Skip to playerSkip to main content
Akhirnya dualisme yang terjadi di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) berakhir melalui Kongres Persatuan PWI 2025 yang berlangsung di Cikarang, Kabupaten Bekasi, pada 29–30 Agustus 2025. Dalam forum tersebut, Drs. H. Akhmad Munir terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat periode 2025–2030. Apa saja program prioritas yang akan dilakukan pria yang akrab disapa Cak Munir ini?

#akhmadMUNIR #PWI #programPRIORITAS

Category

🗞
News
Transcript
00:00Setelah terpilih, apa ini program yang ingin dilaksanakan?
00:18Ya, Alhamdulillah Kongres Persatuan BWI berjalan lancar ya, akhir bulan lalu, dan saya terpilih menjadi Ketua Umum.
00:30Dan kenapa Kongres Persatuan digelar? Karena kita hampir dua tahun dualisme, ada dua Ketua Umum, Ketua Umum versi Kongres Bandung 2023 dan Kongres Luar Biasa Jakarta 2024.
00:50Sudah hampir dua tahun kita berkonflik dan dari kedua belah pihak ada kesadaran untuk menyatukan kembali agar BWI betul-betul kembali bersatu.
01:04Dan sekarang sudah bersatu dan saya menyusun kabinet juga kabinet persatuan, jadi pengurus persatuan.
01:14Jadi apa tugas pertama? Mempersatukan kembali.
01:17Saya sekarang lagi sedang mengkonsolidasi organisasi dengan mengakselerasi dualisme kepengurusan.
01:29Karena di beberapa kabupaten, provinsi masih ada dualisme ini.
01:32Kita targetkan akhir bulan Oktober ini nanti selesai dualisme.
01:39Kemudian akibat dualisme itu juga verifikasi keanggotaan.
01:46Karena kedua belah pihak di saat konflik saling mengeluarkan kartu.
01:52Dan itu harus diverifikasi lagi.
01:55Supaya ya anggota BWI betul-betul wartawan.
01:59Karena kemarin, karena ada kepentingan konflik, akhirnya saling begitulah.
02:06Kita verifikasi uang terkait dengan keanggotaan BWI,
02:10tujusnya yang baru-baru ini, agar betul-betul anggota BWI adalah betul-betul wartawan.
02:17Terus yang ketiga, konflik ini akibat kekurang sempurnaan PD-PRT kita.
02:25Nah, sehingga perlu direvisi.
02:29Maka kita akan merevisi secepatnya PD-PRT ini dan akan disahkan di Kongkernas nanti bulan Februari.
02:39Ketika ini selesai, ini menjadi pekerjaan jangka pendek saya.
02:45Jadi, insya Allah, sekarang saya sudah membentuk tim.
02:48Tim ketua penyembunan PD-PRT, ada tim penyelesaian dualisme,
02:54ada tim verifikasi keanggotaan.
02:57Sekarang sudah bekerja, dan targetnya yang dualisme Oktober,
03:03yang verifikasi November, yang penyembunan PD-PRT Februari.
03:09Setelah itu, di saat bersamaan, kegiatan diklat dan pelatihan berjalan.
03:17Apa itu?
03:18Pertama, kita punya program yang sudah berjalan, namanya Uji Kompetensi Wartawan.
03:23UKW, ini sudah banyak permintaan, karena hampir dua tahun kita kan tidak punya,
03:31ditutup oleh Dewan Pes karena konflik.
03:34Nah, sekarang ini teman-teman provinsi, kabupaten, kota sudah mengajukan untuk UKW.
03:42Nah, ini sambil berjalan.
03:45Berjalan, pelatihannya ada Sekolah Journalistik Indonesia.
03:48Ini paten kita sudah punya, dan ini kena berjalan, terus selain itu kita akan mengakselerasi ini,
03:58mas, bagaimana kita bersama-sama dengan komunitas pes lainnya, termasuk Dewan Pes,
04:06memperkuat ekosistem pes nasional, mas.
04:11Terutama terhadap ancaman diskrupsi media global.
04:16Nah, ini yang kita atur.
04:18Nah, kebetulan respon ini direspon baik oleh Minkum Ham.
04:23Minkum.
04:24Minkum.
04:24Ya, dan Minkum rasa-rasanya ingin memperkuat secara regulasi, karena memang harus diperkuat dengan regulasi ini.
04:33Kalau enggak, ekosistem kita ya mungkin kurang begitu mapan lah terhadap menghadapi tantangan diskrupsi digital ini.
04:48Nah, ini yang paling kita, tapi berat, memang berat.
04:52Ya.
04:52Regulasi yang dibutuhkan itu seperti apa bentuknya?
04:56Kayak penguatan tanda publisher right.
05:00Oke.
05:00Penguatan.
05:01Menkom.
05:02Kepres.
05:02Ya, kebetulan.
05:03Kepres.
05:04Ya.
05:05Itu dikuatkan lagi, agar menjadi undang-undang,
05:09yang lebih membuat PES kita berdaya, saing, dan sejajar dengan yang namanya platform global.
05:22Sekarang ini kan kita, platform global kan dengan enaknya sekarang.
05:26Mas.
05:27Menguasai kue iklan di Indonesia, menguasai distribusi konten berita-berita kita yang diproduksi oleh media kita,
05:39Nah, itulah yang harus kita kuatkan.
05:42Bagaimana pengaturannya.
05:44Nah, itu yang harus, sebenarnya sudah ada publisher right, cuma kurang kuat ya.
05:50Nah, itu butuh proses berapa lama?
05:54Oh, itu pertama harus ada political will dari pemerintah.
05:59Kedua, ada kesamaan tekat dari komunitas PES kita.
06:06Tekat dan niat.
06:07Tekat dan niat.
06:10Karena selama kita, apa, selama kita masih, bukan ego ya, selama kita masih berdebat terus terhadap ini,
06:22maka apa yang ingin kita bangun terhadap membangun ekosistem PES kita menjadi kuat akan menjadi stuck atau jalan di tempat atau jalan lambat.
06:37Nah, itu harus segera bersamaan dengan goodwill dan niat tekat bersama.
06:44Sudah.
06:45Ya, PWI ini kan organisasi wartawan tertua ya, Cak ya?
06:49Tua dan terbesar.
06:50Terbesar juga.
06:51Nah, bagaimana ini? Mengoptimalkan potensi ini untuk hal-hal yang konstruktif, positif dan...
06:59Ya, pertama kita harus memastikan anggota harus menjalankan tugas kerja jurnalistik dengan baik.
07:09Dan profesional ya, dengan patuh kepada kode etik jurnalistik.
07:13Itu pertama, dia kerja-kerja jurnalistiknya menjunjung tinggi kode etik jurnalistik dan aturan regulasi yang mengatur tentang hukum.
07:23Yang kedua, kalau menurut saya, kita harus juga melembagakan pemahaman PES hidup, kita masyarakat PES hidup sebagai hidup dalam bernegara.
07:44Ya, hidup dalam bernegara sehingga PES itu harus bersama-sama dengan stakeholder bangsa, ya di situ ada pemerintah, di situ ada publik, dan masyarakat umum.
08:00Untuk saling bersinergi bagaimana membangun komunikasi yang sama-sama konstruktif.
08:09Sama-sama berniat untuk membangun bangsa dan negara.
08:17Ada kalanya, kita juga melihat banyak media-media yang dalam konteksnya itu selalu mengkritisi negara.
08:30Benar-salah dikritisi terus.
08:31Nah, itu juga barangkali akan membuat energi kita akan terkures kepada energi konflik.
08:41Justru, kita harus dalam hal ini, kita harus sportif.
08:46Bahwa ada saatnya kita mengapresiasi, ada saatnya kita mengkritisi, ada saatnya kita bersinergi.
08:56Gitu, itu yang harus fair.
09:00Nah, di situlah makanya dibutuhkan yang disebut dengan apa fungsi PES itu adalah mencari kebenaran dan keadilan.
09:12Nah, di situlah memang kita-kita ini kadang-kadang harus selalu mengingat itu
09:20agar kita ingat bahwa kerja-kerja kita juga selain kerja-kerja sebagai jurnalis yang mengabdi kepada kepentingan publik,
09:30juga kita bekerja dalam suasana kita bernegara.
09:38Ya, seperti itu.
09:40Ya, kalau kita lihat organisasi di Indonesia ini tidak ada yang luput dari perpecahan, termasuk PWI.
09:46Ya, ya.
09:47Organisasi politik, profesi, semuanya kena wabah seperti itu.
09:53Konflik, ya.
09:54Yang kami tanyakan, apa ini langkah yang akan dilakukan untuk membuat PWI ini kuat kembali seperti dulu?
10:01Ya, pertama PWI memang sempat beberapa kali konflik ya.
10:06Dulu zamannya BMDia sama Rosian Anwar, itu juga konflik tahun 80-an lah.
10:1370-an atau 80-an gitu.
10:15Di situ memang kita harus selalu menyempurnakan aturan main organisasi.
10:24Ya, kayak kita sebut PD-PRT.
10:26Makanya kita memastikan ada PD-PRT atau ADRT organisasi, khususnya PWI ini bagaimana dibuat agar betul-betul clear,
10:41tidak punya kepentingan parsial atau sesaat,
10:48tetapi dia harus bisa menciptakan harmonisasi kepentingan organisasi yang panjang
10:53dan kepentingan anggotanya dan masyarakat dan bangsa dan negara.
10:59Nah, di situlah.
11:00Mungkin ketika kita ingin memastikan,
11:04ketika kita ingin memastikan
11:05bahwa kerja-kerja jurnalisme kita ini
11:10terlindungi oleh aturan-aturan yang jelas dan pasti.
11:17PWI ini kan besar,
11:19anggotanya banyak.
11:20Nah, kalau kita lihat kan seperti raksasa,
11:22jadi kan lambat geraknya, gemuk.
11:25Apa yang akan diregukan agar PWI ini bisa lincah?
11:31Pertama, kita melakukan regenerasi.
11:38Kita banyak gemuk wartawan yang sudah senior.
11:42Kita kuih itu rata-rata 40 tahun ke atas.
11:45Oleh karena itu,
11:47agar kita untuk membuat energi baru,
11:50kita melakukan regenerasi wartawan-wartawan
11:54di usia 40 ke bawah.
11:57Nah, oleh karenanya,
11:59maka kami sekarang ini di daerah terutama,
12:03mendorong kepada teman-teman PWI daerah
12:05merekrut wartawan-wartawan muda
12:08yang bisa bekerja lincah dan cepat
12:11dan dia seorang wartawan yang profesional.
12:15Itu yang pertama.
12:17Terus yang kedua,
12:18kita memberikan semangat
12:20terkait dengan apa yang disebut
12:23pencapaian-pencapaian kinerja profesionalitasnya wartawan.
12:32Jadi kita itu tiap tahun kan tahu
12:34menyelenggarakan lomba.
12:38Lomba Andi Nogoro.
12:40Dan beberapa lomba lain yang bekerja sama dengan antara.
12:43Nah, itu adalah bagian-bagian
12:45yang mendorong wartawan-wartawan PWI ini
12:49untuk berisah berkiprah
12:51dan menunjukkan prestasi pencapaiannya.
12:55Kalau ini tercipta,
12:57walaupun gemuk,
12:59dia makin mengeroyok,
13:00makin lincah.
13:01Ketika dia bekerja dengan lincah
13:05dan menghasilkan karya-karya jurnalistik
13:07yang berkualitas
13:09dan menjuarai lomba,
13:10dia akan semakin terdorong
13:13untuk membuat lincah wartawan.
13:17Karena wartawan itu kan sejatinya hanting.
13:20Sejatinya hanting,
13:22kemudian dia menginspirasi kehantingannya
13:26dan menulis dengan suasana seni yang tinggi
13:30dan dengan intelektual yang memadai,
13:33baru dia dapat hasil karya yang memadai juga.
13:37Intinya kan itu.
13:39Nah, sekarang ini kan kemajuan teknologi
13:42sangat besar ya, Cak.
13:43Ada artificial intelligence.
13:45Nah, ini bagaimana?
13:47Menyikapi perkembangan teknologi
13:49yang sangat advance ini.
13:51Kita tentu jurnalis ya.
13:54Jurnalis siapapun lah.
13:56Harus
13:57dengan kehadirannya AI ini
14:03boleh kita menyikapi dengan respon baik,
14:09tetapi juga
14:10harus punya respon yang skeptis.
14:16Artinya apa?
14:17AI ini banyak membantu kita juga.
14:20Tetapi jangan
14:21membuat kita terjebak
14:24terhadap
14:26kemampuan AI.
14:28Jangan sampai terjebak.
14:29Wartawan itu
14:31punya naluri
14:34yang kita sebut skiptis,
14:36dia punya naluri
14:38empati,
14:40dia punya naluri simpati,
14:44dan dia punya
14:45naluri emosional.
14:48Tidak ada dia AI.
14:50Dia AI itu tidak ada.
14:51Robot.
14:53Tidak ada itu dia AI itu.
14:54Nah, itu yang harus
14:56dimainkan oleh kita.
15:00Jadi, ketika kita punya data,
15:04jangan data saja sudah sekarang.
15:06Kita harus memainkan
15:07apa yang disebut empati,
15:09simpati,
15:10emosi,
15:12hati, rasa.
15:13Nah, itulah
15:14yang membedakan.
15:16Makanya,
15:17AI ini
15:18membantu,
15:20tapi jangan jadi utama.
15:21Dia hanya pelengkap.
15:23Pelengkap.
15:26Pembantu.
15:28Pembantu, pelengkap.
15:30Utamanya adalah
15:31kita sebagai jurnalis.
15:34Dari pikiran,
15:36intelektual,
15:37rasa, perasaan,
15:39dan hati.
15:41Itulah yang membedakan
15:42dengan AI.
15:43Dan jurnalisme yang hidup,
15:45ketika dia berhasil
15:47memadukan
15:49intelektual,
15:50pikiran,
15:51rasa, perasaan,
15:52dan hati.
15:54Itulah jurnalisme
15:55yang akan menang.
15:57Dan tidak tergusur oleh
15:58kemajuan teknologi apapun.
16:00Jadi, tidak perlu takut
16:02dengan AI?
16:03Tidak perlu takut.
16:04Karena justru nanti ke depan
16:06akan kelihatan
16:08karya jurnalis tulen
16:10dengan karya tulen.
16:13Ketika
16:13wartawan, jurnalis
16:15berhasil memadukan
16:16pikiran intelektual
16:18dengan perasaan,
16:20emosi, empati,
16:21dan lainnya
16:22dengan hati.
16:24Itu yang membedakan.
16:26Siap.
16:27Terima kasih,
16:27Syamunir,
16:28sudah memberikan
16:30inspirasi
16:31ini untuk kita
16:31sebagai bermanfaat
16:32untuk pembaca
16:33dan penonton
16:34Voice of Indonesia.
16:36Terima kasih,
16:37Mas Edi.
16:38Terima kasih.
16:38Sihat semua ya.
16:39Sihat.
16:40Terima kasih.
16:41Ya, terima kasih.
16:41Terima kasih.
16:41Sihat.
16:47Terima kasih.
16:49Oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh
Be the first to comment
Add your comment

Recommended