Skip to playerSkip to main content
Dalam film Jangan Panggil Aku Kafir, Giorgino Abraham memerankan sosok ayah yang menghadapi tantangan emosional sebagai kepala keluarga. Lewat proses mendalami peran ini, Giorgino mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang menjadi seorang ayah, terutama kepada anak perempuan. Peran ini membuka pandangannya akan sisi emosional seorang ayah yang sebelumnya belum pernah ia rasakan secara pribadi.

Lebih dari itu, Giorgino juga merefleksikan bagaimana seorang laki-laki bisa menjadi imam yang sesungguhnya bagi keluarga, bukan hanya sebagai pemimpin, tapi juga sebagai pelindung yang lembut dan penuh empati. Simak informasi selengkapnya di voi.id

#giorginoabraham #janganpanggilakukafir

Category

People
Transcript
00:00Mamma is always training to Sholat
00:10Mamma is always training to Sholat
00:14But Mamma should not be Sholat
00:19For when I'm fasting, Mamma will also follow I'm fasting
00:25He might teach you to Mamma
00:30It's not like this is how to teach Islam religion.
00:35I'm not Muslim.
00:37But I'm a mother.
00:39I know how to teach my son.
00:42Sorry, Ayah.
00:43There's a simple solution.
00:45You go to Islam.
01:00Okay, jadi karakter aku sebagai Fafat.
01:11Fafat ini adalah anak dari seorang ustazah.
01:16Dibilang dia cukup puas sama agamanya.
01:20Dia sedang berusaha membangun sebuah keluarga.
01:24Dia ingin segera menikah.
01:26Dia tidak percaya sama adanya pacaran.
01:28Kalau suka langsung kita taruf ya.
01:34Taruf ya.
01:35Langsung serius aja gitu.
01:36Gak main-main langsung.
01:37Ayo.
01:38Seperti itu.
01:39Udah punya prinsip.
01:41Ya seperti itu.
01:47Apa ya?
01:48Mungkin lebih ke...
01:49Ya tantangan aja.
01:50Senang aja dapat tantangan baru.
01:52Ya memaikin karakter ini.
01:54Terus agamanya Muslim juga.
01:57Jadi tantangan.
01:59Senang.
02:00Senang banget.
02:01Excited pastinya.
02:06Apa ya?
02:07Gak terlalu.
02:08Gimana-gimana sih jujur ya.
02:09Untuk tantangan sendiri.
02:10Karena mungkin lebih ke message.
02:12Ini kan sebuah message bahwa.
02:14Kenapa aku ngambil tawaran ini.
02:16Karena memang.
02:17Aku suka sama alur ceritanya.
02:19Alur ceritanya menurut saya.
02:23Ini sebuah message penting.
02:25Yang ingin disampaikan.
02:27Bahwa.
02:29Kisah tentang perbedaan agama itu bisa seperti apa.
02:34Terus dengan adanya toleransi.
02:38Antara dua agama itu seperti apa.
02:41Itu membuat saya menjadi tantangan tersendiri.
02:44Itu lebih ke inisiatif sendiri pastinya.
02:45Karena kan.
02:46Disini karakter Fafat memang harus punya anak kecil.
02:47Perempuan.
02:48Treatment.
02:49Punya anak perempuan.
02:50Pasti lebih ke inisiatif sendiri.
02:51Pastinya.
02:52Karena kan.
02:53Disini karakter Fafat memang harus punya anak kecil.
02:56Perempuan.
02:57Treatment.
02:58Punya anak perempuan.
02:59Pasti lebih cautious gitu.
03:02Sekarang pun aja.
03:03Kalau aku belum punya anak.
03:04Aku berpikir.
03:05Sewaktu-waktu.
03:06Kalau anak aku perempuan.
03:08Aku pasti posesif.
03:10Aku pasti pengen jagain.
03:12Aku akan kuatir.
03:13Anak ini nanti.
03:14Siapa yang jemput.
03:15Cowok siapa yang jemput.
03:16Mau diapain sama cowok ini.
03:18Aku harus kenal backgroundnya.
03:20Beda kalau cowok.
03:21Kalau cowok ya udahlah.
03:22Ya lu berbuat yang bandel.
03:24Tanggung jawab sendiri.
03:25Tapi kalau anak cewek itu.
03:27Gatau ya.
03:28Sudah dari.
03:29Sudah dari sananya.
03:30Kita sebagai laki-laki itu merasa.
03:32Anak perempuan itu.
03:33It's.
03:35Harus lebih di emong banget.
03:38Dan dijaga sih.
03:39Mungkin itu sudah menjadi apa ya.
03:41Watak.
03:43Seorang laki-laki gitu.
03:44Itu yang gak bisa di.
03:45Di.
03:46Di.
03:47Gak bisa di hilangkan ya.
03:49Gimana ya.
03:50Udah bawaan dari.
03:51Sana.
03:52Jadi.
03:53Kalau punya anak perempuan itu.
03:54Harus lebih di.
03:55Saya takut.
03:56Sebenarnya takut.
03:57Punya anak perempuan itu.
04:02Enggak sih.
04:03Hanya cuman ngeliat.
04:04Tapi riset sih enggak.
04:05Cuman.
04:06Ya perilaku seorang ayah aja.
04:07Itu kan sangat general ya.
04:08Sebenarnya.
04:09Kita bisa lihat dimanapun.
04:10Bagaimana cara ngeliat.
04:12Di supermarket.
04:13Misalkan ada seorang ayah.
04:15Sama anaknya yang kecil.
04:19Cewek seperti apa.
04:20Gitu.
04:21Kalau.
04:22Sama anak cowok seperti apa.
04:24Di.
04:25Sosial media juga.
04:26Kita bisa lihat bahwa.
04:27Seorang ayah.
04:28Kalau lagi bermain sama anaknya yang perempuan.
04:30Seperti gimana.
04:31Disayang-sayang banget.
04:33Bapaknya mau preman.
04:34Seperti apa.
04:35Mau.
04:37Se.
04:38Garang apapun.
04:39Laki-laki.
04:40Tapi ketika anaknya perempuan.
04:42Sisi softnya itu akan.
04:44Timbul.
04:45Beda sama kalau punya anak laki-laki ya.
04:51Oh ya.
04:52This is very good question.
04:53Pandangannya adalah begini.
04:55Terkadang.
04:57Kita sebagai anak.
04:59Kita suka tidak bisa mengerti apa yang kita rasakan.
05:04Karena.
05:05Kenapa sih.
05:06Orang tua kita gini.
05:07Orang tua kita gini.
05:08Gitu.
05:09Ngejagain banget.
05:10Kita ngerasa annoyed ya.
05:12Tapi terkadang.
05:14Kita harus memposisikan juga.
05:15Dan ini kesempatan buat aku.
05:16Kemarin bisa memainkan seorang ayah.
05:18Mendalami karakternya.
05:21Michelle mendalami karakter seorang ibu.
05:23Kita bisa melihat bahwa.
05:24Oh ternyata begini gitu.
05:25Menjadi seorang.
05:26Orang tua itu.
05:29Prioritasnya akan berubah.
05:30Anak itu sudah menjadi bagian dari mereka.
05:34Part of them.
05:35Yang mereka harus jaga utuh.
05:37Bukan.
05:39Apa ya.
05:40Kita ngomongnya.
05:43Ya kita khawatir banget.
05:45Kita pengen yang terbaik buat anak kita.
05:46Prioritas kita sudah bukan diri kita.
05:47Prioritas kita memang anak gitu.
05:49Dan itu saya rasakan dalam satu bulan proses shooting.
05:51Jangan panggil mama cafe.
05:58Pasti.
05:59Karena.
06:01Tanggung jawab itu penting banget.
06:02Apalagi sebagai laki-laki ya.
06:03Pemimpin.
06:04Saya percaya bahwa.
06:06Saya tidak setuju dengan.
06:08Feminism.
06:09Saya gak setuju banget.
06:11Saya percaya bahwa.
06:12Di agama manapun.
06:14Laki-laki itu memang.
06:16Posisinya di atas perempuan.
06:18Sorry to say.
06:19But that's the fact.
06:20That's what I believe in.
06:21Bukan saya against sama wanita.
06:23Tapi memang itulah.
06:24Buku yang saya pelajari.
06:26Dan saya yakin banyak orang di luar sana.
06:29Bahwa.
06:30Ya laki-laki mau di Islam.
06:31Kristen agama apapun.
06:32Laki-laki itu imam.
06:35Bukan berarti kita di atas perempuan.
06:36Bukan.
06:37Tapi memang.
06:38Kita dikasih Tuhan.
06:42Apa ya.
06:43Perilaku bawaan dari sana.
06:44Bahwa.
06:47Kita harus pegang kendali setir.
06:49Dalam kehidupan ini.
06:52Ketika kita merasa.
06:53Perempuan itu di atas kita.
06:56Kita merasa.
06:57Bahwa.
06:59Tidak ada lagi.
07:00Yang kita bisa banggakan.
07:02Kita pengen.
07:03Hal kecil seperti.
07:04Oh iya.
07:05Mejanya rusak.
07:06Gimana ya.
07:07Itu tuh.
07:08Meskipun kita sebagai laki-laki.
07:09Belum tentu bisa.
07:10Tapi.
07:11Kita merasa ego kita dikasih makan.
07:12Kita seneng.
07:13Kita merasa.
07:14Kita penting.
07:15Kita dibutuhkan.
07:16Itu aja sih sebenernya.
07:17Itu sih pesan penting.
07:19Yang memang.
07:20Aku tangkep dari.
07:21Salah satu.
07:22Ini.
07:23Bedang merah kecil ya.
07:24Dalam film ini.
07:25Yang saya tangkep juga.
07:26Bahwa.
07:27Fafat melakukan tugasnya sebagai laki-laki.
07:29Tidak pelin-pelan.
07:30Dia tegas.
07:31Terhadap apa yang dia mau.
07:32Dia tunjukkan itu ke Maria.
07:34Dan.
07:35Dia.
07:36Maria memainkan perannya.
07:40Sebagai seorang ibu.
07:41Dan menurut saya.
07:42Itu yang saya tangkap ya.
07:45Bahwa maksudnya.
07:46Sebuah.
07:47Sebuah.
07:48Apa ya.
07:49Ketegasan laki-laki.
07:50Itu bisa dilihat dari.
07:51Dari karakter Fafat.
07:56Oh enggak sih.
07:57Untungnya enggak.
07:58Saya selama ini.
07:59Semua proyek saya.
08:00Saya tidak pernah.
08:01Kebawa.
08:02Ke kehidupan pribadi.
08:03Ya.
08:05Menurut saya.
08:07Ini kan sebuah.
08:08Pekerjaan.
08:09Dimana kita harus bisa membedakan.
08:10Antara.
08:11Real life.
08:12Sama.
08:13Work life.
08:14Dimana.
08:15Meskipun kita menjadi seorang karakter tersebut.
08:18Ya.
08:19Kita tahu lah.
08:20Bisa.
08:21Kita dengar kata cut ya.
08:23Be ourself.
08:24Gitu.
08:25Ya.
08:26Setiap orang punya treatment masing-masing.
08:28Ada yang memang.
08:29Susah untuk meninggalkan karakternya.
08:31Karena.
08:32Dia mempersiapkannya begitu panjang.
08:34Dan menurut aktor itu.
08:36Itu cara yang terbaik buat dia.
08:38It's a good band.
08:39Saya support juga.
08:40Itu cara yang bagus.
08:41Cuma cara saya memang.
08:43Saya belum bisa.
08:44Menggunakan cara seperti itu.
08:46Saya menggunakan cara yang memang.
08:47Ya.
08:48Saya pelajar dari yang saya tahu.
08:49Karakter yang saya bentuk dari awal.
08:51Saya memiliki karakter itu.
08:53Ketika saya dengar kata cut.
08:54Ya udah.
08:55Saya jadi jino gitu.
08:56Nyantai lagi.
08:57PalAK!
08:58dancer!
08:59SDK!
09:00Saya be Sobat!
09:01Itu salah satu.
09:02Traits.
09:03Fafat.
09:04Yang saya suka.
09:05Adalah.
09:06Tadi.
09:07Eee.
09:08Dia sangat yakin.
09:09Sama apa yang dia mau.
09:10Laki-laki sejati.
09:12Laki sejati.
09:13Laki-sejati adalah laki-laki yang bisa.
09:15Soft.
09:16Terhadap.
09:17Pasangannya.
09:18to honor her husband, her mother, her mother.
09:24In my opinion, it was very difficult to do this.
09:30He was so patient.
09:33He didn't have a tendency to make a decision.
09:38But he was confident that he still has a principle.
09:42In my opinion, the principle is difficult to do this.
09:47To do this.
09:49Because there are a lot of comparison.
09:54There are a lot of speed of life in the moment.
09:59So, people just want to be instant.
10:03So, I feel like if I'm a son of a son,
10:06I want to have a character like Fafat.
10:13I'm in peace, bro.
10:15Maybe it's better.
10:17Yeah, you're cool, bro.
10:18Because you've already given...
10:21What do you mean?
10:22What do you mean?
10:24And...
10:25...
10:27...
10:28...
10:29...
10:30...
10:31...
10:32...
10:39...
10:40...
11:02...
11:03...
11:04...
11:05...
11:07...
11:08...
11:09...
11:10...
11:11...
11:12...
11:13...
11:15...
11:16...
11:17...
11:19...
11:21...
11:22...
11:23...
11:24...
11:25...
11:26...
11:27...
11:29...
11:30...
11:31...
11:34...
Be the first to comment
Add your comment

Recommended