JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Utama Pusat Riset Politik BRIN, Moch Nurhasim melihat Presiden Prabowo memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya.
Menurutnya, Prabowo ingin mencari pola yang efektif dalam pemerintahannya, apakah gaya komando, ataukah perintahnya harus semuanya dijalankan, atau memang ada model lain.
"Kemungkinan reshuffle itu tidak berhenti di sini. Bisa jadi sewaktu-waktu akan diganti. Dan kecenderungannya bisa jadi bukan beliau yang memberhentikan, tapi kemungkinan banyak kasus-kasus yang mengundurkan diri sebenarnya meskipun dicegah oleh beliau. Tunggu sampai saya berhentikan," katanya.
Nurhasim mencontohkan beberapa pejabat yang akhirnya diberhentikan oleh Presiden Prabowo, bukan mengundurkan diri.
"Misalnya beberapa pejabat yang lain ya, kemudian Bu Sri Mulyani yang kemarin, kemudian yang lain itu juga ada isu-isu semacam itu. Jadi wacananya karena mengundurkan diri, tapi sebenarnya diberhentikan oleh presiden," ungkapnya lagi.
Bagaimana pendapat Anda?
Selengkapnya saksikan di sini: https://youtu.be/J0N67T7wizg
#reshuffle #menteri #prabowo
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/618359/pengamat-ungkap-gaya-kepemimpinan-prabowo-hingga-sri-mulyani-diberhentikan-atau-mundur
00:00Bisakah reshuffle ini jadi bagian pemerintah berupaya memperbaiki komunikasi kepada publik terkait kebijakan?
00:07Apakah ini bisa jadi upaya itu dan apa yang harus dilakukan?
00:09Tadi kan masih ada catatannya bahwa harusnya ada juru bicara sendiri,
00:14harusnya tidak berhenti di pembentukan badan komunikasi pemerintah.
00:17Apa yang bisa dilakukan?
00:19Reshuffle hanya jawaban sesaat ya.
00:22Karena tidak semua tuntutan ataupun ketidakpuasan publik itu harus reshuffle kabinet, tidak harus.
00:32Nah hasil reshuffle ini hanya akan bisa dibuktikan oleh waktu.
00:39Nah yang perlu menjadi catatan bahwa pergantian menteri itu juga akan memiliki dampak terhadap kinerja di internal masing-masing kementerian.
00:49Akan berubah lagi juga nakodanya masing-masing kementerian.
00:52Kemudian visi-misinya akan sama, cara kerjanya, ritme kerjanya dan sebagainya.
00:58Memang bisa menjadi alat ya, alat untuk memicu, memecut supaya semuanya birokrasi bisa bergerak cepat dan sebagainya.
01:08Tapi juga bisa berdampak bahwa ingat bahwa di masa Pak Prabowo ini ada beberapa kementerian baru yang belum tuntas.
01:17Seperti KP2MI, KP2MI itu kan baru proses transisi.
01:23Tapi ketika menterinya diganti, menteri yang baru tentu akan ada adaptasi, ada penyesuaian dan sebagainya.
01:30Sehingga saya sendiri berharap agar pola reshuffle itu dilakukan betul-betul secara selektif.
01:38Tidak menjadi pilihan kalau tidak puas dengan menterinya diganti.
01:44Bukan kalau nggak puas menterinya langsung diganti begitu saja, tapi harus ada evaluasi.
01:47Tapi ada evaluasi sebenarnya kekurangannya apa, problemnya di mana, bottlenecknya seperti apa.
01:53Dampaknya apa kalau terlalu sering?
01:55Kalau terlalu sering justru akan menjadi image yang kurang baik bahwa pemerintahan itu dianggap tidak stabil dan tidak bisa bekerja.
02:03Kalau tiga reshuffle yang terjadi terakhir ini, Anda melihat tidak ada evaluasi sebelumnya langsung ganti saja?
02:08Kalau saya melihat tidak ada, kecuali reshuffle yang karena memang terkena masalah ya.
02:14Di luar itu tapi evaluasi kinerja tidak ada?
02:16Di luar itu tidak ada evaluasi.
02:17Tidak ada evaluasi kenapa harus di reshuffle, padahal misalnya dia menganggap kinerja kami baik-baik saja, tidak ada masalah.
02:26Tergantung selera presiden?
02:27Tergantung selera presiden karena memang prerogratif presiden itu yang berhak, yang bisa membuat kriteria yang menentukan itu presiden.
02:38Nah ini yang kemudian juga menjadi catatan adakan ada perbedaan gaya kemimpinan.
02:45Kalau dulu Bung Hatta sama Pak Karno itu kan administratif sama karismatik gitu.
02:54Kalau Pak Habibie itu kan sangat teknokratis, Pak SBI juga sangat teknokratis.
03:00Kalau misalnya Pak Jokowi itu kan juga kombinasi ya, ada yang bersifat progresif, tiba-tiba keluar kebijakan-kebijakan yang kemudian sangat besar,
03:12yang juga dilakukan secara cepat, yang menurut pikiran orang itu tidak mungkin.
03:19Dianggap orang out of the box?
03:20Iya, di luar semua orang berpikir.
03:24Nah Pak Prabowo ini ingin mencoba untuk mencari pola, kira-kira yang bisa efektif untuk pemerintahan,
03:30apakah gaya komando, ataukah perintahnya harus semuanya dijalankan, atau memang ada model lain.
03:38Nah beliau saya kira sedang mencari format yang tepat.
03:43Tapi kalau model ini diteruskan oleh beliau, kemungkinan reshuffle itu tidak berhenti di sini.
03:51Bisa jadi sewaktu-waktu akan diganti.
03:54Dan kecenderungannya bisa jadi bukan beliau yang berhentikan,
04:03tapi kemungkinan banyak kasus-kasus kan yang mengundurkan diri sebenarnya, meskipun dicegah oleh beliau.
04:08Tunggu sampai saya berhentikan.
04:10Kenapa? Kenapa bisa dibaca demikian?
04:11Ya, mungkin tidak tahan.
04:14Karena?
04:15Misalnya beberapa pejabat yang lain ya, seperti Bulog, kemudian Pusri Mulyani yang kemarin,
04:22kemudian yang lain itu juga ada isu-isu semacam itu.
04:26Jadi wacananya karena mengundurkan diri, tapi sebenarnya diberhentikan oleh Presiden.
04:33Berarti apa yang harus dievaluasi?
04:35Harus ada evaluasi yang transparan.
04:37Dan saya kira tidak bisa hanya dilakukan secara personal oleh seorang Presiden.
04:45Sistem Kementerian Negara ini harus ada dilengkapi dengan evaluasi kinerja yang cukup bagus
04:53supaya ada penjelasan-penjelasan yang rasional.
04:55Nah, apakah ini memang diperlukan oleh Pak Presiden atau tidak?
05:00Ataukah, loh semua keputusan kan ada di tangan saya.
05:03Itu yang saya lihat.
05:04Meskipun Pak Presiden Prabowo juga selalu bilang bahwa tidak ada visi misi menteri,
05:08adanya visi-visi presiden.
05:10Ya, karena para menteri yang sekarang, bahkan juga pemerintah daerah,
05:15itu sudah dikonsolidasikan untuk menjalankan 17 program prioritas Presiden
05:23dan 8 atau astasitanya Presiden.
05:26Dan itu sudah jalan.
05:28Soal kurang cepat atau soal targetnya masih belum tercapai,
05:35ini baru satu tahun.
05:37Jadi masih ada waktu.
05:38Nah, ini yang kemudian perlu ada strategi.
05:42Artinya apakah Bapak juga mau bilang, Pak Asi mau bilang bahwa
05:46jangan terlalu sering juga dilakukan reshuffle,
05:48akan tidak akan efektif juga untuk ini.
05:50Meskipun reshuffle itu hak Presiden,
05:54tetapi kalau terlalu sering itu kemudian nanti juga publik tidak percaya.
05:58Bisa akan menciptakan instabilitas kalau terlalu sering reshuffle?
06:01Bisa jadi.
06:02Karena instabilitas itu kalau kemudian dia menggoyahkan koalisi.
06:08Nah, untuk yang sekarang, ini belum kelihatan.
06:14Belum kelihatannya itu karena tidak terdeteksi di publik.
06:18Misalnya dari Golkar, dari PAN, dari Demokrat, PKB.
06:23Ini kan kelihatannya tidak ada sinyal untuk terjadi kertakan
06:28atau membantah ataupun berbeda sikap dengan Presiden.
06:33Itu tidak.
06:34Tapi kan sering atau tidaknya juga kan relatif.
06:36Ukurannya apa? Tolok ukurnya apa?
06:37Kalau kemudian nanti dia mendekati pemilu 2029,
06:44kemudian model gaya seperti ini dilanjutkan,
06:48itu bisa jadi menimbulkan tensi politik yang renggang
06:52antar pemerintahan atau antar partai di dalam koalisi
06:56dan juga dengan pimpinan-pimpinan partai.
07:00Apalagi di 2029 itu presidensial thresholdnya kan 0%.
07:07Sehingga partai pasti akan juga punya kesempatan untuk menyalonkan ketua umum.
07:12Dampak terburuknya apa kalau terlalu sering melakukan reshuffle?
07:16Kalau dari pengalaman yang selama ini, saya kira beberapa model bisa diadopsi ya.
07:23Bahwa pertemuan dengan partai, kemudian pola hubungan dengan koalisi itu akan menentukan tensi politik koalisi itu semakin terjaga atau tidak.
07:37Nah, jadi bagaimana untuk mendudukan keseimbangan antara hak prerogatif presiden,
07:42tapi juga menjaga soliditas di kabinet dengan partai politik,
07:47tidak lupa juga dengan kinerja menterinya harus jelas tolak ukurannya.
07:50Ya, memang ini kelemahan dan tantangan dari sistem presidensial.
07:55Jadi semuanya itu diserahkan kepada gaya kemimpinan presiden.
08:00Jadi bagaimana membangun check and balances dengan parlemen,
08:03kemudian juga mengkombinasikan bahwa sebagian menterinya itu bukan hanya menteri,
08:11tapi dia juga ketua umum partai.
08:13Nah, ini yang kemudian hubungannya itu betul-betul harus dibuat lebih soft lah.
08:19Nah, saya kira Pak Prabowo punya beberapa model strategi.
08:23Misalnya di, kalau dulu Bomega kan diplomasi nasi goreng.
08:27Kemudian kalau Pak Jokowi kan sambil makan, makan bersama, kemudian pertemuan.
08:34Nah, mudah-mudahan Pak Prabowo ini juga punya model.
08:36Supaya situasi politik kita itu tidak rapuh.
08:40Situasi politik tidak boleh rapuh termasuk juga perbaikan nyata kinerja pemerintah.
08:45Itu yang dikandung publik.
08:46Karena dampaknya tetap akan ke masyarakat secara luar.
08:48Masyarakat harus merasakan dampak baik dari reshapal ini.
08:52Terima kasih Pak Muhammad Nurhasim, peneliti utama pusat riset politik BRIN sudah hadir di Rossi.
Jadilah yang pertama berkomentar