Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 15/4/2025
MAUMERE (eNBe Indonesia) - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, mengungkapkan bahwa ia sempat berencana mencabut Surat Izin Praktik (SIP) dua dokter anestesi, Remidazon Rudolfus Riba dan Yosefin Erfleniati Jati, karena informasi yang diterimanya ternyata keliru. Kedua dokter tersebut sebelumnya bertugas di RSUD Tc. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, namun telah mengundurkan diri jauh sebelum peristiwa yang memicu ancaman itu terjadi.

Melkiades mengira bahwa kedua dokter tersebut masih bertugas di rumah sakit itu dan sengaja bolos hingga menyebabkan kematian seorang ibu hamil. Berdasarkan informasi yang salah tersebut, ia mendesak Menteri Kesehatan untuk segera mencabut SIP kedua dokter tersebut, dengan tuduhan tidak melayani pasien di RSUD Tc. Hillers Maumere.

Namun, setelah melakukan klarifikasi dan mendengarkan penjelasan dari Dirjen Nakes Kementerian Kesehatan serta melalui rapat yang digelar baru-baru ini, Melkiades menyadari bahwa informasi yang diterimanya sebelumnya tidak akurat. "Saya dapat informasi bahwa ternyata informasi awal yang saya terima itu tidak benar," ungkap Melkiades saat berbicara di Maumere pada Minggu malam (13/4/2025).

Ternyata, kematian ibu hamil yang terjadi di RSUD Tc. Hillers Maumere pada Rabu (9/4/25) malam sama sekali tidak ada kaitannya dengan ketidakhadiran kedua dokter anestesi tersebut. Sebab, Remidazon Rudolfus Riba dan Yosefin Erfleniati Jati sudah lama tidak lagi bertugas di rumah sakit itu. "Kematian itu tidak terkait dengan ketidakhadiran dokter anestesi," kata Melkiades, mengoreksi informasi yang sempat ia terima.

Melkiades juga menegaskan bahwa penyebab kematian pasien tersebut bukan karena ketidakhadiran dokter anestesi, melainkan lebih kepada masalah koordinasi yang buruk antar pihak terkait di bidang kesehatan. "Ini akan kita benahi ke depannya," kata politisi Partai Golkar itu, menyatakan komitmennya untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di NTT.*** (PY)
Transkrip
00:00Yang pertama, terima kasih buat semua pihak yang sudah bekerjasama untuk menyelesaikan soal ini.
00:08Pak Bupati dan Wakil Bupati, Pak Sekedar dan Jajaran, juga Ketua DPRD dan Jajaran yang sudah membantu dan tentu bersama dengan teman-teman dari profesi anestesi,
00:25ya dokter anestesi dari provinsi yang turun dan kemudian dokter Remy dan dokter Evi Yuan sudah diaduk secara.
00:30Ini semua menunjukkan bahwa kalau ada keterbukaan, ada niat baik, ada keinginan bersama,
00:36kalau kita musyawara muhafakat itu pasti ada jalan cua ini.
00:39Yang tadi saya sudah dengar sendiri, dalam pertemuan disuruh tadi,
00:42sudah ada komitmen bersama untuk ini bisa kembali kandang tangan lagi.
00:49Saya dengar dokter Remy mulai besok, saya mulai bekerja, nanti bersama dengan Pak Bupati,
00:52dan kita akan diantar sendiri ke sana, dan dengan pertemuan nomor ini berarti
00:56untuk urusan yang kemarin sempat ramai itu sudah berarti kita anggap penjelas selesai.
01:01Ini tapi menjadi pintu masuk, kita lihat untuk kita bisa benahin tentang tata kelola
01:05urusan sistem kesehatan yang harus kita benahin bersama.
01:11Baik itu di rumah sakit, di puskesmas, sedulunya lah.
01:14Nanti sudah dikara-dikara cukup.
01:16Kita akan berbuka dan nanti mulai besok, saya sudah minta juga untuk di intus provinsi
01:20juga untuk mulai memastikan pendampingan untuk kata kelola rumah sakit se-NTT,
01:26bukan cuma se-NTT, bisa kita benahin bersama, juga untuk puskesmas,
01:29dan bagaimana supporting untuk sistem kedaruratan,
01:32nanti kita akan juga berhati-hati bersama sehingga tidak ada lagi kejalan-kejalan
01:35seperti mana yang akan terjadi karena faktor mungkin miskomunikasi
01:38ataupun juga faktor-faktor, apa namanya, ada sumpatan yang terjadi antara berbagi.
01:46Tadi sudah terbuka semua, untuk sama-sama kita buka diri,
01:50tapi tidak ada masalah kita bisa bahas dengan baik dan tenang.
01:54Setelah ini saya minta teman-teman media juga,
01:56tolong bantu agar suasana tidak kondusif ini kita jaga,
01:59karena yang perlu kita selamatkan bukan sekedar soal-sala benar,
02:03itu soal akat, tapi ini soal penyelamatan terhadap penyelamatan kesehatan
02:08untuk pemerintah dan pemunusiannya.
02:09Terus sekali lagi, kami, atas sama pemerintah juga,
02:12saya berdoa dengan NTT mengucapkan dan mohon maaf yang sebesar-besarnya
02:16kepada masyarakat NTT, khususnya yang disika,
02:19terutama dua korban kemarin yang mungkin saja,
02:23karena kejalan-kejalan itu kemudian menyebabkan ada keperlamatan prosesnya seperti ini.
02:26Jadi, atas sama pemerintah daerah, pemerintah NTT,
02:30juga tentu teman-teman disika kami sama-teman kemarin.
02:33Yang kami pastikan, itu kami akan cekat di-mahir,
02:36jadi ada yang terjadi.
02:38Karena misi antara kami, antara pemerintah,
02:40dengan teman-teman dokter,
02:41kita selesaikan cepat di dalam biar yang lebih sedikit.
02:44Ada berapa dokter yang terjadi kemarin, Pak Bintas?
02:47Yang pasti, besok, Pak Bintas.
02:52Bintas nanti apakah nanti bisa,
02:58yang mengenai akan ada lebih sedikit,
03:00itu urusan kemudian.
03:01Tapi yang pasti, urusan itu dia besok.
03:03Dan sekali lagi, ini menunjukkan bahwa ketika semua orang itu bisa duduk bersama, bicara dengan baik, dengan tenang, dengan senangat, kebersamaan untuk kepentingan, kemorsiaan, kita bisa ketemu lagi.
03:13Ada pun kurang lebih yang kemana-mana terjadi kemana, kita sudah saling bicara untuk itu saling dimaafkan dan kemudian kita bicara ke depannya untuk kebaikan bersama.
03:21Terima kasih.
03:51Terima kasih.
04:21Terima kasih.
04:23Terima kasih.
04:25Terima kasih.
04:27Terima kasih.
04:29Terima kasih.
04:31Terima kasih.
04:33Terima kasih.
04:35Terima kasih.
04:37Terima kasih.
04:39Terima kasih.
04:41Terima kasih.
04:43Terima kasih.
04:45Terima kasih.
04:47Terima kasih.
04:49Terima kasih.
04:51Terima kasih.
04:53Terima kasih.
04:55Terima kasih.
04:57Terima kasih.
04:59Terima kasih.
05:01Terima kasih.
05:03Terima kasih.
05:05Terima kasih.
05:07Terima kasih.
05:09Terima kasih.
05:11Terima kasih.
05:13Terima kasih.

Dianjurkan