Beber, Belawa maupun Tolsi Pernah tidak ditemukan kejadian jatuhnya meteor.
03:04Kami ingin mengingat kepada masyarakat tidak perlu panik dan tenang.
03:08Jangan menyebarkan berita hoax.
03:11Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN menyebut, meteor yang jatuh di wilayah Cirebon tidak menimbulkan kerusakan berarti.
03:19Meteor ini juga disebut tidak jatuh di daratan seperti yang ramai disebut di media sosial.
03:25Thomas memperkirakan meteor itu jatuh di Laut Jawa.
03:28Tim Liputan Kompas TV
03:30Untuk membahas fenomena jatuhnya meteor yang diperkirakan jatuh di Laut Jawa,
03:37kami akan membahasnya bersama peneliti ahli utama Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN,
03:43Thomas Jamaludin yang telah bergabung melalui sambungan virtual.
03:47Selamat siang Pak Thomas.
03:49Selamat siang, Assalamualaikum.
03:51Waalaikumsalam.
03:52Pak Thomas, ini kemarin fenomena meteor ini, apakah memang sudah diprediksi begitu oleh BRIN dan pengamatan BRIN?
04:01Sebesar apa kemarin Pak Meteor ya?
04:03Ya, jadi informasi yang beredar di media sosial dan di media,
04:10itu saya terima pada malam 5 Agustus ya, jadi ahad malam.
04:18Mulanya informasi soal gentuman meriut, gentuman misterius ya.
04:23Apa sih penyebab gentuman misterius?
04:26BMKG Cirebon mengatakan itu bukan karena petir, karena Cirebon pada waktu itu dalam kondisi cerah.
04:33Tapi di media sosial kemudian berkembang dua versi.
04:37Versi pertama menyatakan, mengaitkan bahwa itu meteor, kemudian jatuh di Cirebon dan menimbulkan kebakaran.
04:45Ada juga ilustrasi bola api yang jatuh tapi vertikal.
04:50Itu sesungguhnya semacam flare atau suara.
04:54Nah, versi yang kedua ini yang kemudian saya tindak lanjuti karena informasinya lebih sahih.
05:02Pertama terkait dengan video yang CCTV bahwa pada pukul 18.35 itu ada ketampakan meteor yang melintas.
05:15Kemudian ada juga video objek terang yang melintas di langit yang dilaporkan dari wilayah sekitar Brebes, perbatasan Brebes, Cirebon.
05:27Dan yang lebih meyakinkan lagi, ada media yang memberikan hasil data dari BMKG Cirebon dari Astana, Japura
05:41yang mengindikasikan ada getaran yang terkam oleh sensor deteksi gempa.
05:47Itu getaran pukul 18.39.
05:54Jadi ini satu rangkaian yang kemudian saya simpulkan bahwa terjadi meteor yang melintas Cirebon.
06:06Jadi bukan jatuh di Cirebon tetapi melintas Cirebon.
06:09Yang arahnya mulai dari selatan Jawa, kemudian melintasi Tasik karena ada saksi yang menyatakan melihat ada objek terang yang melintas di langit di atas Tasik.
06:25Kemudian di wilayah Kuningan dan Cirebon dilaporkan ada dentuman.
06:30Itu karena adanya gelombang kejut ketika meteor tersebut memasuki atmosfer yang lebih padat.
06:39Dan gelombang kejut ini menyebabkan suara dentuman.
06:45Dan lanjut lagi ke arah utara dilaporkan bahwa dari pekalongan juga melihat ada objek terang yang melintas.
06:55Dan lebih meyakinkan lagi ada data terbaru dari Observatorium Yanbaul Ulum Kudus.
07:04Itu yang menyajikan data dari All Sky Camera yang menunjukkan di wilayah barat dari arah kudus itu terdeteksi adanya meteor yang melintas.
07:18Jadi saya menyimpulkan bahwa suara dentuman itu berasal dari meteor yang melintas.
07:24Kalau dibandingkan dengan kondisi meteor yang jatuh di Borne 2009 dengan adanya suara dentuman dan getaran kaca rumah penduduk yang cukup kuat.
07:40Waktu itu ada data dari NASA yang menyatakan dari data infrasound yang sesungguhnya ini untuk mendeteksi uji coba nuklir.
07:50Tetapi waktu itu mendeteksi ada ledakan di atmosfer.
07:57Itu disimpulkan bahwa yang masuk atau jatuh di wilayah Borne 2009 itu adalah asteri berukuran 10 meter.
08:06Jadi kalau membandingkan gelombang kejut yang ditimbulkan antara yang di Borne 2009 dengan yang di Cirebon yang menimbulkan suara dentuman dan getaran tetapi tidak terlalu kuat.
08:24Saya memperkirakan bahwa meteor yang melintas Cirebon itu berukuran antara 3 sampai dengan 5 meter.
08:32Ya untungnya ini jatuhnya di laut bukan di darah.
08:34Baik ini berarti jika berkaca dari sejarah kejadian sebelumnya Pak Thomas memperkirakan ini sekitar 3 hingga 5 meter.
08:42Tapi Pak saya juga ingin bertanya apakah jika ada benda asing dari luar atmosfer kita ini katakanlah meteor begitu ya.
08:51Di Indonesia atau BRIN tidak ada semacam alat begitu yang bisa memprediksi atau mendeteksinya saat jatuh ke bumi?
08:58Untuk asteroid atau meteor yang ukurannya di bawah puluhan meter itu secara internasional belum ada alat yang untuk mendeteksinya.
09:12Apalagi untuk mengantisipasi karena kecepatannya sangat tinggi.
09:19Sekedar contoh saja pada 2008 ada kebetulan patroli antariksa dengan menggunakan teleskop yang otomatik itu mendeteksi ada objek yang mengarah ke arah bumi.
09:35Jaraknya masih dalam hitungan 2 juta kilometer tetapi kemudian hanya hitungan dalam hitungan jam itu sudah jatuh sesuai dengan perakiraan di gurun di Sudan.
09:49Jadi ini pun deteksinya deteksinya deteksi kebetulannya karena ukurannya agak besar sekitar 6 meter tapi kalau ukuran yang lebih kecil lagi itu sulit dideteksi apalagi diantisipasi.
10:04Jadi jatuhnya meteor yang ukuran bahkan yang ukuran 17 meter yang jatuh di Rusia tahun 2013 itu tidak terdeteksi sama sekali padahal ukurannya cukup besar 17 meter dan menimbulkan gelombang kejut yang cukup kuat sehingga merusakkan banyak bangunan di Rusia pada waktu itu dan reluntuhan bangunan ini mencederai banyak orang juga.
10:31Jadi di Rusia pun belum ada secara internasional ya itu belum ada alat deteksi untuk mendeteksi meteor besar yang bakal jatuh di suatu tempat di bumi.
10:49Jadi meteor besar itu itu berasal dari batuan antariksa yang mengorbit sekitar bumi kemudian pada suatu ketika ini berpapasan dengan bumi kemudian menabrak bumi yang kita lihat sebagai meteor jatuh.
11:04Baik berarti memang belum ada alat namun kita bisa memprediksi dari suara atau dentuman yang kita dengar pada saat steroid itu jatuh ke bumi.
11:13Baik terima kasih Bapak Thomas Jemaludin peneliti ahli utama pusat riset antariksa dan riset dan inovasi nasional BRIN telah berbincang dengan kami.
11:20Baik terima kasih.

Dianjurkan

6:27