Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 21/5/2025
Tokoh NTT Giorgio Babo Mogi memberi pandangannya terkait pariwisata di Sumba, sekaligus menanggapi video viral belakangan ini di dua destinasi wisata.
Transkrip
00:00Ketika sebuah postingan dari jago keliling Indonesia tentang pengalamannya di Pantai Mandorak
00:06dan kampung adat Ratinggaro viral di media sosial, polemik pun bermunculan.
00:13Ada yang membela isi postingan tersebut, menyebutnya sebagai kritik yang membangun.
00:21Ada pula yang bereaksi sebaliknya, menilai si penulis tak memahami budaya lokal
00:28dan terlalu menuntut pelayanan seperti di kota besar.
00:34Saya ikut mengamati riunya perdebatan itu sambil mengenang perjalanan saya beberapa tahun lalu.
00:46Saya lalu membagikan foto-foto lama di Pantai Mandorak bersama anak-anaknya waktu itu menawarkan cenderam mata.
00:54Banyak kenangan tersimpan di sana, antara kagum pada keindahan dan perlindungan akar kenyataan.
01:08Ingatan saya melayang ke tahun 2017, saat saya menginjakan kaki di dua destinasi yang kini jadi sorotan itu.
01:19Pantai Mandorak yang bening, tenang, seolah kepingan surga jatuh ke bumi.
01:28Dan kampung adat Ratinggaro, tempat waktu seperti berhenti,
01:34membiarkan kita menyusuri lorong masa lalu dengan aura magisnya yang kuat.
01:40Namun, di balik keindahan yang memesona itu,
01:47saya pun mengalami hal yang sama seperti jago keliling Indonesia.
01:54Disambut oleh anak-anak yang tiba-tiba menawarkan dagangan,
01:59mengikuti kemanapun saya berjalan.
02:02Di Ratinggaro, rombongan anak kecil juga muncul kembali,
02:10menjual kalung, sal, dan jasa foto.
02:14Mereka lincah, ramah, tapi juga mendesat.
02:20Saya merasa terganggu, meski tak sampai kesal.
02:24Saya memilih memaklumi karena ingin tetap fokus pada perdualangan
02:30dan keindahan alam yang ada di depan mata.
02:34Namun, kini saya sadar,
02:37reaksi saya yang memaklumi itu
02:40tak lantas menghapus keingatan bahwa ada yang salah dalam sistem kita.
02:48Postingan dari jago keliling Indonesia sejatinya,
02:51bukan hanya keluhan pribadi.
02:56Itu adalah cermin kecil dari masalah besar
03:00dalam pengelolaan pariwisata kita.
03:04Saya bisa mengerti mereka yang marah atas kritik dari luar.
03:09Tapi saya cukup percaya bahwa jika
03:11kita benar-benar mencintai daerah kita,
03:15maka kita harus lebih berani mendengar
03:18hal-hal yang tidak nyaman.
03:21Sumba dan lebih luas lagi NTT,
03:27kini telah membuka diri sebagai destinasi wisata.
03:30Maka secara otomatis kita juga menjual jasa.
03:36Dan jasa selalu terkait erat dengan pengelaman,
03:42kenyamanan,
03:45dan pelayanan.
03:47Dalam dunia pariwisata modern,
03:50yang dicari bukan hanya pemandangan indah
03:53atau budaya eksotis.
03:56wisatawan datang dengan harapan untuk menikmati pengelaman yang utuh,
04:03menyentuh,
04:04dan yang paling penting,
04:06nyaman.
04:07Jika mereka pulang membawa rasa kecewa,
04:11maka kita perlu bertanya,
04:13apa yang bisa kita benahi?
04:17Salah satu hal yang paling menyentuh hati saya adalah
04:21kehadiran anak-anak yang bekerja di tempat wisata.
04:25Mereka yang berlari kecil sambil memanggil
04:29Mister,
04:30Mister,
04:31dengan harapan ada yang membeli dagangan mereka.
04:37Pertanyaan besar pun
04:39muncul dalam benak saya.
04:43Apakah mereka seharusnya berada di sana?
04:47Atau di ruang kelas?
04:50Belajar dan bermain?
04:54Kita tidak bisa serta-merta menyalakan mereka
04:58atau orang tua mereka
05:01atau desa mereka.
05:04Ini adalah hasil dari sistem sosial
05:07yang belum memberikan cukup ruang bagi masyarakat lokal
05:10untuk mendapatkan manfaat ekonomi
05:13dari pariwisata secara adil
05:16dan manusiawi.
05:19Saya membayangkan
05:22bagaimana jika suatu hari
05:24ada penelitian mendalam tentang anak-anak ini.
05:29Siapa yang mengarahkan mereka?
05:32Apakah mereka mendapatkan hasil yang layak dari usahanya?
05:38Atau ada eksploitasi terselubung
05:40di balik senyum polos mereka?
05:43Di sinilah peran akademisi,
05:50jurnalis,
05:51dan pemangku kebijakan dibutuhkan.
05:55Bukan untuk menghakimi,
05:57tetap untuk mencari jalan keluar
05:59yang adil bagi semua pihak.
06:01Dari segi keamanan,
06:05NTT termasuk sumbah
06:07sudah relatif aman.
06:10Wisatawan bebas bergerak
06:11tanpa rasa takut.
06:14Tapi bagaimana dengan kenyamanan?
06:18Kenyamanan bukan soal hotel bintang lima,
06:22tapi soal interaksi yang manusiawi,
06:26soal bagaimana wisatawan diperlakukan,
06:31soal kejelasan informasi,
06:34ketersediaan fasilitas,
06:36dan profesionalitas dalam menerima tamu.
06:40Saya tidak ingin menyalahkan anak-anak
06:45atau warga lokal yang berinisiatif.
06:50Tapi saya juga percaya,
06:52jika ada hal,
06:55jika ada sistem yang tertata rapih,
06:58semua akan diuntungkan.
07:00Wisatawan merasa nyaman,
07:03warga lokal punya sumber penghasilan yang layak,
07:06dan pariwisata berjalan berkelanjutan.
07:12Misalnya,
07:14adanya pelatihan pemandu lokal,
07:17pembentukan kooperasi pariwisata desa,
07:21atau zona khusus bagi penjual souvenir.
07:25Bahkan,
07:26pengelolaan partisipatif berbasis komunitas
07:30bisa menjadi kunci keberhasilan.
07:33Mungkin inilah momen yang tepat bagi kita,
07:39warga Nusa Tenggara Timur,
07:41untuk melakukan refleksi bersama.
07:45Jangan buru-buru membela diri.
07:48Jangan langsung menyalakan pihak luar.
07:52Sebuah kritik,
07:53jika dibaca dengan hati terbuka,
07:56bisa menjadi titik awal perubahan.
07:59Postingan dari jago keliling Indonesia,
08:07yang menurut pro dan kontra,
08:09sebenarnya membuka ruang diskusi yang penting,
08:15tentang wajah pariwisata kita hari ini,
08:19tentang hal-hal kecil yang selama ini kita abaikan,
08:23tentang kenyamanan yang seharusnya
08:26cari bagian tak terpisahkan dari keindahan.
08:32Kita punya warisan budaya yang luar biasa.
08:37Kita punya
08:38pemandangan alam yang memesona.
08:44Tapi kita juga punya pekerjaan rumah besar,
08:48menata ulang sistem dan sikap kita terhadap tamu.
08:53Mari ubah cara pandang.
08:56Wisatawan bukan sekadar target ekonomi,
09:01tapi mitra yang akan membawa cerita tentang kita ke dunia luar.
09:06Cerita itulah yang bisa menjadi kekuatan utama
09:09dalam memajukan pariwisata kita.
09:12Apalah artinya keindahan jika ia tidak mengisahkan kenyamanan?
09:24Apalah artinya budaya luhur jika kita menutup telinga dari kritik yang jujur?
09:32Polemik yang muncul dari postingan jago keliling Indonesia
09:35bisa jadi awal dari diskusi yang lebih sehat dan produktif.
09:40Ini bukan tentang siapa yang benar atau salah,
09:47tapi tentang bagaimana kita bersama-sama membenahi diri
09:51agar pariwisata di Sumba dan NTT semakin inklusif,
09:58manusiawi, dan berkelanjutan.
10:01Sebagai warga yang pernah menginjakan kaki di Ratinggaro dan Pantai Mandorak,
10:11saya memilih untuk berpihak pada perubahan,
10:15pada keterbukan,
10:16dan pada harapan bahwa suatu hari nanti,
10:22anak-anak yang dulu menawarkan dagangan dengan tergesa-gesa
10:26bisa menjadi pemandu wisata yang profesional,
10:31percaya diri,
10:32dan bangga akan tangan kelahirannya.
10:35Sumba kamu indah,
10:42tapi lebih dari itu,
10:44kamu layak untuk terus tumbuh.
10:47Mari kita bantu dengan cara yang benar.
10:51Ayo bangun Zumba,
10:54Ayo bangun NTT.

Dianjurkan